Part 9 (b)

64 7 0
                                    

Suara itu menginterupsi kegiatan tertawa mereka.

Rayhan pun memandang tajam kearah pintu kamar Zeyra.
"Lo siapa?" tanya Rayhan sinis seraya mengangkat satu alis nya.

"Oh lagi ada temen Zeyra." ucap orang itu kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang ia sendiri yakin itu tak gatal.

"Lo siapa?" ulang Rayhan tegas.

"Ray." ingat Zeyra karena ia tahu kekasih nya itu gampang sekali tersulut emosi nya. Ahh kenapa orang itu harus datang sekarang. Kenapa pula ia harus datang.

"Kenalin gue Rafa. Rafa Aditama. Teman nya Zeyra. Yakan Ra?" ucap orang itu yang ternyata adalah Rafa.
Ia memalingkan wajah kepada Zeyra dengan senyum miring nya. Kalau Rafa seperti itu entah mengapa Zeyra seperti merasa bersalah kembali. Senyum itu. Senyum yang diberikan kepada Zeyra ketika terakhir kali mereka bertemu.

Sedangkan Fany, dan yang lain nya menatap bingung keadaan didepan mereka saat ini.

"Ah ya. Dia temen gue. Dulu pas SD." jawab Zeyra takut-takut yang kemudian mendapat tatapan sinis dari Rafa.

"Kok lo bisa tau Zeyra sakit? Padahal lo cuma temen SD nya dulu." tanya Ferly yang kini sudah berpaling dari game nya untuk menatap seseorang yang berada di depan nya kini.

"Gue sama Zeyra masih berhubungan baik. Apa salahnya gue jenguk dia?" ucap Rafa datar.

"Yaudah lah. Ngga papa dia kan mau jenguk Zey. Dah yuk kita sekalian pulang aja. Siapa tau mereka mau ngobrol." ajak Nayra tiba-tiba. Zeyra pun mendengus kesal.

"Bener kata Nay. Ntar juga kan kita bisa kesini lagi habis ganti baju." lanjut Fany yang kini sudah berlalu mengikuti Nayra.

"Udah bro. Biarin mereka ngobrol dulu." ucap Rino seraya menaruh tangan kanan nya dipundak Rayhan bermaksud mengajak lelaki itu keluar.

"Mereka cuma temen anjir. Udah ayok. Zey kita sekalian pulang ya." lanjut Ferly yang melihat wajah Rayhan masam.

Begitu mereka ingin berlalu mata tajam Rayhan bertubrukan dengan mata hazel milik Rafa.

"Jangan lo sentuh Zeyra. Dia milik gue." ucap Rayhan sinis.

Rafa pun terkekeh,
"Tenang bro. Gue ngga gigit dia." balas Rafa tenang.

Sepeninggal Rayhan dan yang lain dari kamar Zeyra, ruangan itu kini sepi. Lengang. Tidak ada yang mengangkat suara. Akhirnha Zeyra memutuskan mengangkat bicara.

"Ada apa lo kesini lagi?"

"Gue cuma jenguk lo."

Zeyra yang mendengar jawaban itu pun terkekeh pelan.
"Lo mau bales dendam." ucap Zeyra yang kini sudah menatap datar lelaki di depannya itu. Ahh itu lebih seperti pernyataan dibanding pertanyaan.

"Hm. Lo ngga sepenuhnya bener. Kan gue udah bilang tempo hari. Gue cuma mau memperbaiki semuanya. Semua yang udah lo hancurin gitu aja." ucap Rafa datar.

Zeyra sudah bisa mencium aura tidak enak disini. Bukan berarti dikamar Zey ada setan. Bukan.

"Kenapa kehadiran lo selalu ngebuat gue ngerasa bersalah? Apa lo ngga cukup buat gue menderita?" tanya Zeyra pelan. Bahkan saat ini matanya memanas.

Rafa tertawa pelan mendengar penuturan Zeyra dan nada bicaranya itu, "Ngga salah? Huh? Bukan nya lo yang udah ninggalin gue waktu itu? Apa lo fikir gue juga ngga menderita? Karena lo gue hampir depresi! Lo ninggalin gue tanpa alasan Ra." ucap Rafa penuh amarah tetapi ia menatap sendu Zeyra saat mengatakan kalimat terakhir.

"Raf cukup! Gue.. Lo ngga tau disitu posisi gue gimana. Lo ngga tau apa-apa!" balas Zeyra. Ia bahkan sudah tidak bisa membendung airmata nya lagi. Sudah cukup penderitaan nya selama ini.

"Lo tetep aja egois Ra." ucap Rafa seraya berlalu begitu saja meninggalkan Zeyra dengan rasa bersalah nya.

Sinar mentari pagi mengintip melalui celah jendela yang tersisa. Gadis itu sudah siap dengan seragam SD nya.

"Zey cepetan nak. Rafa udah nunggu nih." teriak Desi, sang mama.

"Iya ma. Zey turun." ucap Zeyra seraya menyelesaikan kegiatan nya mematut diri.

Rafa. Rafa Aditama. Anak dari tetangga depan rumah nya yang kini menjadi sahabat karib nya. Mereka sudah bersahabat sejak dari orok katanya. Huh ada-ada saja bukan.

"Pagi Zeyra." ucap Rafa seraya tersenyum lebar.

"Pagi juga Rafa. Ayo kita berangkat." ajak Zeyra menggenggam tangan Rafa.

"Ma, Zeyra berangkat."

"Tante, Rafa sama Ra berangkat ya."

"Hati-hati."

Mereka melalui keseharian dengan senyum tersirat di wajah masing-masing keduanya.

*tok* *tok* *tok*

"Zeyra! Ayo berangkat sekolah." ajak anak lelaki itu.

Tetapi hasilnya nihil. Tidak ada seorang pun di dalam nya. Kemana pergi nya gadis kecil itu?
Besok nya Rafa melakukan hal yang sama. Tetapi tetap saja ia tidak bisa menemukan keberadaan gadis itu.

Sampai suatu pagi saat ia ingin berangkat sekolah, ia mendengar percakapan kedua orang tua nya.

"Iya. Yang tetangga depan itu loh pa."

"Iya papa tau. Kenapa dia pindah?"

"Mama sih ngga tau. Cuma kasian Rafa dia jadi ngga ada temen berangkat sekolah lagi."

Pindah?

Siapa yang pindah?

Tidak mungkin Zeyra meninggalkan nya begitu saja. Tidak mungkin Zeyra tidak memberitahunya apa-apa.
Ia marah. Ia kecewa. Mulai detik itu ia membenci Zeyra. Zeyrani Fahira Casanova. Seorang gadis SD yang meninggalkan nya tanpa alasan juga tanpa pamit.

Kini tangis Zeyra pun pecah. Ia merasakan sakit. Tetapi tidak seorang pun tahu. Tidak seorang pun peduli. Lagipula mengapa Rafa harus kembali disaat seperti ini? Apa takdir sedang mempermainkan mereka? Ntahlah hanya sang waktu yang bisa menjawab.



Okee segitu dulu yak:D
Jangan lupa tinggalkan jejakk:*:*

Secret of ZeyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang