Suara disetiap sudut menjadikan ruangan ini menjadi lebih hidup. Hinaan, tawaan, ghibahan, semuanya lengkap disini. Mereka sama-sama saling tertawa bila satu diantara mereka kalah. Mereka saling membully satu sama lain dengan bedak yang membuat hidung menjadi lebih hidup. Satu cobaan untuk yang kalah, yaitu dilumuri bedak.
"Ha..Ha, HATCHIIIMMMM!" Riko mengusap-usap keras hidungnya. Sudah 2 kali ia kena bedak sialan ini.
"MAMPUS LU BANGSAT." Teriak Akam dengan bahagia lalu tertawa kencang.
"Sumpah anjing, gue kapok gamau ikutan lagi!" Riko mengangkat kedua tangannya keatas tanda menyerah.
Akam pun memeluk leher Riko dengan tangannya "Cupu lo, malu sama batang!"
Semua tertawa keras.
Riko dengan muka yang di lumuri bedak itupun hanya bisa menggaruk-garuk hidungnya yang gatal. Ia merutuki pembuat ramuan bedak ini.
"Siapa yang buat bedaknya si, anjing?" Tanya Riko belum mau ikutan permainan.
Mereka semua menunjuk laki laki yang masih berseragam dengan hoddie hitam bertulis "Taylor Gang of Die". Lelaki yang di tunjuk pun hanya mengulas senyum simplenya lalu mengangkat alisnya seperti mengatakan kenapa emang?
"GAMAU! GUE KAPOK! IDUNG GUE GAKUAT AH!" Riko bangun dari meja menuju kamar mandi di kanan sudut ruangan.
"Besok pake rok, Ko!" Teriak Akam sambil mengeluarkan sumpah serampahnya "Ayo, gan lanjut."
Sedari awal permainan uno ini, Akam lah yang paling nafsu. Sampai sampai bedak yang tadi dilimuri ke Riko masuk ke hidungnya. Akam melihat satu bulu hidung Riko tadi ditangannya.
Ada 5 orang disini. Memang sedikit, tapi hanya merekalah yang siap bolos dengan senang hati. Bukan dengan senang hati, sih. Tapi memang niat awal mereka bolos.
Padahal sekarang sedang ulangan akhir semester.
Seharusnya, disini bisa ada 20 orang lebih yang nongkrong. Tetapi dengan beda beda sekolah jadi tidak semua anak-anak selalu bareng-bareng disini. Kadang jika ingin berkumpul semua, hanya waktu jam 1 pagi dan malam minggu saja.
Riko kembali dengan wajah yang sudah bersih dengan bedak laknat itu "Anjing lu, Pen. Muka gue merah-merah kaya tai."
Stevant hanya mengeluarkan senyumnya lagi.
"Hei, titisan dari Tuhan," Panggil Riko berjalan menuju mereka "Bagaimana kalau kita pergi ke sekolah?"
Semua melempari Riko dengan kartu uno membuat Riko jongkok dan menutupi kepalanya dengan tangan lalu tangan satunya menutupi badannya, walau tidak tertutup semua.
"TELAT, ANYINK!" Teriak Gisma dengan ludah kebanggaannya yang keluar dari goa Hiring.~¤~
"Anak-anak itu bolos lagi?" Tanya cewe paruh baya menggunakan tongkat di tangannya.
Yang ditanya, Pak Basyar, hanya mengangguk patuh.
Bu Giyanti menggeleng-gelengkan kepalanya lagi "Dimana tempat tongkrongan mereka?"
Pak Basyar menggeleng "Yang saya tau hanya Gang-nya saja, Bu."
"Dimana?"
Pak Basyar memberitahu gang itu, membuat Bu Giyanti melotot tak percaya.
"Antar saya kesana."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me
RandomStevant Ryant, yang sehari-harinya nongkrong di Tongkrongan Reman, beradu jotos dengan teman sendiri, dan kebiasaannya main uno, membuat racikan hebat tentang bagaimana cara memerahkan wajah orang menjadi bintik-bintik merah hanya dengan bedak. Jika...