Dehaman Rayhan mampu membuat kedua nya melepas pelukan itu.
Rayhan pun masuk melewati kedua insan itu dan berlanjut menempatkan pantat nya di sofa ruangan itu."Gimana keadaan lo?" tanya nya langsung.
"Ra, gue keluar dulu. Ray, titip Zeyra." pinta nya yang kemudian beralih menatap Rayhan yang terduduk di sofa.
"Gue pacar nya. Gue bisa jagain dia lebih dari lo." desis Rayhan tajam.
Rafa pun mengangkat bahu nya acuh. Ia tidak terlalu memikirkan tentang Rayhan yang begitu dingin padanya. Setelah itu dia mengulurkan tangan nya mengacak rambut Zeyra seraya berlalu meninggalkan Rayhan yang tatapan nya menajam setelah melihat kejadian barusan.
"Gue okay." jawab Zeyra pelan sambil menghembuskan nafasnya lelah.
"Sorry gue baru bisa jenguk lo."
"Gue ngerti. Lo perlu menafsirkan semua ini kan? Termasuk perasaan lo." tepat di kalimat terakhir, Zeyra menatap sendu mata tajam Rayhan dan sedetik kemudian mereka beradu pandang. Mata yang sama-sama menunjukkan kesedihan yang mendalam. Termasuk Zeyra.
"Gue ngerti, kok. Lo ngga perlu merasa bersalah karena-"
*drtt* *drtt*
Belum sempat Zeyra melanjutkan kalimat nya, handphone yang berada di saku celana Rayhan bergetar mendandakan ada seseorang yang menelfonnya.
"Halo."
"--"
"Beneran, bi?"
"--"
"Iya. Rayhan kesana."
*tut* *tut* *tut*
Dan sambungan telefon pun terputus.
Rayhan langsung beranjak dari sofa,
"Sorry gue harus pergi. Nayra butuh gue."Deg.
Apa-apaan dia? Seharusnya dia tahu kalau Zeyra lebih membutuhkan dia saat ini.
"Lo ngga papa, kan kalau gue tinggal?"
Zeyra sedang berusaha mati-matian menahan air mata itu agar tidak jatuh sekarang juga.
"Iya. Gue ngga papa.""Nayra lebih butuh lo." lanjutnya sedetik kemudian seraya mencoba untuk menyunggingkan senyum nya.
"Gue sayang lo." ucap Rayhan dan kemudian beralih mencium kening Zeyra dan hilang bersamaan dengan pintu ruangan yang tertutup.
"-karena perasaan bisa berubah kapan aja kan, Ray?" lanjutnya lirih.
Ia tidak mau menangis 'lagi'. Ia tidak mau menjadi Zeyra yang lemah. Tapi siapa yang bisa menahan air mata itu disaat orang yang kamu sayangi, orang yang selalu kamu sebut namanya disetiap doa, lebih memilih sahabat kamu sendiri daripada kamu. Pacarnya. Oh mungkin saat ini kata 'pacar' sudah tidak berlaku untuk Zeyra.
Perasaan bisa kadaluarsa tapi apa dengan begitu mereka harus berpisah? Melupakan semua kenangan yang telah terjalin. Melupakan waktu yang telah dilalui bersama. Kenapa semudah itu cowok merubah haluan? Sedangkan cewek mati-matian menahan rindu yang menyiksa.
*tok* *tok* *tok*
"Eh, ada den Rayhan. Mangga masuk." sapa seorang wanita tua.
"Nayra dimana ya bi?"
"Di kamar nya, den. Dari tadi bibi suruh makan ngga mau si non teh."
"Oh yaudah kalau gitu saya langsung ke kamar nya aja, bi." ucap nya sambil beranjak menaiki tangga dan menuju kamar Nayra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Zeyra
Teen FictionDulu aku sama seperti remaja lainnya, pernah mencintai seseorang. Hingga akhirnya orang tersebut menghancurkanku begitu saja. Sejak saat itu aku tidak lagi tertarik dengan laki-laki. Tidak. Aku bukan tidak normal. Tepatnya aku trauma. Trauma untuk m...