Seorang lelaki tinggi dan berkulit sawo matang sudah berada tepat di belakang Joya.
"Permisi, gue mau nanya kelas 11 MIPA 2 dimana ya? Soalnya gue baru disini jadi belum tau semua tentang sekolah ini apalagi ruang kelas." jelas murid baru itu.
"Ikutin gue" jawab Joya simple.
Sesampainya Joya dan murid baru itu di kelas yang dituju. Joya langsung meletakkan tasnya di bangku tempat ia duduk.
Mengingat tujuan hari ini datang pagi, ia segera mengambil sapu tanpa menghiraukan murid baru itu.
"Ini kelas gue?" tanya murid baru itu.
Joya yang sedang tidak mood ngobrol hanya mengangguk tanpa melihat mata lelaki itu.
"Terus, lo ngapain masih disini, nyapu kelas gue juga lagi. Lo sekelas sama gue? Tanyanya lagi.
"Huh, iya iya bawel baget sih lo ahh" desah Joya.
"Santai aja keles!" jawabnya tak kalah nyolot
Beberapa menit kemudian kelas sudah bersih dan rapi. Sapu pun tertata rapi di pojok belakang sebelah kiri.
Tinggallah mereka berdua di dalam ruangan itu.
Bagaimana tidak waktu masih menunjukkan sangat pagi sekali.
"Eh nama lo siapa?" tanyanya melepas keheningan sambil duduk di sebelah Joya.
"Joya" lagi lagi ia menjawab dengan simple
"Gue yudha" katanya.
Selanjutnya mereka sama sekali tidak bicara lagi. Yudha menatap handphone yang sedari tadi ia pegang. Begitu pula dengan Joya.
Diam diam Joya melirik ke arah Yudha yang sedang memainkan hp. Matanya melirik bergerak gerak menatap dari atas sampai bawah.
Joya menatap wajahnya dari samping. Garis hidung yang mancung tampak begitu sempurna.
Ketika tersenyum menatap hpnya Joya melihat terdapat lesung pipi di bagian kanan. Terdapat pula alis yang tebal dan hitam. Cowok itu benar- benar rupawan.
Saat Joya terpaku mengagumi ketampanan pria itu, tiba tiba Yudha menoleh karena merasa diperhatikan.
"Woi kenapa natap gue sampai kayak gitu? Gue ganteng ya? Baru nyadar lo?" Joya tersentak kaget saat mendapati Yudha menatapnya dengan senyum dan alis terangkat.
"Apaan ganteng nggak sama sekali" refleks sekali, ia langsung kembali menatap hpnya lalu mengumpati dirinya yang tertangkap basah sedang menatapnya kagum.
Ia merasakan rasa gengsi dan jantung berdegub kencang.
"Udah deh nggak usah gugup, mangkanya jadi cewek jangan sok galak, baru ngelihat gue dari samping aja udah gugup apalagi natap gue dari depan" katanya dengan tertawa membuat satu alis Joya terangkat dan menatap tajam.
"Blagu banget sih nih cowok murid baru juga. Tapi emang bener sih dia ganteng tapi gue nggak boleh langsung mau gitu aja. Tapi dia... ahh tau deh" batinnya mengoreksi perasaannya.
"Haha.. Sok ganteng banget sih lo"
"Buktinya lo gugup kayak gitu setelah lo tertangkap basah nglirik ngeliatin gue" godanya lagi.
"Terserah" pasrahlah Joya dengan perlakuannya.
"Btw, lo kok bisa pindah kesini emang sekolah lo nggak se hits sekolah ini ya jadi lo pindah disini supaya hits. Kan jaman sekarang nggak hits nggak gaul" tanyanya menatap Yudha.
Kening Yudha berkerut, tapi bibirnya masih melengkungkan senyuman.
"Gue bukan anak kebelet hits. Gue nggak suka hits hits an nggak guna. Gue pindah kesini karena bokap gue pindah kerja disini"
"Kirain lo kebelet hits"
"Bukannya cewek ya yang biasanya kebelet hits"
"Kok lo ngebalikin ke gue sih! Asal lo tau ya gue bukan kebelet hits tapi dari gue lahir udah banyak penggemar gue, jadi gue udah hits dan nggak perlu ngejar ngejar hits"
"Tuh kan lo....."
"Eitss gue belum selesai ngomong, bukan itu doang sih sekolah ini kan udah hits jadi muridnya juga, termasuk gue" lanjutnya lagi memotong omongan Yudha.
Akhirnya Yudha mengalah atas ucapan nggak jelas itu.
"Joyaaaa....." sapa sosok di luar kelas.
Joya yang ngeliat sosok itu mulai memasang raut wajah cuek, judes, males, marah, semua dituangkan di raut wajahnya.
Next part nih readers jangan jadi pembacanya senyap ya guys comment dong biar gak buntu nih otak:v VOMMENTnya dont forget:v
Maaf juga next partnya agak lama soalnya udah mau UN banyak try out try out juga :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HURT
Teen FictionMemang benar tak ada alasan yang tepat untuk jatuh hati. Terkadang bisa saja dengan mudah kita mencintai orang yang baru kita kenal, orang yang pertama kali kita temui. Cinta memang aneh, ia tak mengenal segalanya.