O5 ㅡ segi empat

797 172 4
                                    

Kalau saja awal kedekatan Yeri dengan Mark bukan karna prank, mungkin Yeri sudah dapat membuka sedikit hatinya untuk cowok bule itu.

Jujur saja Yeri membutuhkan pelarian. Dia sadar bahwa dia tidak bisa terus mempertahankan perasaannya pada Dino.

Kalau orang bilang tidak ada persahabatan yang murni antara sepasang manusia yang berbeda gender, maka Yeri setuju.

Dirinya dan Dino sudah berteman sejak taman kanak-kanak. Seiring berjalannya waktu, hubungan mereka semakin dekat. Hingga kini Dino menjadi sahabat terbaik Yeri, begitupun sebaliknya.

Bodohnya Yeri sempat berharap lebih pada Dino.

Yeri memainkan ponselnya, membuka aplikasi line dan menutupnya lagi. Sudah seminggu Dino tidak pernah mengirim pesan padanya. Yeri positive thinking, mungkin memang tidak ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan?

Tapi sejak kapan pembicaraan Dino dan dirinya penting? Bukankah biasanya mereka selalu membicarakan hal-hal sepele?

---

Kelas baru, suasana baru. Walaupun sudah nyaris tiga tahun berada di SMA, bukan berarti Yeri mengenal seluruh teman seangkatannya dengan baik.

Beruntung ia sekelas dengan Arin, Doyeon, Mina, Dino, Jeno, Jaemin, dan Mark.

Walau hanya dekat dengan Arin dan Dino, namun nama-nama diatas tidaklah begitu asing di telinga Yeri.

Sedangkan untuk teman sekelas yang lainnya, eungㅡ Yeri sendiri bahkan masih belum dapat menghapal nama-namanya.

Tidak. Kim Yeri bukanlah seorang anak anti-sosial. Salahkan pada sekolahnya yang memiliki lebih dari 300 siswa se-angkatan.

Dan kini di waktu istirahat, Yeri hanya dapat duduk sendiri di mejanya sambil memainkan ponsel.

Arin sudah pergi keluar entah kemana. Doyeon mengunjungi Yoojung sahabat karibnya yang terpisah kelas. Dan Yeri rasa dirinya tidak cukup dekat untuk bergabung bersama teman-temannya yang lain.

Toh mereka tampak asik dengan dirinya sendiri.

Baru saja Yeri akan membenamkan kepalanya di meja, Mark tiba-tiba menghampiri mejanya.

"Sendiri aja?" Tanya Mark dengan nada yang mengejek.

"Menurut lu gimana?"

"Sini gua temenin biar gak sendirian," tanpa disuruh, Mark menduduki bangku kosong di sebelah Yeri.

"Anak-anak yang lain pada kemana? Dino dkk?"

"Ke kantin."

"Lu gak ikut?"

Mark menarik napasnya panjang, "Menurutlu? Duit gua gak abis buat beliin makanan lu kemarin?"

Yeri jadi merasa 'sedikit' bersalah.

Sejujurnya ia pilek bukan sepenuhnya salah Mark.

Siapa suruh ia memakan es krim saat dokter sudah melarangnya? Ditambah dirinya juga mandi malam-malam.

Jadi Mark hanya menyumbang sepersekian persen dari penyebab pileknya hari itu.

"Heh malah bengong, gila ya lu ditemenin orang ganteng masih bisa-bisanya bengong," kata Mark sambil menoyor kepala Yeri.

Yeri langsung memberikan death glare andalannya, dan Mark justru tertawa.

"Sok galak, gak cocok."

"Gua lagi berpikir harus gak nih gua traktir lu baso, tapi kayaknya gak jadi."

"Eeet jadiin dong, gua laper gak bawa bekal."

"Ogah!"

Tapi ujung-ujungnya? Mereka kini duaan makan baso di kantin.

Berhubung habis ini jam BK dan gurunya gak ada, jadi Yeri memutuskan untuk makan baso sama Mark.

Mark heran, kenapa Yeri tampak tidak semangat menyantap makanannya.

"Basonya gak enak Yer?"

Yeri menggeleng.

"Kok kaya gak semangat gitu makannya?"

"Lagi mikir nih," Yeri kembali mengaduk-aduk kuah basonya.

Kalau Arin menyukai Mark, maka tidak seharusnya ia makan ㅡlagi, bersama Mark bukan?

Walau Arin belum cerita, tapi seharusnya Yeri sudah dapat mengantisipasi hal ini.

Dia gak mau ribut sama Arin karna masalah cowok, no no hae.

"Mark gua duluan, lu abisin aja nih baso gua kalau mau. Gua harus cabut sekarang," ucap Yeri dengan tergesa. Mark sampai bingung.

Baru saja ia berdiri, Yeri disuguhkan dengan pemandangan yang tidak mengenakan.

Arin lagi mojok berdua sama Dino sambil makan baso. Persis seperti dirinya dan Mark.

'Ya lord sejak kapan ada mereka?!'

---

Ini kenapa gua rajin banget updatenya ya hehe

Chocolate ✿ MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang