Part 7: Choice

5K 481 28
                                    

"Maaf, hmn... Geraldo, tapi saya buru-buru. Laquinna udah harus sampai di rumah sebelum jam 11," jelasku sembari melirik jam di tanganku sekaligus upaya mengabaikan leluconnya yang sangat garing itu. Sangat tidak berbobot.

Apa selain anak kecil, para bapak-bapak juga ingin memiliki multi istri?

"Perlu aku antar?" tawarnya. "Sekalian memperkenalkan diri pada calon mertua."

Calon mertua? Calon mertua gundulmu!

"Oh, nggak perlu. Makasi tawarannya. Supir Laquinna udah nunggu di parkiran." Hah! Pria dengan segala macam modusnya. "Permisi. Dadah, Davin." sambungku sambil melambai pada Davin seperti yang dilakukan oleh Quinn juga.

Astaga, sudah jam 10.50 ini. Bagaimana bisa dalam waktu 10 menit kami sampai di rumah? Bahkan kalau menggunakan baling-baling bambu juga nggak bisa.

"Pak, nyetirnya agak cepet, ya," pesanku pada supir. Sedangkan supir hanya mengangguk mengiyakan.

Kulirik Laquinna di sampingku yang sedang sibuk dengan buku mewarnainya. Gadis itu memang sangat suka mewarnai. Maksudku, segala jenis yang berbau seni sangat disukainya. Bahkan dari cara pemilihan warna untuk gambarnya saja sudah sangat bagus kelihatannya.

"Quinn, mau makan apa nanti?" tanyaku padanya.

Pandangannya terlepas dari benda-benda kesukaannya. "Nasi goreng sama nugget dan sosis."

"But that's not healthy, Laquinna. Another option, please."

"How about creamy corn soup?" tawarku. Jangan heran jika anak sekecil ini mengerti apa yang aku katakan. Leluhurnya adalah keturuan kaukasia.

"Okay! Creamy corn soup with lots of corn okay?"

"Alright, Little Princess."

*

Mobil yang membawa kami berhenti di perkarangan rumah tepat jam 11.25. Astaga, telat 25 menit. Apa yang bakal aku jelaskan kalau ditanya sama Raja Es kekurangan kosa kata itu?

Ah, itu urusan nanti. Tugasku sekarang adalah menyiapkan sesuatu yang dapat mengenyangkan perutku dan Laquinna.

Aku bergegas menuju dapur kemudian mengeluarkan segala alat perang untuk memasak. 30 menit kemudian, makanan yang diminta oleh Laquinna akhirnya selesai. Krim sup jagung dengan extra jagung yang banyak. As the princess requested.

Ketika ingin membalikkan badan untuk menghidangkan dua porsi krim sup itu, sebuah suara mengagetkanku. "Jam berapa kalian pulang tadi?"

Aku terperanjat. "Holy moly! Bapak mengagetkan saya!" pekikku tertahan. Apa dia nggak berpikir jikalau krim sup ini tumpah dan mengenainya?

"Bagaimana kalau sup ini mengenai Anda?" sambungku pelan. Apa... aku terdengar seperti seorang istri yang mengomeli suaminya?

Astaga Alisha, apa yang kamu pikirkan?!

Terlepas dari pemikiran absurd-ku itu, baru kusadari, kami hanya dipisahkan oleh jarak yang kuyakini hanya kurang lebih sejengkal. Mendadak asupan oksigen yang masuk ke paru-paruku melambat.

Apalagi dengan kepalanya yang dicondongkan ke depan sehingga wajah kami sejajar sekarang. Itu semakin membuatku gelagapan.

"Maka kamu harus merawat saya sampai luka saya sembuh."

Tanpa sadar, aku memalingkan wajahku dan sialnya, ke arah yang salah sehingga hidungku menempel dengan pipi Pak Dewa sekarang.

Bad AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang