12 ㅡ kuliah

474 84 15
                                    

"Yeri!"

Yeri noleh pas namanya dipanggil. Disana ada Mark, duduk di pojokan kelas sambil lambai-lambaiin tangannya, "Sini, duduk sini!"

"Eoh?" Yeri cengo sebentar terus jalan ke arah Mark. Dia gak nyangka kalau perkataan Mark beneran ngajak dia duduk bareng.

"Udah ngerjain PR Fisika?" Mark nanya pas Yeri baru aja naruh tasnya ke kursi. Yeri menggelengkan kepalanya.

"Hah serius? Jir buru nih salin PR aku!" Kata Mark panik. Lah padahal Yeri yang gak ngerjainnya malah santai? Malah terkesan gak peduli.

"Mark, nanti kuliah mau kemana?" Tanya Yeri tiba-tiba. Matanya masih terfokus pada buku milik Mark, sedangkan tangannya tengah bergerak asal menyalin deretan angka di buku miliknya.

Untuk sejenak, Mark terdiam. Ia masih belum dapat memberikan jawaban yang pasti, semuanya tampak masih begitu kabur.

"Mark?! Aku nanya, jawab dong!"

"Kanada," ucap Mark dengan nada yang nyaris tak terdengar.

"Eh?" Yeri mengalihkan atensinya, menatap Mark yang kini balas menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. "Kamu serius, Mark?"

Mark mengangkat bahunya, lalu memutus kontak mata mereka dan menatap jauh ke papan tulis, seolah ia dapat melihat masa depannya tergambar jelas di sana. "Aku juga gak tau, masih abu-abu."

"Kalau gituㅡ" Yeri tercekat, tidak dapat melanjutkan kalimatnya.

"Kalau gitu apa?"

"Enggak, lupain aja." Yeri menggelengkan kepalanya dan kembali menyibukan diri dengan PR.

"Kalau kamu, mau kuliah kemana?"

"Aku? Hm, yang penting negeri. Kalau bisa yang urutan 10 besar," jawab Yeri. Ia mulai membereskam buku-buku yang akan digunakan pada pelajaran pertama. PR Fisikanya telah ia selesaikan dalam waktu kurang dari 10 menit, semua itu berkat Mark tentunya.

Mark mengangguk, "Aku yakin kamu pasti masuk."

"Semoga ya, aku gak mau ngecewain orang tua aku. Kamu tahu, mereka berharap banget aku bisa jadi dokter. Sedangkan kedokteran itu susah banget masuknya, apalagi di negeri," curhat Yeri.

Sesungguhnya, keinginan orang tua Yeri cukup membuat cewek itu terbebani. Yeri sadar, dirinya bukanlah anak-anak golongan pintar di kelas. Walau nilainya juga tidak buruk, namun Yeri rasa, akan sulit baginya untuk bersaing guna mendapatkan kursi di Fakultas Kedokteran.

"Itu sesuai sama cita-cita kamu?"

Mendengar pertanyaan Mark, Yeri langsung menggelengkan kepalanya dan tertawa. "Sejak kapan aku punya cita-cita jadi dokter?"

Mark mengeryit. "Lalu? Kok mau masuk kedokteran?"

"Udah aku bilang, kan. Orang tua aku yang mau."

Hening selama beberapa detik, keduanya terlalu sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Mark, kamu serius mau ke Kanada?"

"Hm, mungkin. Kenapa?"

"Kamu serius kagi deketin aku sekarang?" Mengeyampingkan harga dirinya, Yeri bertanya seperti itu dengan pipi yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

Mark rasanya ingin tertawa melihat wajah Yeri saat ini. Jika saja suasananya tidak sedang mellow seperti sekarang.

"Aku serius. Kenapa?"

"Mending gak usah. Aku gak mau nanti akunya baper, kita jadian, terus aku ditinggal kamu pergi pas lagi sayang-sayangnya."

Duar! Kim Yeri dan mulut blak-blakannya.

———

Adakah yang masih menunggu cerita ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Chocolate ✿ MarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang