CHAPTER 5

38 5 11
                                    

Fran Cooks, dua puluh dua tahun, cantik dan seksi. Fran Cooks, cerdas dan cekatan, ingin membunuh seseorang. Dan kebetulan korbannya ada tepat di depan matanya. Nama korban itu adalah Samuel Beckett.

"Apa yang ...?" gumamnya. "Siapa ... ini?

Samuel Beckett nyengir selebar pintu. Tangannya diayunkan merangkul bahu pria separuh baya di sebelahnya. "Perkenalkan. Ini teman lamaku Vasco!"

Vasco, yang tinggi dan berkulit gelap, melambai. "Hei."

"Dan...?" Fran benar-benar ingin mencekik Samuel dan Vasco berbarengan, membelit mereka dengan tambang, lalu membuang mereka ke jurang.

"Dia akan bergabung dengan tim berburu Kiwi Sisters kita!" umum Samuel seakan yang barusan dia bilang adalah hal termegah dan terjenius sedunia.

Fran menepuk jidatnya. Menerima Samuel dalam kelompoknya saja sudah bikin dia sakit kepala berhari-hari, dan sekarang ada satu anggota gelap yang dimasuk-masukkan oleh si anggota tak direstui?

"Tim kita—"

"Makin ramai, makin seru!" Theresa menyelesaikan kalimat Fran. Dia mengedip-kedip dengan kecepatan kepakan sayap kupu-kupu. "Iya kan, Frangipani?"

"Frangipani?! Itu nama panjangmu?!" Samuel dan Vasco berseru serentak, lalu meledak dalam tawa bersamaan. Mulut mereka mirip lingkar sumur yang sudah seharusnya dipalang dengan papan.

Fran mengeluarkan tombaknya dan menudingkannya ke leher Samuel. "Mau mati, ya?"

Samuel dan Vasco lekas berhenti tertawa.

Menurunkan tombaknya, Fran menghela napas. "Oke, kalian bayi-bayi raksasa tak bisa ngupil sendiri, kita akan ke Kota Eden sekarang. Jaraknya lumayan jauh, jadi kuharap kalian tidak merengek atau minta pulang di tengah misi. Aku tidak terima orang-orang macam keset begitu."

"Siap, Bos!" Ketiga rekannya berseru serentak.

"Kereta kita akan berangkat sejam lagi. Lebih baik kalian siapkan semua perlengkapan kalian."

"Sudah, Bos!"

"Kalau begitu, ayo berangkat!"

Ketika Fran baru melangkah beberapa kaki, dia mendengar seorang pria berkata,

"Nona Fran Cooks? Bisa bicara sebentar?"

Seketika Fran berbalik dan melotot tak percaya. Alasannya, (1) Dia baru saja dipanggil 'nona' yang kesannya elite banget, (2) Pria yang memanggilnya itu berpakaian rapi dan mentereng banget, dan (3) Pria itu TAMPAN dengan huruf kapital dan ditulis tebal-tebal.

***

Joan Hayward menghitung koin-koin dalam kantung kulit musangnya. Jumlahnya kira-kira dua puluh lima Pound kalau dikurangi bayar utang di kedai Lady Charlotte dan utang di butik Lenora, dan utang di toko obat Rufus, dan bayar ganti rugi ke Sir Loire karena Blitz menghancurkan taman bunga istri Sir Loire. Dua puluh lima Pound mana cukup untuk hidup? Seluruh hasil curian minggu lalu sudah dijual—yang ternyata harganya tidak tinggi-tinggi amat, dan itu bikin Joan jengkel setengah mati! Sudah begitu, tanaman di ladang belum ada yang berbuah.

Kujual saja Blitz.

Gagasan tersebut seketika ditampik keras saat Joan ingat betapa sayangnya Xander pada Blitz. Kalau Joan menjual Blitz, Xander bisa ngambek lagi seperti saat Joan menjual Eugene, kadal peliharaan Xander—oke, Xander itu aneh sebab dia suka memelihara yang aneh-aneh. Masalahnya, kadal goblok itu sudah diinjak kaki besar kuda milik salah satu pasukan kerajaan sampai nyaris mati. Kalau tidak dijual, Joan harus menggali kuburnya dan itu menjengkelkan.

Of Pride and JoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang