four

1.6K 236 25
                                    

Bethany berteriak, “SELENA!”

Ibu Bethany berlari meyusuri tangga ketika mendengar teriakan Bethany. Bethany meloncat dari kasurnya dan berlari ke cermin besarnya.

“Beth, kau baik-baik saja?” tanya ibunya cemas dari luar pintu kamar Bethany yang terkunci rapat. “Yeah, aku hanya sedikit bermimpi.” jawabnya, berbohong di kata ‘sedikit’

“Baiklah. Bacon dan telur mata sapi ada di bawah.” kata ibunya setelah itu.

“Oke!” teriak Bethany. Bethany memandang dirinya di cermin. Tidak ada yang dilihatnya dalam mimpinya—sayap, cincin besar, dan keanehan Selena—tidak ada. Nihil. Kosong.

Glaadeshve!” bisiknya, untuk meyakinkan mimpinya hanya sekedar mimpi.

Tidak ada terjadi satupun perubahan. Tidak dengan sayap atau cincin.

Bethany mengangkat bahu dan berjalan, beralih ingin keluar kamar tapi dia merasakan angin kuat menghantam bagian belakang tubuhnya.

“Selamat pagi, idiot.” sapa seseorang dengan senyum mengambang lebar. Bethany berbalik, “Oh, selamat pagi, moron.” balas Bethany, dengan wajah datar. Bethany berjalan ke kamar mandi, membasuh wajah di wastafel dan kembali lagi ke kamarnya, melihat Harry memainkan bola Kristal yang—kau tahu—digoyangkan maka akan ada salju buatan di dalamnya bertebangan.

“Hati-hati dengan itu, mahal.” canda Bethany, Harry tertawa, “Ups, sorry.”

Harry yang terduduk di ranjang Bethany yang berantakan, tertawa pelan sambil memukul selimut yang terlipat tidak rapi. “Bukan tipe yang suka bangun pagi, bukan begitu?”

Bethany membuka lemarinya, memilih baju santai untuk hari ini. “Seperti yang kau lihat; ya.” katanya, menutup pintu lemari. Bethany berjalan kearah Harry dengan wajah serius, “Siapa Selena?” tanyanya.

“What?” ulang Harry.

“Siapa Selena? 629, huh?”

“Selena? Dari mana kau tahu dia?”

“Aku bertanya; siapa Selena?” kata Bethany lagi, berusaha mendendalikan emosinya.

“Selena adalah atasanku, kodrat dewa kematiannya di atasku. Dia lebih berpengalaman dariku, dan dia sangat manis.” Well, kalimat terakhir Harry membuat hati Bethany kembali terasa sakit. Bethany kembali ke lemarinya, mengembalikan baju terusan yang diambilnya tadi. “Pacar, eh?” sindir Bethany sambil mengorek lemarinya, dia menarik skinny jeans abu-abu keluar dan juga t-shirt merah muda pucat.

Harry terkekeh, “Aku belum pernah pacaran dengan siapapun di atas. Aku bahkan belum pernah merasa jatuh cinta padanya.”

Bethany bisa merasakan senyum kecil menghiasi wajahnya ketika dia memilih jam tangan di laci sebelah lemarinya. Harry kembali terkekeh, “Cemburu, eh?” Harry balas menyindir Bethany, menirukan ‘eh’ seperti yang dikatakan Bethany.

“Dari mana kau tahu Selena, Beth?”

“Aku akan mandi sebentar. Kau boleh kembali nanti.”

Harry menyeringai, “Aku bisa menembus dinding—jika aku mau.”

“Ew, tidak. Pergilah dulu, sebentar. Aku hanya akan mandi.”

Harry tidak menggubris. “Tolong?” lanjut Bethany, “Gadis disini perlu privasi. Aku janji akan menjawab semua pertanyaanmu, tapi nanti.”

Harry masih tidak menggubris. “Aku berikan bacon dan ekstra telur mata sapi.”

Harry berdiri, mengembangkan sayapnya, mengatakan “Deal!” lalu pergi. Bethany menggeleng, “Tukang makan.” ucapnya.

roof >< h.s {completed}Where stories live. Discover now