Yeeayy aku update lagi!!
Ku saranin baca part ini sambil denger yang di mulmed ya..
--------
"H-hai."
Sontak kedua nya pun terdiam.
"Lo sal-" belum sempat Rayhan melanjutkan kata-katanya, Zeyra sudah memotong ucapannya, "Gue duluan." ucap nya datar walaupun Zeyra masih menampilkan sedikit senyuman di wajah nya.
Rayhan pun gusar. Ia menjambak rambutnya kesal.
"Lo keterlaluan, Nay. Gue ngga habis fikir sama pemikiran lo." ucap Rayhan pelan tetapi mengandung unsur intimidasi di dalam nya. Untuk siapa pun yang mendengar nya, bisa kita pastikan dia langsung terduduk lemas.Dan benar saja.
Setelah Rayhan berlalu, Nayra pun terduduk sambil menangis sesegukan. Hatinya remuk. Ia merasa bersalah kepada Zeyra. Tapi ia juga tidak bisa mempungkiri semua nya kalau ia juga suka Rayhan. Nayra suka Rayhan.
"Zey lo dari mana deh? Lama amat." tanya Fany begitu Zeyra berhasil meletakkan pantat nya dibangku miliknya.
Yang ditanya pun hanya diam.
Kejadian tadi masih terekam jelas di memori kepala nya."Dia suka Rayhan." ucap nya lirih. Tapi mampu membuat Fany terlonjak kaget.
"Nayra." Fany yang sedang berusaha menafsirkan sesuatu pun kaget saat mendengar perkataan Zeyra. Ia benar-benar tidak menyangka. Coba bayangkan, Fany saja shock apalagi Zeyra.
"Lo-lo salah denger kali?" nyatanya ucapan Fany barusan terdengar seperti pertanyaan.
Fany pun hanya melihat Zeyra yang menggeleng lemas. Sedetik kemudian ia langsung membawa Zeyra masuk ke pelukannya. Ia tahu Zeyra sedang tidak baik-baik saja. Tidak ada yang baik-baik saja ketika mengetahui bahwa ternyata sahabatmu dan kamu mencintai orang yang sama.
Fany tahu Zeyra ingin menangis karena terasa badan nya yang mulai gemetar. Tapi satu hal yang Fany tahu. Zeyra sedang berusaha menyimpan kesedihannya. Zeyra sedang berusaha menyimpan kekecewaannya. Fany tahu Zeyra tidak ingin terlihat lemah. Tapi tidak bisakah ia mengeluarkan semua nya? Agar beban yang di deritanya setidaknya menjadi lebih ringan. Dan satu hal lagi yang Fany tahu, ia siap menjadi sandaran Zeyra ketika semua orang membiarkannya jatuh bahkan hancur.
"Lo ngga usah sok kuat." ucap Fany setelah beberapa menit Zeyra tak kunjung bersuara, "gue tau lo rapuh." lanjutnya. Dan tepat saat Fany melanjutkan kata-katanya, seorang dengan mata hitam nya yang meneduhkan datang menghampiri keduanya.
Zeyra yang menyadari ada orang lain didekatnya pun mengangkat kepala nya. Saat mata mereka bertemu, orang-orang bisa melihat bahwa tatapan mereka menyiratkan kesedihan.
"Gue tau lo kaget, Zey." ucap seorang itu sambil terus menatap Zeyra.
"Tapi gue ngga yakin bisa ngalah terus demi lo."
"Maksu-" ucap Fany yang kini sudah berdiri diantara keduanya.
Tangan Nayra pun beralih ke pundak Fany menahan nya agar tetap duduk.
"Shh, lo ngga perlu ngomong, Fan."
Nayra pun kembali menatap Zeyra."Mulai sekarang gue bukan sahabat lo. So, kita bisa bersaing buat dapetin Rayhan. Deal?" lanjutnya yang entah sejak kapan mulai menatap Zeyra dengan pandangan seolah-olah "gue-benci-lo-dari-dulu".
