Perkenalkan, namaku Cinta. Tapi rasanya tak ada cinta untukku. Menganggap aku sudah mati. Tapi tidak, aku masih disini.
Kumal, dengan kacamata yang sudah berkali kali patah karena tarikan, tamparan, jambakan. Ah sudahlah, paling paling mereka menyukai apa yang mereka perbuat. Beban yang harus aku jalani rasanya berat ku pikul sendiri. Tak ada teman, tak ada sandaran untuk berbagi sakit. Semuanya aku tanggung sendiri. Orang tua? Sudahlah, mungkin mereka sudah berada di kayangan.
Hari ini adalah tepat ulang tahun ku. Tapi tidak ada yang tahu atau tidak perduli? Sampai sampai rasa sakit itu menghampiri lagi. Kau tahu apa yang ku maksud rasa sakit? Akan kujelaskan.
Bel jam pertama dimulai. Dengan langkah gugup, ku tenteng buku buku di depan dadaku. Aku rasa sudah terlambat 5 menit. Sudah pasti aku menjadi sasaran lagi kali ini. Ya, aku. Lalu siapa lagi?
Brukkk
Rasa sakit pertama untuk hari ini ada lagi. Mereka dengan sengaja menyandung pergelangan kaki ku sampai jatuh. Buku berserakan. Mereka menarik ikat rambutku, membuatnya tergerai tak beraturan. Aku sudah terbiasa dengan kondisi seperti ini. Tidak, aku tidak menangis. Rasanya sudah kering air mata untuk menangisi tindakan para pendosa ini. Yang aku bisa hanyalah berdiam sampai mereka puas mencaci.Segera ku rapihkan buku buku, rambut, dan wajahku. Aku tak ingin seorangpun melihat kesedihan di wajahku. Setelahnya, aku bergegas masuk ke dalam kelas. Sudah berapa menit aku lewatkan pelajaran? Oh sialan memang persetan kecil itu.
Bu guru bertanya apa yang terjadi sehingga membuat aku terlambat. Tak mungkin aku jujur, dengan terpaksa aku mengatakan bahwa ada kecelakaan kecil saat menuju ke sekolah. Dan apa yang kudapat? Teman teman sekelasku tertawa. Tawa jahat yang ku dengar. Dan aku hanya bisa menunduk dalam. Sedalam rasa sakit yang aku pendam sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Untuk Cinta
Teen FictionPerkenalkan, namaku Cinta. Tapi rasanya tak ada cinta untukku. Menganggap aku sudah mati. Tapi tidak, aku masih disini.