11. The Second Brother

475 50 1
                                    

Sebelum baca, di vote dulu yaa
Aku benar-benar berterima kasih jika kalian bersedia menyentuh vote sebelum membaca cerita ini ^_^

---

Yuu duduk di teras rumah Ling lie sambil menundukkan kepalanya.
Upacara pemakaman sudah berakhir dari satu jam yang lalu namun Yuu masih saja melamun disana walaupun panas matahari siang itu sangat menyengat.

"Kau masih disini?" tanya Shen membangunkan lamunan Yuu.

Shen duduk disamping Yuu sambil memberinya sebuah sapu tangan.

"Aku dengar Ling lie sengaja ingin datang ke apertemenmu karena kau tidak membalas panggilannya"

Yuu menatap Shen dengan berlinang air mata. Diambilnya sapu tangan itu lalu digenggamnya dengan erat.

"Maafkan aku.."

"Seharunya aku memberitahunya dulu, dan jika aku memberitahunya lebih awal. Ling lie tidak akan seperti ini!" teriak Yuu sambil memukul-mukul kepalanya.

Shen menepuk pundak Yuu, dilihatnya langit tanpa awan di siang hari itu.

"Ya, kau tau, Ling lie tidak suka melihat sahabatnya menangis. Jadi cepatlah seka air matamu, jangan sampai Ling lie melihatmu seperti ini" timpal Shen.

Ia akhirnya bangun dan meninggalkan Yuu.

Yuu masih menangis. Tangisnya semakin menjadi-jadi setelah mengingat semua kenangan tentang Ling lie.

"Miyu, ayo masukkan ekor dan telingamu! Jika semua orang tau mereka akan menangkapmu!" ucap Zou.

Mereka bertemu saat Miyu berjalan keluar rumah sakit lewat jalan belakang.
Ia menarik tangan Miyu untuk sembunyi dan Miyu saat itu sontak memeluk Zou.

Zou akhirnya memakaikan jubah abu-abu ke kepala Miyu untuk menutupi telinganya dan akhirnya membawa Miyu pergi sambil menutupi ekor Miyu dengan badannya.
.

.
.

Tak lama kemudian mereka sampai disebuah rumah tua yang sudah tidak berpenghuni.
Dilepasnya jubah Miyu dan memastikan Miyu baik-baik saja.

"Aku tidak bisa jika bukan Yuu yang memerintahkannya" ucap Miyu sambil terus memeluk erat Zou.

"Jadi laki-laki itu yang sudah membuatmu seperti ini?!" kesal Zou.

Zou kemudian berdiri dan memakai jubahnya.
Dengan ekspresi kesal ia pergi ke luar rumah itu dan mengunci pintu rumah itu.

Miyu hanya terdiam, badannya mulai lemas. Ia memegangi kepalanya yang pusing dan akhirnya pengelihatannya pun mulai kabur.
Seketika badannya ambruk dalam kegelapan rumah tua itu.

Yuu membuka pintu kamar apartemennya.
Kamar apartemennya masih terlihat sepi seperti kemarin.
Iya duduk di tempat Miyu biasanya tertidur.
Ia kembali memukul kepalanya dan menangis.
Rasa menyesal menghantuinya, ia sudah mengusir Miyu bahkan membiarkannya berkeliaran dengan ekor dan telinga kucingnya.
Entah apa yang akan terjadi jika masyarakat melihat Miyu dengan keadaan seperti itu.

Yuu kemudian menghidupkan televisi dan memastikan tidak ada berita tentang Miyu yang berkeliaran dengan wujudnya yang seperti itu.

Namun mata Yuu tiba-tiba terbelalak ketika melihat sebuah berita live di televisinya.

"Telah ditemukan sesosok perempuan dengan telinga dan juga ekor kucing! Wah, bagaimana ini bisa terjadi ya? Apakah masih ada penyihir di jaman ini? Kita akan segera ke lokasi tempat perempuan itu berada. Saksikan berita selanjutnya setelah jeda berikut ini" ucap seorang reporter dalam televisi.

My Beautiful CatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang