SATU

36 1 1
                                    

Ghia menghentak-hentakkan kakinya dengan bibir mengerucut sebal, meskipun sebenarnya sama sekali tak mengurangi kesan imut pada wajah cantiknya. Dengan wajah merah padam, ia terus saja menginjak-injak sekotak ice cream yang sudah tak berbentuk lagi di bawahnya.

"Kamu bener-bener nyebelin Rama!" Geramnya kesal.

Mata Ghia yang tadinya menyipit tajam sontak melebar begitu iris cokelat terangnya menangkap sosok tinggi lelaki yang menyandang status sebagai kekasihnya berlari ke arahnya dengan nafas terengah-engah.

"Ngapain kamu kesini???" Seru Ghia seraya menyilangkan kedua tangannya didepan dada.

Rama, lelaki itu mendengus kesal. "Bukannya kamu yang nyuruh aku kesini?"

Ghia tersenyum mengejek, "Kamu gak punya jam? Kalo aku gak salah aku nyuruh kamu kesini jam tiga. Dan sekarang ini adalah jam lima, kamu tau??? Jadi gak ada gunanya kamu datang kesini!"

"Bukannya aku udah bilang kalo seminarnya sangat penting buat aku, Ghiana!" Seru Rama mulai emosi, membuat Ghia tersentak. Rama tak pernah memanggilnya dengan nama itu kecuali saat lelaki itu benar-benar marah.

Ghia menundukkan kepalanya, menyembunyikan sepasang mata yang tiba-tiba terasa panas. Tatapan Rama perlahan melembut saat melihat Ghia memainkan jemari dengan kepala tertunduk. Ia tau Ghia sangat tidak suka dibentak oleh siapapun, terutama dirinya.

"Aku gak mau ngomong sama kamu lagi," ujar Ghia dengan suara pelan sebelum kemudian berlari meninggalkan Rama.
Rama menghela napas dalam. Ghia selalu saja seperti ini. Bukan kali pertama setiap kali Rama terlambat menepati janji yang diputuskan sepihak oleh gadis cantik itu. Netra gelap milik Rama terhenti pada sekotak ice cream yang berceceran tepat di tempat Ghia berdiri tadi.

"Kamu sangat menyebalkan, angel," gumamnya pelan sebelum kemudian berlalu dari taman.

****

"Berantem lagi?" Tanya Jimmy seraya menjatuhkan dirinya duduk di samping Ghia.
Ghia mengalihkan matanya dari sosok Rama yang tengah berkutat dengan buku gambar, kemudian menatap Jimmy dengan mata sayu, membuat lelaki berambut coklat yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil itu menghela napas.

"Kalau gue gak salah, bukannya kalian baru aja baikan dua hari yang lalu?"

Ghia mengangguk pelan, "Abisnya Rama nyebelin, Jim,"

"Emang si Rama kenapa lagi?"

"Kemarin gue nyuruh dia datang ke taman jam tiga, tapi dia datangnya jam lima. Siapa yang gak kesel coba?" Jawab Ghia seraya mengerucutkan bibirnya.
Jimmy mengangkat sebelah alisnya, "Bukannya kemarin Rama ikut seminar?"

"Tapi kan dia udah janji mau makan ice cream sama gue dan ngajak gue jalan-jalan kalo gue menang olimpiade. Gue cuma mau dia nepatin janjinya!" Ujar Ghia dengan kesal.

Jimmy tersenyum kecil. Sifat manja dan kekanakan Ghia seperti sudah mendarah daging dalam diri sahabat cantiknya itu.

"Tapi kan kita sama-sama tau kalo Rama udah nunggu lama buat seminar ini, Ghi. Bukannya makan ice cream bisa lain waktu?"

"Tapi gue udah ngasih waktu dia ikut seminar itu selama dua jam, Jim. Bukannya udah cukup?" Ghia tetap membela diri, "Lagian, ini bukan pertama kalinya dia telat setiap kita buat janji, selalu aja janjian dan ujung-ujungnya telat, gituuu terus"

"Apa Rama udah setuju sebelum lo mutusin kapan dan dimana lo buat janji?"

Ghia menggeleng, "Tapi gue kan pacarnya. Harusnya dia ngeluangin waktu dong buat gue. Bukannya malah sibuk ngurusin hobinya yang nyebelin itu," ujarnya dengan suara cukup keras, sengaja agar Rama yang berjarak tidak jauh darinya mendengar ucapannya itu.

Dan benar saja, tangan Rama yang tadinya asik bergerak diatas kertas gambar langsung terhenti. Ia bangkit dari duduknya dengan gerakan kasar, menimbulkan bunyi yang cukup nyaring membuat seisi kelas langsung menatap kearahnya. Iris gelap itu menatap tajam kearah Ghia beberapa saat sebelum kemudian pergi meninggalkan ruangan itu.

Ghia tercekat. Jarang sekali melihat Rama menatapnya setajam itu, membuatnya mau tak mau menyesali ucapannya barusan.
"G-gue keterlaluan ya, Jim,?" Tanya Ghia dengan suara pelan.
"Well, kayaknya iya," Jimmy mengangkat bahunya.

Brak!!

Ghia langsung bangkit dari kursinya dan berlari mengejar Rama yang lebih dulu keluar kelas. Sedangkan Jimmy hanya terpaku ditempatnya sambil menggelengkan kepala.

****

Haaaiiiii guys.... kenalin nama aku Lillah, dan ini adalah cerita pertama aku. Aku minta maaf kalo kependekan, soalnya lanjutannya masih aku simpen untuk part selanjutnya. Pleasee koment ya, soalnya aku pengen minta pendapat kalian para pembaca.

Sekian:* :* ♡
~L

BEST PART PIECE I'VE EVER HADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang