ketika rindu menyapa surga part 1

2.7K 45 2
                                    


Mentari Yang Redup


Mentari Yang Redup

Jika takdir bisa kuubah, niscaya aku akan berlari mencari kepingan yang hilang dalam catatanku...

Saat keyakinan meneguhkanku, sang cahaya semakin redup...

Merampas setitik cahaya harapan, menyisakan kegundahan....

Mentari kini tenggelam di bawah luasnya cakrawala, warna senja memerah mengantarkan sang cahaya ke tempat peristirahatannya. Sawah indah terbentang bagai permadani hijau dikelilingi bukit-bukit indah yang menghiasi. Terlihat Seorang wanita berjalan dengan langkahnya yang lunglai, terkotang katung, seperti setengah sadar. Wajahnya terlihat pucat pasi, kerudung yang ia kenakan terlihat kusut dan lusuh seakan menggambarkan sebuah peristiwa pahit baru saja ia alami, hatinya seakan menjerit, ia menangis menitikkan air mata seakan dunia ini tidak adil padanya. Diatas bukit itu ia menjerit sejadi-jadinya bayang-bayang peristiwa yang menjijikkan seakan terus menghantui ruang pikirannya. 

Ia merasa mulai rapuh, kejadian itu membuat tumbuh rasa kebenciannya kepada segala hal, bahkan dirinya merasa tak patut untuk meminta kepada sang khalik, yang senantiasa menjadi tempat ia mengadu dikala itu. Suara adzan berkumandang di desa yang berada di bawah bukit, ia sejenak terdiam mendengar kumandang suara adzan yang membuatnya rindu untuk mengadu berkasih mesra dengan illahi, tapi ia merasa dirinya tak pantas untuk kembali dekat. Ia melangkah dan tidak menghiraukan suara yang membuatnya akan rindu.

Malam semakin larut, tubuhnya terasa lemah, perjalanan cukup jauh telah ia lewati dengan sedikit tenaga yang tersisa. Setelah beberapa lama perjalanannya ia sampai disebuah perkampungan tapi tak ada seorang pun yang dikenalnya di tempat itu. Suara tawa banyak lelaki, bau minuman beralkohol, wanita dengan pakaian setengah telanjang yang digandeng seorang lelaki berkumis lebat, sebuah pemandangan yang membuat rasa takut dihatinya dalam lemah dan laparnya ia telah lama berhasil untuk bertahan tapi pandangan matanya semakin gelap bumi seakan terasa berputar lalu tubuh itu jatuh seketika.

Saat fajar tiba gadis itu tebangun dari pingsannya, ia dapati dirinya terbaring diatas sebuah tempat tidur dalam sebuah ruangan sempit yang berukuran empat kali enam meter, sebuah ruangan yang sederhana, hanya ada sebuah tempat tidur, sebuah meja dan lemari tapi ia tak melihat seorangpun dalam ruangan itu. Sontak ia bangun dan melangkahkan kakinya dari ruangan itu.

"Gubrak !" suara pintu di depannya terbuka

Seorang wanita dengan pakaian di atas lutut dan baju tanpa lengan masuk ke dalam ruangan, dengan langkahnya yang ngaur, bau alkohol tercium dari mulut wanita itu saat ia tersenyum. Lalu wanita itu merebahkan tubuhnya seketika di atas sofa lusuh diruang tamu.

Saat wanita itu terbangun ia melihat sosok seorang gadis yang ditolongnya tadi malam tersenyum kepadanya.

'Mmmm" wanita itu bergumam dengan sedikit menyunggingkan senyum di bibirnya dengan mata setengah terpejam.

"Terimakasih mbak sudah menolong saya, mbak siapa ?" tanya gadis itu dengan wajah tertunduk.

Wanita itu kembali menyunggingkan senyum seraya membetulkan posisi untuk duduk " ,saya Latifa, terimakasih karena mbak sudah menolong saya"

"Untuk apa kamu tahu siapa saya, saya tidak ingin dikenal oleh orang seperti kamu" ucap wanita itu dengan wajah tengadah.

"Tapi... saya merasa sangat berhutang budi, bolehkah saya ingin membalas kebaikan mbak"

"Saya rasa kamu tidak perlu mengenal saya, saya tidak mengharapkan kebaikanmu dan tolong tinggalkan saya"

"Ta, ta, tapi saya.."

ketika rindu menyapa surgaWhere stories live. Discover now