One Year After

480 43 20
                                    


Angin musim semi berhembus menerpa tubuh mungil yang terbungkus mantel kulit tebal. Helaian-helaian rambut [h/c]nya menari di udara, tertiup angin. [y/n] berdiri di bawah pohon sakura, menatap langit, memperhatikan kelopak-kelopak bunga sakura yang gugur terbawa angin. Sudah setahun kiranya sejak kejadian 'itu'. memori akan masa lalu mengalun di pikiranmu.

Ketika itu juga sama seperti sekarang, sedang musim semi. Hari itu adalah hari yang paling kau tunggu-tunggu dan mungkin akan jadi hari paling membahagiakan dalam hidupmu. Kau dan Sugawara Koushi akan resmi menjadi suami-istri dalam beberapa jam mendatang. Memikirkannya saja membuatmu tak berhenti tersenyum. Kau sangat bahagia.

Saat ini kau sedang berdiri di tengah ruangan yang dipenuhi cermin. Dua orang wanita lainnya berada di sana, bersama dengan ibumu. Mereka membantumu berpakaian, mengenakan gaun putih dengan bagian bawah yang melebar. Rambut [h/c]mu tersanggul rapih dan diberi beberapa hiasan bunga kecil. Sebuket bunga [fave flower] berada di genggamanmu, serasi dengan gaun yang kau kenakan.

"[y/n]," panggil ibumu. Beliau berdiri di belakangmu kemudian meletakkan sebuah tiara di atas kepalamu. "Wah, pas sekali." ibumu mengintip ke cermin dari balik pungakmu.

"Bu, apa ini? dari mana ibu dapatkan?" tanyamu terkejut, dan mungkin sedikit panik. Maslahnya benda seperti ini pasti mahal.

Ibumu tersenyum, "Ini tiara yang diwariskan dari nenek Ibu. Dan sekarang, tiara ini milikmu." Adalah jawaban dari Ibumu. Mendengarnya, kau melepas nafas lega.

"fuh, syukurlah... aku pikir Ibu membelinya dari suatu tempat."

Ibumu tertawa, "Kalaupun iya, tidak masalah, kan? toh, ini untukmu juga. memangnya kau tidak suka?"

"Yah tidak begitu juga." kau mengembungkan pipi untuk sesaat, lalu kembali mengembangkan senyuman. "Aku suka, kok. Terima kasih, Ibu."

***

Disinilah kau, berdiri di koridor gereja menunggu giliranmu masuk ke dalam ruangan altair dimana Sugawara seharusnya menunggumu. Namun nyatanya ia belum datang. Sepertinya ia terlambat... sungguh tidak biasanya. Apa mungkin ia merasa terlalu gugup?

Kau mulai berjalan mondar-mandir bak setrikaan. Kemana calon suamimu? Apa sesuatu terjadi padanya? kenapa dia bisa terlambat di hari yang penting seperti ini?

"[y/n]!" seseorang memanggil namamu. Kau menoleh dan mendapati ayahmu berlari dengan panik.

"Ayah? Ada apa?"

"Kita harus ke rumah sakit sekarang." Ayahmu menarik mergelangan tanganmu, tangannya berkeringat dingin, sepertinya sesuatu yang serius terjadi.

"Ada apa dengan rumah sakit? Sekarang kan aku–"

"Tidak ada waktu, [y/n]. Koushi kecelakaan saat perjalanan kemari.

Apa?

Oh pantas saja calon suamimu tidak terlihat dimanapun. Rupanya ia mengalami kecelakaan dan dilarikan ke rumah sakit. Rasanya dadamu seperti ditusuk puluhan pisa. Sakit... fakta ini terlalu kejam untuk menjadi kenyataan. Kau bahkan sempat menahan nafas ketika mendengar kabar tersebut. Ayahmulah yang menyadarkanmu dengan mengguncang tanganmu.

"A-ayo pergi, Ayah!"

Dan begitulah ceritanya, kau dan ayahmu segera melesat meninggalkan gereja. Pastur juga ikut bersama kalian, juga ibumu. Kalian semua pergi ke rumah sakit dengan mobil pengantin, bergegas sambil berharap Sugawara baik-baik saja. kau berdoa sepanjang jalan. Entahlah apa yang akan terjadi padamu jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.

Seluruh mata terpana pada sesosok gadis bergaun pengantin yang melintas dengan tergesa-gesanya di koridor rumah sakit. Siapa lagi kalau bukan kamu. Namun, kamu terlalu fokus sehingga mengabaikan mereka. Yang terpenting sekarang adalah memastikan kondisi Sugawara Koushi, calon suamimu.

***

Mengingat kejadian itu membuatmu ingin menangis. Jantungmu seolah berhenti pada saat itu. apa lagi ketika tiba di rumah sakit, kondisi Sugawara sangat mengenaskan. Hampir semua bagian tubuhnya tertutupi luka. Kau segera mengkesampingkan memori tersebut. Menyedihkan dan menyakitkan. Tetapi memori itu selalu kembali pada saat bunga sakura bermekakran.

Satu kelopaknya mendarat di telapak tanganmu. Kau pandangi bentuknya dengan teliti, termengung dengan pemikiranmu sendiri. hingga sebuah suara manis memanggil namamu, "[y/n]!"

Kau menoleh pada asal suara, disana berdiri pria yang menjadi suamimu dengan senyuman lebar di bibirnya. "Kemarilah! Sudah siap." ia melambaikan tangan mengisyaratkanmu untuk segera bergabung dengannya.

Sebuah kain terbentang di atas tanah. Dua kotak bento dan kaleng-kaleng jus juga telah tertata rapih di atasnya. Oh iya, kau baru teringat, jika hari ini kalian mengadakan piknik sambil hanami (menonton bunga sakura bermekaran) bersama di taman kota.

Kau menghampiri dan bergabung dengannya. Dengan hati-hati kau melepas sepatu dan duduk di atas kain, mengikuti suamimu. "Kau masak banyak sekali." ucapmu takjub melihat isi kotak bento yang beraneka ragam.

"Tak apa, lagi pula kau harus mengkonsumsi banyak nutrisi. Untuk kebaikan 'dia' juga, kelak." Suamimu terkekeh halus, seraya membuka satu kaleng jus.

Kau pun mendesis kesal, "Iya, iya, kau benar." kedua pipimu mengembung bertanda kau kesal. memang benar sih, katanya itu, teteapi yang membuatmu kesal adalah... dia menyuruhmu menghabiskan bentomu. Apa lagi porsi lauk di bentomu lebih banyak dari pada bentonya, mengesalkan.

Namun, senyumanmu muncul ke permukaan. Mengingat betapa perhatiannya suamimu padamu.. dengan perhatian yang berlebihan ini... membuatmu ingin tertawa.

"Aku yakin kau akan jadi ayah yang baik ketika 'dia' lahir nanti. Sugawara Koushi."

Sugawara kembali tersenyum, ia merapatkan duduk untuk dapat mengelus perutmu. "Ya, pasti. Makanya segeralah lahir, nak. Aku janji jadi ayah yang baik, dan tentunya jadi suami yang lebih baik lagi."

Kau pun hanya bisa tersenyum. Satu tanganmu kau letakkan diatas tangannya, lembut, mengesankan kasih sayang yang amat sangat banyak. "Terima kasih, sudah menjagaku selama ini, Koushi." Pada jarak ini, kau curi jarak diantara kalian, mendekatkan wajahmu pada wajah Sugawara, meninggalkan sebuah kecupan singkat di pipi sang suami.

"Selamat hari pernikahan, Koushi."

Sugawara mengangguk. "Selamat hari pernikahan, sayang..."

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Uhuk! Astrogeh nartragah demi sejuta keping kue coklat buatan mama :'v kelaaaarrrr wwww.. Cuma 10 story aja '3' emang sengaja hehe..

Semoga kamu suka, dan makasih udah nyempetin baca, yang komen, yang vote, de-el-el buku apa-tau-ku yang satu ini pokoknya mah.. www

Sampai jumpa di buku lainnya XD See you?

11.12.2016

Love,

Alicia Black

A Journal Of Love (SUGAWARA X READER)Where stories live. Discover now