Happy Reading.
Typo bertebaran gaes♥
Enjoy!---
[Fanya]
Setibanya di sekolah, aku segera keluar dari dalam mobil tanpa mengatakan apapun. Uncle Kevan juga tidak mengatakan apapun. Dia bahkan tidak menoleh ke arahku sama sekali. Mobilnya langsung saja melaju tanpa aba-aba apapun. Kenapa dia jadi ikutan marah?
Saat aku masuk ke dalam kelas, semua 'teman-teman' yang ada di sana menatapku dengan err... entahlah, aku malas mengartikan pandangan mereka. Aku hanya langsung menuju tempat dudukku, mengabaikan mereka yang sebenarnya cukup membuatku terganggu.
'Kemarin dia gak masuk kan?'
'Kirain gue pindah lagi.'
'Loh, kok seenak udel. Anak pindahan doang juga.'
Dan masih banyak kalimat serupa itu yang kudengar dari hampir seluruh penghuni kelas.
*Brak!*
Sebuah gebrakan yang diikuti bentakan sangat nyaring membuat suasana tiba-tiba hening
"Berisik sih lo pada. Mau gue gunting dulu tu mulut baru bisa diem?"
Aku sendiri juga terkejut melihat seorang Nada melakukan itu. Raut wajahnya sangat tidak bersahabat. Lia yang duduk di sebelahnya juga hanya diam tanpa ekspresi menatap satu-satu orang yang tadi membicarakanku terang-terangan.
"Eh Tyas," Nada berpindah pada salah satu orang yang memang menyindirku cukup tajam tadi dan tersenyum mengejek.
"Lo gak punya kaca? Posisi orangtua lo emangnya bisa lo banggain? Manager di perusahaan elektronik?" Sambung Nada santai namun berhasil membuat anak itu langsung diam dan tidak mengatakan apapun lagi, bahkan wajahnya terlihat sedikit pucat.
"Udah Nad, ngabis-ngabisin tenaga ngomong sama orang gak punya otak kaya mereka," Lia menarik lengan Nada untuk kembali duduk sambil tertawa di sebelah Nada yang susah payah menetralkan nafasnya akibat terlalu banyak bicara tadi. Aku sendiri juga ikut tertawa melihat mereka berdua.
***
Jam istirahat, aku bersama Nada dan Lia pergi ke kantin. Lagi-lagi semua tempat sudah terisi penuh kecuali meja yang diisi oleh Farel.
"Gimana dong? Beli makan trus bawa ke kelas aja kali ya?" Kata Lia sambil masih celingak-celinguk mencari tempat kosong. Aku menggeleng.
"Sama Farel lagi aja. Lagian tu anak mejanya renggang mulu". Usulku. Nada menggeleng, kali ini Lia juga melakukan hal yang sama. Padahal kemarin dia yang mengusulkan untuk bergabung dengan Farel.
"Gak deh Nya, kemaren mungkin dia ngebolehin kita gabung gara-gara dia pengen ngobrol sama mantan tetangganya. Tapi hari ini kita gak punya alasan gabung sama dia," cerocos Nada.
Entah, hari ini dia sangat banyak bicara rasaku.
"Iya ih Nya, kemaren gue merhatiin ekspresi Farel pas kita bilang mau gabung. Diih, dia kepaksa banget kayanya," tambah Lia.
"Ah, udah ntar gue yang tanggung jawab kalo dia marah," aku langsung menggampiri Farel. Dengan terpaksa Nada dan Lia mengekoriku.