Kakiku berjalan tanpa arah setelah keluar dari gerbang rumah, membawaku entah kemana.
Sekarang sudah sore menjelang malam, membuatku sedikit ketakuan untuk berjalan sendirian.
Mungkin aku harus mencari tempat kos yang murah atau penginapan. Aku nggak ingin menghamburkan uangku dengan langsung menginap satu malam di hotel dan membuatku nggak bisa menyambung hidup lagi di esok hari.
Menginap di rumah teman? Lupakan saja! Aku nggak punya teman sama sekali. Untuk saat ini.
Dulu waktu SMP, aku punya satu. Namanya Tabitha. Cuma gadis itu yang mau berteman denganku. Dulu kami juga tetanggaan.
Tapi semenjak pindah, aku kehilangan kontak dengannya sampai sekarang. Entahlah. Aku sama sekali nggak tau keberadaannya dimana.
Aku berjalan terus, menuju ke kawasan perumahan yang menyediakan jasa kosan sambil terus memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini.
Kakiku melangkah masuk ke dalam sebuah rumah yang bertuliskan 'menyediakan tempat kos untuk wanita'.
"Permisi." Kuketuk pintu rumah tersebut.
"Iya? Ada apa ya, dek?" tanya seorang ibu paruh baya yang memakai daster setelah pintu terbuka.
"Saya mau ngekos, Bu," jelasku.
Setelah menyelesaikan proses pembayaran, aku diizinkan untuk masuk ke kamarku. Ternyata di belakang rumah besar tadi, ada beberapa kamar di belakangnya.
Hanya ada sebuah tempat tidur kecil, penanak nasi dan sebuah kipas angin kecil.
Tempat cuci baju ada di belakang, sedangkan kamar mandi terpisah dari kamar.
Di sederet baris kamar ini, hanya ada 2 kamar mandi. Harus bangun pagi-pagi kalau nggak mau mengantri.
*
Ternyata tidur di sini nggak buruk sama sekali. Kenapa aku nggak pergi dari rumah aja dari dulu? Kenapa harus menghabiskan 2 tahun di dalam rumah laknat itu? Sungguh, aku menyesal.
Jam masih menunjukkan pukul 5, sebelum sampai disini, aku sempat membeli sebuah ponsel. Memang bekas, tapi kondisinya masih bagus dan kurasa cukup mahal ketika pertama dirilis dulu.
Aku adalah orang kedua yang mengantri di kamar mandi. Kalau aku pergi, pasti langsung diserobot oleh yang lain. Terpaksa harus menunggu beberapa menit untuk bisa mandi.
*
Setelah keluar dari kamar mandi, kulihat antrian setelahku bagaikan ular yang memanjang.
Aku hanya memakai pakaian kasual. Kaus dan jeans yang dipadukan dengan sepatu kets.
Entah pekerjaan apa yang harus kulamar dengan hanya tamatan SMA. Untuk jaman sekarang, yang sarjana satu saja susah mencari pekerjaan. Apalagi untuk anak SMA yang baru saja lulus sepertiku. Tunggu sampai mukjizat itu benar-benar ada.
Tujuan pertamaku adalah kafe yang dekat dengan tempat kos. Lumayan juga untuk menghemat ongkos akomodasi kalau mendapat pekerjaan disana.
Kuletakkan surat-surat yang dibutuhkan untuk melamar kerja ke dalam sebuah map bewarna biru.
"Mbak. Saya lihat di depan ada brosur untuk cari waitress, ya?" tanyaku ketika masuk ke dalam kafe.
Dengan nada kecewa, pelayan itu menjawab, "Maaf, Mbak. Itu udah diisi orang lain cuman belum dilepas aja brosurnya."
Aku menghela nafas. "Oh. Makasih ya, Mbak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Ayah
Romance[PREQUEL OF 23 VS 38] Bisa dibaca terpisah. Setelah pengusiran oleh kedua orang tuaku, aku, Alisha Putri Danishwara, harus hidup mandiri. Pekerjaan yang menyimpang dari impianku pada akhirnya kuterima, yaitu menjadi pengasuh anak atau babysitter da...