Provinsi Timur,
"Yaa aku berangkat, aku berangkat! Berhenti berteriak!"
Bentakan melengking disusul bunyi gebrakan pagar kayu mendecit keras.
Son, melindungi telinganya secepat yang dia bisa. Kepalanya menggeleng tiga kali pelan, sambil mengelus dada dan menghembuskan nafas panjang. Dia menutup matanya.
"Selalu. Setiap pagi. Terlambat." Dia mengeluh kemudian. Suaranya pelan, bertambah pelan dan menghilang diakhir kalimatnya.
Son, Masih terpaku di depan pagar kayu, melihat Ara pergi berlari semakin jauh dari rumah itu hingga tak terlihat lagi.
"Kalau kau tidak suka hidup seperti ini, seharusnya kau hentikan saja, Ara. Lalu berteriaklah pada dunia bahwa kau masih hidup. Beritahu mereka siapa nama aslimu dan temui Angkasa kapan pun kau rindu padanya."
Ara, satu-satunya nama yang terpikirkan olehnya demi bertahan hidup dan bersembunyi dari dunia.
Dia, Lunaviza Askira. Seseorang yang selama ini sangat kita kenal dengan panggilan Naviza. Tapi nama itu, menghilang lima tahun silam.
֎֎֎֎Ara masih berlari mengejar garbang sekolah yang bahkan sudah tertutup rapat. Dia terlambat. Lagi.
"Aahh.. lagi?" dia mendesis kesal.
Terdiam di depan gerbang sekolah tinggi umum provinsi timur. Gerbang yang terlalu tinggi untuk ia panjat dengan tangan kosong. Dia mendongak ke langit. Mengambil nafas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Keringatnya menetes dari pelipis kanan. Hari ini dia tidak boleh terlambat masuk kelas, ada ujian tulis sejarah yang sangat penting untuk hidup dan matinya sebagai mahasiswa tingkat 1 di sekolah itu. Selisih waktu antara kelas sejarah dengan jam masuk sekolah hanya 10 menit. Dia sudah terlambat 2 menit, sehingga waktu yang tersisa tinggal 8 menit.
Ara mundur beberapa langkah ke belakang, menjauh dari gerbang itu. Mengambil ancang-ancang untuk meluaskan pandangan. Matanya menelisik ke kanan dan kiri sepanjang pagar sekolah yang tinggi menjulang ini.
"Semua ketinggiannya sama.. " dia sedikit kecewa. Dahinya mengerut ke atas saat bibirnya menggerutu pelan. "Baiklah, aku terpaksa melanggar janjiku sendiri."
Dia segera balik badan, berlari ke sisi kanan sekolah. Mundur lagi beberapa langkah ke belakang, dan mengambil posisi kuda-kuda, kedua kakinya sudah kokoh. Ara berlari ke pagar, dalam satu kali lompatan dan tendangan ke pagar, dia berhasil mencapai atap pagar dan melayang melewatinya. Pendaratan sempurna.
"Huh.." hembusan nafas cepat. "Ini bahkan lebih mudah dari perkiraanku." Ara berlari mengejar kelas sejarah.
Bangunan sekolah itu tidak serumit sekolah tinggi ilmu pedang IbuKota yang memiliki banyak lorong dan ruang tersembunyi. Gedung sekolah ini besar, dengan design yang sederhana, tidak terlalu banyak lorong, ruangan-ruangannya tertata rapi berbaris di sepanjang lorong utama dari pintu masuk. Jadi sebenarnya sangat mudah menemukan dimana ruang sejarah pagi ini.
Dia akhirnya sampai. Ruang sejarah tingkat 1.
Ara mengatur nafasnya sebentar. merapikan rambutnya, dan meluruskan pakaiannya yang kusut karena tingkahnya. Satu langkah masuk ke ruangan itu, dia harus terlihat seperti bagaimana Ara dikenal. Bukan bagaimana Naviza bertingkah seperti di sekolahnya dulu.
Ara menyiapkan diri, dia masih berdiri di depan pintu. Mengambil satu buku untuk dia letakkan di depan dadanya, lalu melangkah masuk kelas dengan langkah yang sangat pelan dan lemah, dengan kepala tertunduk. Benar-benar seperti mahasiswa yang baik-baik dan lugu. Hari ini dia berhasil tidak terlambat.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom's Secret AGENT
Acción(PINDAH KE DREAME ya.. :) ) Naviza, mantan agen intelijen kerajaan Zakaffa. Dia agen sukses dengan prestasi luar biasa. Tapi karena suatu alasan, raja sangat membencinya. Mengejarnya, memburunya dan akan membunuhnya. Dalam satu malam, hidup damainya...