DUA

19 1 1
                                    

Warning!!! : TYPO
Hai guys.... Aku balik lagi nih, sorry yaahh kalo ngebosenin... Please jangan lupa koment soalnya aku udah capek buat. Thank you!

Enjoy it!
****

Ghia menatap layar ponselnya dengan lesu. Sudah lebih dari enam jam terhitung sejak ia pulang dari sekolah. Rama sama sekali belum menghubunginya. Kekasihnya itu juga tidak kembali ke kelas setelah ia pergi siang tadi, dan Ghia sama sekali tak bisa menemukannya dimanapun.

"Apa gue udah bener-bener keterlaluan?" Tanya Ghia entah pada siapa, "tapi bukannya Rama juga jahat? Gue kan cuma pengen dia nepatin janji".

"Apa gue harus minta maaf?"

"Nggak!! Kemarin dia juga gak minta maaf sama gue!"

"Aarrgghh!! Rama Steveno, lo bener-bener nyebelin tau gak!!"

Drrtt... drrtt... drrttt

Tiba-tiba ponsel Ghia bergetar, membuat mata gadis itu langsung berbinar. Namun hal itu tak berlangsung lama, bibir Ghia kembali mengerucut saat mendapati nama 'Jim-Jim' tertera di layar ponselnya.

"Holaaa?" Jawab Ghia dengan malas.

"Lo baik-baik aja?" Tanya Jimmy di line seberang.

"Hmm.."

"Kayaknya tadi muka lo agak pucat. Lo bener baik-baik aja kan?"

"Nggak apa-apa kok! Gue cuma agak pusing aja tadi,"

"Kayaknya akhir-akhir ini lo sering pusing deh. Gue cuma gak mau lo sakit, Ghi. Dan gue yakin, semarah apapun Rama ama lo, dia pasti juga gak mau liat malaikat kesayangannya sakit. Btw lo udah ke dokter?"

"Udah, kayak yang lo bilang," jawab Ghia malas.

Terdengar suara kekehan Jimmy diseberang, "gue cuma mau mastiin lo baik-baik aja. Terus dokter bilang apa?"

"Gue baru mau ngambil hasil tesnya besok,"

"Mau gue temenin?"

"Nggak perlu. Gue mau minta temenin Rama besok,"

"Akh.. lo buat gue patah hati, Ghi. Sedih gue denger lo langsung nolak niat baik gue, salah gue apa coba?" ujar Jimmy dengan suara yang dibuat-buat.

"Najis lo!! Geli gue dengernya," balas Ghia sambil terkekeh pelan.

Jimmy ikut terkekeh, "gue berhasil buat lo ketawa, kan? Lo tuh keliatan lebih manis kalo ketawa, Ghi. Jadi jangan terlalu sering pasang wajah kusut lo yang serem itu, ngerti?"

"Whatt??? Ehh, denger ya cuma Rama yang boleh bilang gue manis!"

"Terserah deh, lebih baik sekarang lo tidur. Gue udah ngantuk. Bye, manis~~" Ujar Jimmy seraya terkekeh.

"Ihhh, dasar nyebelin!!" Ghia menatap ponselnya dengan kesal, namun perlahan-lahan hatinya menghangat.

****

Ghia melangkahkan kakinya menghampiri Rama yang tengah duduk di bawah pohon taman sekolah mereka. Sebenarnya Ghia ragu untuk melakukan ini, kerena biasanya ketika sedang bertengkar seperti ini ia hanya akan menunggu sampai Rama meminta maaf terlebih dahulu. Tapi kali ini sepertinya Rama benar-banar marah padanya. Sebelumnya Rama tidak pernah tahan mendiamkannya lebih dari dua hari.

"Ram..." Panggil Ghia seraya duduk di samping Rama.
"Hmm," jawab Rama acuh tanpa mengalihkan matanya dari kertas gambar di tangannya.

"Aku bawa ice cream kesukaan kita, kamu mau makan sendiri atau aku suapin?" Tanya Ghia sambil menyodorkan ice cream yang dibawanya.

"Aku lagi gak pengen makan benda itu," jawab Rama dengan nada dingin, membuat nyali Ghia ciut seketika.

"Y-ya udah. Kalo gitu aku aja yang habisin," ujar gadis itu sambil tersenyum canggung. Ia kemudian membuka bungkus ice cream ditangannya dan mulai melahapnya dengan pelan sambil mengintip Rama dari waktu ke waktu.

Atmosfer disekitar berubah canggung beberapa saat sampai Ghia kembali membuka suara.

"Nanti sore temenin aku..."

"Gak bisa," potong Rama sebelum Ghia menyelesaikan kalimatnya.

Mata Ghia sedikit melebar, "apa?" Tanyanya dengan suara nyaris seperti bisikan.

"Aku ada urusan, aku gak mau janji terus, dan buat kamu nunggu lagi," jawab Rama seraya berdiri, "kamu bisa minta Jimmy buat nemenin kamu,"

"Tapi aku maunya sama kamu Ram!"

"Aku. gak. bisa, Ghia" setelah berkata dengan penuh penekanan, Rama pergi meninggalkan Ghia yang terpaku di tempatnya.

Ghia melempar sisa ice creamnya ke tanah, "Okey! Gue bakal minta Jimmy buat nemenin gue! Dasar cowok brengsek!!" Teriaknya pada sosok yang semakin jauh.

****

Dokter muda dengan tag name bertuliskan Yuda Arya Bastian itu terlihat membenarkan posisi kacamatanya sebelum memeriksa berkas ditangannya.

"Kemarin kamu bilang sering merasa pusing, kan?" Tanyanya pada Ghia.

"Ya, mungkin satu bulan terakhir ini. Kayaknya aku kebanyakan pikiran,"

"Apa kamu sering merasa mual?"

"Kadang-kadang sih, dok. Kayaknya aku kebanyakan makan,"

"Jam berapa kamu tidur setiap malam?"

"Dari kecil saya gak pernah tidur lewat tengah malam, dok. Sekarang juga gitu, malahan lebih parah. Saya sering mudah ngantuk,"

"Apa..."

"Dokter! Aku kesini mau ngambil hasil pemeriksaan kemarin, dok. Kenapa dokter malah nanya hal yang gak penting sih,?" Potong Ghia kesal.

"Apa yang saya tanya barusan juga berhubungan sama hasil tes kamu, Ghiana,"

"Memangnya gimana hasilnya? Jangan-jangan dokter mau bilang kalo aku hamil,?!"

Dr. Yuda terkekeh pelan mendengar ucapan gadis itu, "Bukan cuma orang hamil yang bisa mual-mual dan pusing, Ghiana,"

"Yaa, terus hasilnya gimana dok?"

"Orang tua kamu dimana? Mereka nganterin kamu kan?"

"Enggak, aku dateng bareng temen,"

"Bukannya kemarin saya sudah bilang kalo kamu harus datang sama orang tua kamu,?

"Orang tua saya udah meninggal dokter, puas??" Ujar Ghia semakin kesal dibuatnya.

"Ahh, saya minta maaf," Ucap Dokter Yuda penyesalan.

"Tunggu, kenapa harus ada orang tua? Emangnya aku sakit apa, dok? Aku baik-baik aja kan??"

****

TBC

Terima kasih telah bersedia membaca cerita saya.... jangan lupa vote dan komentnya yah?!?! Aku tunggu lohh!!

Kiss and Hug :* ({}) ♡☆♡☆♡

See you
~L

BEST PART PIECE I'VE EVER HADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang