Weird written by ndiejpank
~ Weird ~
"Makan apa?" Rasanya aku seperti mendengar suara seseorang. Benar saja saat aku menengok ke arah pintu, aku melihat Widya yang sedang melepas sepatu hitamnya. Hari ini Widya berangkat ke kantor dengan sepeda, kantornya memang tak jauh, cukup 30 menit bersepeda dari rumah kami ke kantornya."Heuh?" saat aku bertanya kembali, Widya sudah berjalan ke arahku sambil meletakan ranselnya di dekat sofa. Setelan kemeja hitam bergarisnya yang kulihat tadi pagi juga sudah berganti kaos putih polos dipadu celana kargo hitam panjang, warna favorit Widya.
"Kamu makan apa?" kali ini dia mengulang pertanyaannya dengan sedikit geram.
"Oh, ini makan gorengan yang di ujung jalan," ucapku enteng tanpa dosa dan malah menemukan wajahnya yang berjengit ngeri. Kalau lihat ekspresinya yang seperti ini benar-benar hiburan sekali bagiku. Ekspresi minta di-bully sebentar lagi.
"Yang di dekat pinggir jalan itu?" aku mengangguk menjawab pertanyaannya sambil mengunyah.
"Kamu tahu kan polusi udara yang menempel di makanan itu kaya apa? Belum tentu kalau abang-abangnya nyuci sayur-sayurannya bersih. Belum lagi kuman yang nempel di gerobaknya itu. Lalu minyaknya yang sudah nginep berhari-berhari. Belum tentu juga abangnya cuci tangan. Belum--"
"Nggak Wid, ini aku bikin sendiri. Lagian cuma tempe mendoan aja. Puas?" Bakal panjang urusannya kalau bahas soal kebersihan sama Widya.
Seringaian muncul di bibirnya. Silauan, niat bully malah di-bully kaya gini. Seringaiannya makin melebar saat dia mencoba berdiri, "kalau begini aku bisa ikut nyoba nanti."
Tapi setelah dia berdiri, malah Widya berjalan ke arah kamar. Iya sudah pasti, bersih-bersih, mandi dan lain-lain, suka suka dia. Yang jelas ritual utamanya dia sehabis pulang dari manapun yaitu mandi, bersih-bersih diri. Yes, he is a clean freak indeed.
Pernah saat dia pulang kerja hampir tengah malah saat itu, setelah selesai mandi, Widya justru menggosok dan menyikat lantai kamar mandi karena menemukan sedikit kotoran yang menempel di dinding dan lantai. Orang normal pasti akan lebih memilih cepat selesai mandi lalu istirahat karena seharian bekerja, dasar super Widya.
Aku melanjutkan acara menontonku, yang sempat terhenti karna kehadiran Widya. Aku sedang menonton drama jepang, judulnya Kounodori. Drama ini berkisah tentang dokter obgyn muda yang bernama Konotori Sakura sensei yang juga sebagai pianis misterius dengan nama panggung 'BABY'. Kalau untuk pecinta romance, mungkin drama ini kurang cocok, karena dari awal sampai akhir hanya berkisah tentang Konotori sensei dengan pasiennya yang mayoritas ibu-ibu hamil. Tapi bagiku drama ini benar-benar menarik. Dari awal sampai akhir banyak debay bertebaran, jadi tidak sabar punya bayi juga.
Tapi bukan itu yang jadi bagian menarik disini, drama ini mengajarkan kita arti sebuah kehidupan. Perjuangan seorang ibu; betapa berat perjuangan sembilan bulan yang mesti di lalu dengan berbagai kasus, belum lagi jika terjadi sesuatu yang mengancam nyawanya juga bayi yang di kandungnya. Di tambah lagi, jadi lebih tahu lagi informasi medis mengenai obstetri dan ginekologi. Sudah dua kali sebenarnya nonton drama ini, tapi masih belum puas saja.
Sofa di sebelahku terasa bergerak tanda ada yang orang menduduki, "serius amat nontonnya." Aku menengok ke kanan, melihat Widya yang sudah berganti memakai baju tidur bergaris hitam putih. Monokrom, entah aku agak bosan melihatnya.
Widya duduk sambil memangku piring berisi tempe mendoan dengan sedikit saus sambal yang kubuat. "Kayaknya kamu udah nonton drama ini deh."
"Memang udah, pas Sania rekomen drama ini, aku langsung cari dramanya, download, terus nonton." Widya mengangguk mendengar jawabanku. By the way, Sania adalah sepupunya, kami lumayan dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom
Short StoryWell, ini adalah kumpulan cerpen saya dan teman-teman dari challege bertema. Selamat membaca. . . . . . (Bagi yg ingin mengikuti challege ini, silahkan pm saya)