"Lo gila, Nay!" teriak Fany. Kenapa semudah itu Nayra memutuskan persahabatan mereka? Apa selama ini hal-hal yang mereka lakukan bersama tidak berarti apa-apa?
Zeyra hanya terdiam. Masalah ini datang bertubi-tubi. Ia pusing memikirkan semuanya. Sampai kepala nya terasa berat dan nyeri di pinggang nya pun terasa sekali. Dan setelah itu semuanya gelap.
-^-
Ruangan persegi itu terlihat lengang. Hanya suara orang berlalu lalang yang masih bisa terdengar sampai ruangan itu karena penghuni di dalamnya tidak ada yang bersuara.
Sampai seorang berani membuka suara.
"Lo kenapa ngga bangun deh." ucapnya yang kini terlihat sedang mengacak rambutnya. Terlihat sekali ia sedang khawatir terhadap adiknya yang kini terbaring lemah di atas brankar rumah sakit."Kak, kita pulang yuk. Ambil baju Zeyra dulu. Nanti kita kesini lagi." ajak Desi. Siapa bilang ia tidak sedih lantaran Zeyra harus rawat inap lagi. Justru sewaktu ia mendapat kabar dari pihak sekolah bahwa Zeyra pingsan dan dibawa ke rumah sakit, ia langsung menangis histeris.
"Gue titip Zeyra." ucap Ferdi kemudian berlalu, "Ayo, Ma."
"Lo bangun dong." pinta seorang itu yang kini sudah duduk disamping brankar dengan tangan nya yang menggenggam tangan Zeyra lainnya yang bebas dari infus.
"Kenapa lo?" tanya Nayra sinis karena sedari tadi Fany menatapnya tanpa berpaling.
"Zeyra pingsan karena lo." desis nya tajam. Ia gerah dengan sikap Nayra yang kekanak-kanakan seperti ini.
"Bukan salah gue. Dia kan emang udah penyakitan." balas Nayra tajam.
Rayhan pun mengalihkan pandangan nya menatap Nayra.
"Mending lo pulang."
"Tapi kan-" sergah nya.
"Pulang, Nay." ulang Rayhan tegas. Ia jengah melihat
"Oke. Oke gue pulang." ucapnya kemudian beralih menatap Fany kesal lalu melangkah meninggalkan ruangan.
"Lo pasti udah tau." tebak Rayhan langsung kepada Fany tetapi pandangan nya tidak beralih dari Zeyra.
"Gue juga kaget, Fan. Jujur gue bingung harus gimana."
"Zeyra pacar lo. Lo ngga perlu bingung." balas Fany kesal.
"Atau lo-" Fany menggantungkan kata-katanya.
"Lo tau siklus pacaran, Fany. Lo ngga bego." ucap Rayhan.
Fany pun menerka-nerka.
"Jangan bilang lo-"Belum sempat Fany menyelesaikan ucapannya, "Iya. Gue jenuh. Kadang gue ngerasa kalau gue bosen sama Zeyra. Tapi disatu sisi gue ngga rela kalau ngeliat dia bahagia karena cowo lain."
Fany tidak bisa berkata. Kejadian ini bertubi-tubi datang berurutan seolah-olah sang pemeran tidak ada hak untuk bahagia.
"Lo egois, Ray."
"Lo egois kalau lo ngga ngebiarin Zeyra mendapat kebahagiaan dari orang lain tapi lo sendiri bebas mau bahagia sama siapa aja."
Yeay selesai juga part 16
Makasiiii buat yg udah nungguin aku update
Oke sepertinya aku akan ada banyak try out dan kawan" nyaaa wkwkk
So, aku bakalan berusaha buat sering update Zeyra okaySee yaaaaa!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Zeyra
Teen FictionDulu aku sama seperti remaja lainnya, pernah mencintai seseorang. Hingga akhirnya orang tersebut menghancurkanku begitu saja. Sejak saat itu aku tidak lagi tertarik dengan laki-laki. Tidak. Aku bukan tidak normal. Tepatnya aku trauma. Trauma untuk m...