"Lho, Stevant?" Anin menatap Stevant dengan tatapan bingung, bertanya-tanya di dalam hati bagaimana dia bisa disini?
Stevant hanya mengangguk entah apa artinya dan langsung masuk toilet cowo.
Anin pun menghela napas kasarnya, dia masih nyebelin. Pikir Anin lalu masuk ke toilet cewe.
Penampilan Anin sudah bisa dibilang perfect, meskipun bagi Anin tidak. Anin yang melihat pantulannya di cermin pun meraba-raba rambutnya yang dibentuk aneh. Menurutnya seperti, seperti rambutnya menipu.
Dengan model bergelombang dan pita di dekat telinga pun membuat kesan anggun dalam diri Anin. Ya, meskipun kalian tau bahwa pendapat Anin dan kita jauh seperti mata memandang. Anin yang menatap dirinya seolah-olah Cabe-cabean Karawaci pun memandang pantulannya dengan wajah menekuk.
Ia ingin sekali merombak rambutnya agar lurus dan hitam kembali. Bukan seperti ini. Rambutnya di buat bergelombang dan bawahnya berwarna navy yang senada dengan gaunnya membuat kesan Anin tampil lebih buruk dari cabe-cabean.
Anin merutuki sist-sist berbatang di salon Mamanya itu.
Dan ia merutuki ke-tidaksengajaan ia bertemu dengan Stevant tadi.
Stevant mencuci mukanya yang terasa gerah. Stevant melihat pantulannya di cermin, dasi biru dongker dan jaz Hitam pekat, membuat Stevant dipandang sopan.
Berbeda dengan di sekolah.
Dan menurut Stevant juga, Anin beda seperti disekolah.
Malam ini, terasa seperti Anin sangat-sangat anggun. Meski watak keras nya masih terlihat.
Dengan mengusap wajahnya, pemikiran Stevant tentang Anin dan dirinya yang tidak disengaja menggunakan gaun yang jika di satukan terlihat cocok membuat mood Stevant buruk.
Menekan knop pintu toilet cowo dengan hati-hati, Stevant mengintip keluar, takut Anin dengan waktu yang sama juga keluar dari toilet.
Tidak ada tanda-tanda jejak kaki diluar pun Stevant membuka pintu toilet lebar dan senyumnya mengembang. Anin belum keluar.
Stevant pun merapihkan dasi sedikit dan berjalan santai dengan tangan dimasukan ke kantong celana.
Rambutnya agak sedikit di beri pomade agar terlihat rapih tadi.
Lobby menuju bagian Ruang Tengah memang lumayan jauh. Stevant mengangkui kalau keluarga Riko sangat kaya. Kekuasaan perusahaan Om Nizar sudah dimana-mana maka itu keuntungan papahnya jika bekerjasama dengan perusahaan Om Nizar.
Stevant duduk di bangku yang tersedia di bagian tengah lorong. Mengambil benda yang sedari tadi bergetar terus di kantong celananya.
Rivalza Ali: Besok gamasuk gue.
Akama Sebastian: Besok gamasuk gue.(2)
Riko Zaky: Besok gamasuk gue.(2)
Akama Sebastian: Gue duluan tolol.
Riko Zaky: Gue dluan anjing.
Akama Sebastian: Apaan si buktinya lu dibwh gue
Riko Zaky: Bacot gue duluan.
Stevant: ANJING
Akama Sebastian: anjing ngomong anjing. he
Stevant: bacot
Akama Sebastian: Kasar
Stevant: SUMPAH
Rivalza Ali: Apaan si lu gjls gblk Van
KAMU SEDANG MEMBACA
Trust Me
RandomStevant Ryant, yang sehari-harinya nongkrong di Tongkrongan Reman, beradu jotos dengan teman sendiri, dan kebiasaannya main uno, membuat racikan hebat tentang bagaimana cara memerahkan wajah orang menjadi bintik-bintik merah hanya dengan bedak. Jika...