Happy Reading.
Typo bertebaran gaes♥
Enjoy!---
[Author]
Hujan tiba-tiba saja turun dengan deras tanpa ditandai dengan mendung sebelumnya.
"Ah! Kenapa tiba-tiba hujan? Mana gak bawa payung lagi!" gerutu Fanya, seorang anak perempuan yang baru saja keluar dari sebuah minimarket.
Tanpa pikir panjang, ia berlari menembus derasnya hujan. Membiarkan tubuhnya yang mungil basah begitu saja.
Kurang dari 10 menit, Fanya tiba di sebuah rumah yang tampak begitu mewah. Saat hendak memutar knop, pintu lebih dulu dibuka oleh seseorang dari dalam, dan menampakkan sosok laki-laki dengan tubuh atletisnya.
"Uncle Kevan..." seru perempuan tadi yang sebenarnya lebih terdengar seperti bisikan.
"Fanya! Kamu.. Cepat mandi trus ganti baju! Setelah itu turun temui aku," lelaki bernama Kevan itu sedikit berteriak. Sedangkan Fanya hanya bisa mengangguk pasrah.
***
[Fanya]
Ah, aku merasa benar-benar sekarat. Duduk mendengarkan ocehan Uncle Kevan sejak 15 menit yang lalu. Bagaimana bisa dia mengoceh panjang lebar tanpa henti selama itu? Hanya karna aku pulang hujan-hujanan dari minimarket yang jaraknya dapat ditempuh dalam 5 menit dengan jalan kaki?! Oh God, sebenarnya dia kenapa?
"Fanya kamu dengar apa yang aku bilang?" suaranya yang entah berapa oktaf itu sukses menyadarkanku.
"I-iya Fanya denger kok."
"Dengar apanya? Dari tadi kamu cuma melamun. Ini baru hari pertama kamu tinggal di sini. Dan besok kamu harus sekolah. Kenapa kamu hujan-hujanan? Gimana kalau kamu sakit? Apa yang harus aku bilang ke Kak Bram? Kamu tau kan air hujan itu cepat datangin penyakit?!" Uncle Kevan masih melanjutkan omelannya.
"Ya ampun, Fanya cuma ke minimarket di depan komplek. Dari sana ke sini itu gak nyampe 10 menit. Masa iya Uncle ngomelin Fanya cuma karna itu," bantahku.
Aku juga lelah mendengarnya mengoceh sejak tadi. Telingaku rasanya sudah terasa panas karna terus mendengar ocehannya.
Uncle Kevan memang sedikit protective sejak dulu. Aku pernah berada dalam situasi seperti ini saat 6 tahun yang lalu. Ketika dia seumuran denganku sekarang, dan aku sendiri masih 12 tahun. Saat itu juga Mama dan Papa sedang sibuk mengurus perusahaan diluar negri. Jadilah aku dititipkan di sini, di rumah Uncle Kevan juga Opa Danu. Aku tinggal kurang lebih selama 2 tahun.
Rumahku berbeda kota dengan rumah Uncle Kevan, jadi saat itu aku terpaksa pindah sekolah. Sama seperti sekarang, padahal aku sudah kelas 12, tapi harus pindah ke Bandung dan menempati sekolah baru. Untung saja Opa Danu termasuk orang yang disegani oleh pemilik sekolah, jadi aku bisa dengan mudahnya diterima.
Ah kembali ke saat ini. Uncle Kevan sepertinya sedikit tidak suka aku membantah perkataannya. Tanpa mengatakan apapun lagi, dia pergi meninggalkanku menuju kamarnya.
Aku hanya bisa mendengus kesal. Mengapa dia tidak juga berubah? Malah sekarang dia makin menyeramkan. Yaa walaupun aku tau dia marah seperti tadi bukan karna membenciku. Aku paham dia hanya khawatir. Tapi kan tidak perlu mengoceh dan membentakku seperti tadi.
"Baru hari pertama dan kalian bertengkar?" Aku memalingkan wajah saat mendengar suara orang yang sangat kukenal.
"Opa!" Aku menghambur ke arah suara itu dan mendapati Opa Danu tengah tersenyum hangat.