Happy Reading.
Typo bertebaran gaes♥
Enjoy!---
[Author]
Setibanya di rumah, Kevan ingin membangunkan Fanya yang masih tertidur di pundaknya. Dipandangnya wajah teduh Fanya, ada perasaan tidak tega jika harus membangunkan perempuan di hadapannya itu. Alih-alih membangunkan Fanya, Kevan malah menyandarkannya perlahan pada tempat duduk dan kemudian ia keluar lebih dulu. Dibukanya sisi pintu di mana Fanya berada. Dengan sangat hati-hati dia menggendong Fanya memasuki rumah.
"Fanya kenapa Kev?" Danu yang sedang menonton tv di ruang tamu terkejut melihat Kevan yang menggendong Fanya ala bridal style, dia berpikir sesautu yang buruk menimpa cucunya.
"Dia cuma ketiduran di mobil kok Pa, Kevan gak tega ngebangunin kalau ngeliat mukanya ini," jelas Kevan, kemudian ia membawa Fanya ke kamarnya. Setelah meletakkan Fanya di atas kasur, Kevan juga kembali kekamarnya.
***
[Fanya]
Aku terbangun saat jam dinding di kamarku menunjukkan pukul 17.43. Ah sebentar, kenapa aku bisa ada di kamar? Bukannya tadi aku sedang di mobil bersama Uncle Kevan? Jadi bagaimana sekarang aku ada disini? Apa dia... apa dia menggendongku?
Aku keluar kamar untuk menghampiri Uncle Kevan di kamarnya.
Pintu kamar Uncle Kevan sedikit terbuka. Aku mengetuk pintunya 3x tapi tidak ada jawaban. Apakah itu artinya aku tidak diperbolehkan untuk masuk?
Aku membuka pintu kamar Uncle dengan sangat pelan. Tapi kamarnya kosong. Aku masuk dengan hati-hati. Ini bukan pertama kalinya aku masuk kedalam kamarnya. Tapi baru kali ini aku benar-benar memperhatikan suasana disini. Kamar yang sangat rapih untuk ukuran kamar seorang laki-laki.
Saat sedang memperhatikan kamarnya, aku mendengar suara pintu terbuka. Bukan, bukan pintu kamar ini melainkan pintu kamar mandi! Di sana sudah ada Uncle Kevan yang berdiri memandangku dengan hanya menggunakan handuk yang melilit pinggangnya ke bawah. Mataku melotot sempurna. Aku segera berbalik membelakanginya.
"U-uncle... Uncle kenapa cuma pakai handuk?!" Kataku sedikit berteriak.
"Kamu yang ngapain di sini?" dia terlihat sangat tenang.
Perlahan aku kembali berbalik menghadap kearahnya. Sekarang dia sudah mengenakan kaos dalam berwarna putih. Bahkan dengan kaos dalamnya itu dia malah makin bertambah sexy. Ah bukan, sebenarnya apa yg kupikirkan!
"Kamu mau aku buka baju lagi?" perkataannya sukses membuat pipiku panas.
"A-apa sih!" dengan susah payah aku menetralkan kembali detak jantung dan tentunya ekspresi wajahku sekarang.
"Tadi kan Fanya tidur di mobil. Trus kok bisa nyampe kamar? Uncle yg bawa Fanya ke kamar?" tanyaku berusaha mengalihkan pembicaraan.
Uncle Kevan yang sedang memilih baju di lemarinya melirikku dari ujung matanya.
"Memangnya siapa lagi? Papa yg gendong kamu? Mana kuat," benar-benar menjengkelkan.
"Ckk, jadi maksud Uncle Fanya berat? Siapa juga yg nyuruh gendong!" Setelah itu aku buru-buru meninggalkan kamarnya.
***