seven

1.2K 224 10
                                    

Bethany kembali melihat ke sisi dimana api berkobar, api itu membakar badan Louis. Bethany mengibaskan tangannya kearah badan Louis dan itu membuat api yang berkobar tiba-tiba mati karena angin yang diakibatkan oleh Bethany. Bethany berlari kearah Louis yang badannya agak memerah karena api. Louis sudah tidak sadarkan diri, dan Louis juga tidak bernafas. Bethany mendesah, “Tidak seharusnya.” bisiknya. Bethany menarik Louis kearah Harry yang sama-sama pingsan. Bethany dengan perlahan menutup mata Harry dengan telapak tangannya, dan Bethany menutup matanya. Bethany—lagi-lagi—mengucapkan mantra yang tidak kuketahui apa artinya. Dia mengucap “Tubrevh” empat kali, dan itu membuat luka di sekujur tubuh Harry membaik walau tidak sepenuhnya. Masih ada sisa luka bakar yang berwarna merah tua di badannya.

Bethany benar-benar berfikir dirinya egois. Mengetahui fakta bahwa dia yang terkuat untuk saat sekarang membuatnya merasa berkuasa. Bethany tahu, membunuh dewa kematian itu diluar kemungkinan. Bethany juga tahu, walaupun Louis tidak bernafas, bukan berarti Louis benar-benar mati. Louis bisa saja hanya paralyzed atau lumpuh sementara. Dan itu bukan awalan yang bagus untuk mengawali hari Bethany sebagai half-blooded.

Bethany tidak tahu mantra apa yang diperuntukkan untuk kedua orang yang pingsan di sebelahnya ini. Bethany masih saja mengeluarkan air mata.

Beberapa kemungkinan yang membuat Bethany menangis adalah;

Pertama, Bethany teringat kata-kata Louis, Harry akan cepat mati jika berada didekatmu terus menerus.

Kedua, dengan apapun caramu membunuh dewa kematian, mereka tidak akan terbunuh. Bethany takut jika rumor itu salah.

Ketiga, Bethany menyakiti dua orang sekaligus. Membakar satu orang, dan melempar satu orang lainnya.

Keempat, jika disuruh tanggung jawab, Bethany tidak tahu akan bagaimana.

Bethany berjalan bolak-balik dengan cemas. Dia lalu meraba mini dress hitam yang dipakainya. Kenapa dia memakai baju hitam jika dia adalah titisan-campuran atau half-blooded? Salah kostum. Bethany salah kostum untuk hari ini.

Setelah meraba bagian pinggang dress, dia menembukan persegi panjang menyembuh di pinggang kanan. Dia menariknya, dan seperti yang diduga; ponsel. Dia menghidupkannya, dan untungnya baterainya masih ada setengah. Bethany mencari kontak ibunya, dan langsung meng-klik tombol ‘call

“Mom, kau tahu dimana aku bisa mendapatka tumpangan? Aku tidak tahu dimana lokasiku, dan keadaannya benar-benar gawat.” tanya Bethany, Janet menghela nafas mendengar keluhan Bethany.

“Teleponlah Zayn.”

Bethany menaikkan sebelah alisnya, “Siapa itu  Zayn?”

Tetapi Bethany tetap menelpon entah-siapa-itu-Zayn dan dengan canggungnya meminta bantuan si orang tidak dikenal ini. Bethany tetap menunggu Zayn, sambil duduk diantara kedua lelaki babak belur ini dan menekuk kakinya. Dia terlalu takut jika ditanyai bagaimana kebenarannya, karena sumber masalah dari semua ini adalah dirinya sendiri.

Bethany merenungkan beribu hal yang bisa saja terjadi. Dia terlalu takut untuk memulai dari awal—yang dalam artian akan dibunuh. Lagipula, Bethany sekarang sudah seperti buronan. Dia diincar seluruh warga langit dan half-blooded abad ini memang ditakdirkan kepada dirinya. Bethany menggeram kesal ketika menyadari fakta terakhir yang dipikirkannya;apa sangsi yang akan diterimanya terhadap melukai kedua orang yang berada di dekatnya saat ini?

Muncullah rasa takut yang lebih dalam ketika Bethany mendengar suara ranting diinjak—gedung lama ini tidak memiliki atap dan diatasnya ada pohon kering.

“Beth?” panggil seseorang.

Bethany berdiri, seakan mengenal suara itu untuk seribu tahun lamanya. “Zayn?” tanyanya.  “Zayn, aku disini!” teriaknya. Dia tidak tahu apa yang mendorongnya untuk berbicara seperti itu, tapi seperti apa yang kukatakan; Bethany seolah mengenal Zayn selama hidupnya.

Zayn berlari dengan panik, dia masuk ke ruangan dimana suara berasal. Ketika Zayn masuk kesana, dia menemukan seseorang yang dikenalnya dan dua orang lainnya yang merupakan musuh terbesarnya—Zayn adalah malaikat, dan itu mengejutkan Bethany karena dia tidak mempunyai pikiran bahwa Zayn adalah mahluk dari dunia yang berlawanan dari kedua orang di sekitarnya.

Bethany berdiri, memperbaiki roknya yang kotor terkena debu, dedaunan, dan beberapa ranting kecil yang menempel.

“Wow.” Zayn memulai, “Kau sudah tinggi sekali, Beth.”

Zayn berjalan pelan kearah Bethany. Dia menyelipkan rambut Bethany yang menutupi kedua telinganya, dan disana terlihat anting kupu-kupu putih di telinga kiri dan kupu-kupu hitam di kanannya.

“Kukira itu sudah berubah.” bisik Zayn pelan. Bethany menaikkan sebelah alis matanya, “Itu? Itu apa?”

Zayn melangkah mundur dengan pelan, “Aku berharap anting itu berubah jadi putih keduanya, supaya aku bisa cepat membawamu kesana dan segera menikah.”

Bethany tersentak kaget, matanya melebar. “Apa maksudmu dengan kata ‘menikah’?” sindirnya. Bethany tidak bisa mengerti ucapan aneh orang-orang belakangan ini.

Zayn kembali melangkah mendekat ke Bethany dan Bethany melangkah mundur secara refleks. Tetapi dibelakangnya terdapat tembok dan itu menghalangi dirinya untuk menjauh secepatnya dari lelaki-tidak-dikenal-ini.

“Ayahku half-blooded, Bethany.” bisik Zayn tepat di telinga kanan Bethany, “Ayahku adalah half-blooded tertua yang berhasil bertahan hidup. Dan dia mempunyai kekuatan untuk meramal.”

Bethany menelan ludah mendengar kata ‘half-blooded

“Dan dia meramalkan sesuatu yang spesial, Beth. Kau tahu itu kan?” bibir Zayn lebih mendekat ke telinga Bethany dan itu membuat Bethany merinding—pria ini gila, pikirnya.

Bethany hanya menggeleng sebagai jawaban.

“Kita akan menikah, Sayang. Walau aku tahu half-blooded susah berhasil jika digabungkan dengan dua suku berbeda—malaikat dan dewa kematian—aku yakin kita bisa melewatinya.”

Bethany tidak percaya. Faktanya, hatinya membantah itu.

roof >< h.s {completed}Where stories live. Discover now