[7] Cynical

3.6K 477 20
                                    

Ye-rin POV

Ketika dia sudah berubah, kau baru merasakan kehilangan.

Aku benar-benar setuju dengan kalimat tersebut. Entah sejak kapan atau apa alasannya, kurasa aku mulai merindukan CEO Kim yang dulu. Pria yang selalu memarahi, mengomeli dan berceramah panjang lebar. Sudah tiga hari aku bertindak seperti manekin yang diam di tempat. Pria itu tak pernah lagi menyuruhku melakukan sesuatu yang biasanya kuanggap tidak masuk akal.

Selama tiga hari ini, aku hampir tidak melihatnya di kantor. Faktanya, jarak ruangannya dengan tempatku tidak sejauh Indonesia dengan Korea. Kupikir ini hanya perasaanku saja, tetapi pria itu seperti menghindariku. Ia berada di tempat di mana aku tidak ada di sana. Ketika aku bertemunya, aku menyapanya dengan seulas senyum tetapi ia hanya menatapku datar seakan jiwanya sudah mati. Akhirnya, ia hanya melewatiku begitu saja tanpa sepatah katapun.

Dia menolak kuberikan kopi setiap pagi, dia tidak pernah memintaku membelikannya makan siang, dia selalu pulang lebih lambat dari siapapun, dan dia tidak pernah memintaku ke ruangannya lagi atau sekedar merapikan ruangannya. Dia benar-benar berbeda, seperti kelinci berubah menjadi ular piton atau mungkin sebaliknya.

Namun, kabar baiknya adalah kurasa hubunganku dengan Ji-min sunbae sudah sedikit lebih baik. Setidaknya ia tidak menunjukkan tatapan menyebalkannya lagi padaku. Meski ia tidak pernah tersenyum atau menganggapku seperti temannya, tetapi ia sudah mulai mau membalas sapaanku atau sekedar berbicara denganku meskipun dia selalu melakukannya dengan nada ketus. Membangun hubungan dengan rekan kerja memang penting, itu yang kusadari semenjak aku bekerja di kantor ini.

"Ji-min sunbae"

Aku memanggil Ji-min yang tampak sibuk dengan laporan di mejanya. Akhir-akhir ini dia lebih sibuk dari biasanya karena sepertinya CEO Kim memberinya terlalu banyak tugas.

"Mintai tandatangan CEO Kim" ucapnya sambil menyodorkan beberapa dokumen padaku.

"Apa?"

"Apa masih perlu kuulangi?" tanyanya ketus.

"Tidak."

Menyadari kebodohanku, aku pun mengambil dokumen itu kemudian pergi ke ruangan CEO.

'Kira-kira apa yang sedang ia lakukan?'

'Tentu saja sedang bekerja'

'Apa aku harus masuk?'

'Memangnya kau bisa bilang tidak?'

Setelah bermonolog dengan diriku sendiri, aku pun mengetuk pintu dengan ragu. Aku tidak langsung memasuki ruangan, melainkan kepalaku yang terlebih dahulu melihat menyelip di celah pintu.

"Masuk."

Aku pun memberanikan diriku masuk. Ruangannya begitu dingin, tidak bukan temperaturnya tetapi atmosfirnya. Bulu romaku berdiri seketika.

"Ji-min sunbae meminta tandatanganmu untuk dokumen ini" gumamku hampir seperti berisik. Entah ke mana perginya diriku volume suaraku.

Ia mengambil dokumennya lalu menandatanganinya tanpa menatapku sedikitpun. Ia mengembalikannya tanpa sepatah katapun.

"Kalau begitu, aku pergi dulu" ucapku.

Aku benar-benar tidak sanggup berada dalam situasi ini. Tidak ada balasan maupun anggukan, aku pun pergi dari ruangannya dengan perasaan campur aduk. Ada apa dengan dia sebenarnya? Apa aku melakukan kesalahan? Tapi hubungan kami baik-baik saja kurasa, bahkan hari sabtu itu ia masih sempat mengajakku keluar dan menci..umku.

Aku menggelengkan kepalaku. Apa ini saatnya berpikir tentang itu?

Aku berjalan di sekitar koridor perusahaan dengan langkah tidak bersemangat. Seperti yang selalu kualami, orang-orang kembali menatapku aneh karena rambutku. Cukup satu orang saja yang melihat rambut itu! Aku tidak ingin lebih banyak orang melihatnya. Aku berusaha mengabaikannya.

[BTS #1] ROLLING SATURN - BTS V FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang