proof of life 3

312 47 3
                                    

Seharusnya Jihoon tidak menghiraukannya. Seharusnya ia juga tidak menganggapnya remeh. Dan seharusnya ia segera berkonsultasi pada dokter.

Jihoon menenggelamkan diri dalam bathtub. Menyisakan setengah wajahnya dipermukaan air.

Ia termenung. Memikirkan berbagai hal yang terjadi padanya belakangan ini. Meski ia ingin bersikap seolah tak terjadi apapun -seperti hal yang selalu ia lakukan-, tapi ia tak bisa bersikap acuh untuk saat ini. Tidak bisa. Jihoon merasa ada sesuatu yang salah.

Jihoon mengangkat kedua tangannya ke permukaan. Mengamati keduanya.

Ia kembali teringat saat tangan kanannya mendadak kram saat itu. Lalu beberapa saat kemudian, tangan kanannya kembali baik-baik saja.

Sama seperti apa yang terjadi beberapa hari kebelakang. Tapi kali ini bukan tangan kanannya. Melainkan tangan kirinya.  Tangan kirinya sering mengalami kram mendadak.

Kram itu tiba-tiba akan muncul saat Jihoon sedang melakukan pekerjaan. Awalnya kram itu akan berlangsung singkat. Hingga pada akhirnya, kemarin Jihoon sama sekali tidak bisa menggerakkan jemari tangan kirinya. Tapi, ia masih bisa mengangkat lengannya.
Seperti saat ini. Jihoon bisa mengangkat lengan kirinya. Tapi, ia masih tidak bisa menggerakkan jemari maupun pergelangan tangannya.

Apa yang harus kulakukan?, batinnya dilema.

Tok tok tok,

"Jihoonie, kau baik-baik saja? Kau tak apa, kan?" Soonyoung mengetuk pintu kamar mandi.
Mulai gelisah karena Jihoon yang tak kunjung keluar dari kamar mandi selama lebih dari setengah jam.

"Berisik! Aku baik-baik saja. Jangan mengganggu!" Sentak Jihoon dari dalam.

"Kau yakin?!"

"Ya!"

"Apa yang sedang kau lakukan? Kenapa lama sekali?" Soonyoung curiga. Tak biasanya Jihoon menghabiskan banyak waktu untuk mandi. Dan hal ini sangat langka.

"Aku berendam," jawabnya cepat. "Sudah sana! Jangan banyak tanya! Mengganggu saja!" Omel Jihoon dari dalam kamar mandi. Membuat Soonyoung menghela nafas kemudian berbalik pergi.

"Cepat selesaikan. Aku menunggumu di meja makan," katanya sebelum benar-benar pergi.

"Hm!" Jihoon hanya menggumam sebagai jawaban.

Ia menghela nafas. Jika Soonyoung mengetahui keadaan tangan kirinya, maka nanja itu akan sangat khawatir. Dan Soonyoung yang sedang khawatir, adalah satu hal yang tidak ia sukai.

Lebih baik aku ke dokter saja besok. Dan jangan sampai dia tahu, batin Jihoon memutuskan. Ia sudah cukup lama membiarkan tangannya yang sering mengalami kram. Dan ia mulai cukup khawatir dan penasaran dengan apa yang terjadi pada tangannya.

-PoL-

"Kau lama, Jihoonie," sambut Soonyoung begitu melihat Jihoon yang berjalan pelan menghampirinya di meja makan.

"Aku tidak memintamu untuk menungguku," sahut Jihoon yang tak lupa meninggalkan keketusannya.

"Aku tak bisa menikmati makanku jika kau tidak menemani." Terdengar sangat manja. Tapi memang benar. Soonyoung tidak akan bisa makan dengan nikmat jika tidak ada Jihoon yang makan bersamanya.

"Kau sangat kekanakan," gerutu namja kecil ini sembari mengambil makanan yang sudah disediakan oleh Soonyoung.

"Hei! Memangnya kenapa? Aku hanya ingin makan bersamamu. Aku sudah terbiasa makan denganmu, Hoonie."

"Iya iya. Aku tahu. Sekarang diamlah dan ayo makan!" Sentak Jihoon yang sudah siap untuk makan.

Soonyoung tersenyum lebar melihatnya. Ia benar-benar tidak akan bisa makan dengan baik jika namja mungil ini tidak ada bersamanya. Dan Soonyoung tidak bisa membayangkan hal itu terjadi.
Mungkin terdengar sangat berlebihan. Tapi tidak bagi namja sipit ini. Ia sudah bersama Jihoon sejak kecil. Jihoon yang yatim piatu sejak umur 9 tahun, akhirnya tinggal bersama keluarga Soonyoung setelah Soonyoung memohon pada kedua orang tuanya. Meminta agar Jihoon diperbolehkan tinggal bersama mereka.

Proof Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang