#3

14 1 0
                                    

Ahhh, tempat ini. Tempat yang sangat kurindukan. Bukan. Bukan tempatnya, namun kenangan yang ada di dalamnya.

Masih teringat ketika aku, ayah, dan ibu menghabiskan waktu di sini. Di bangku taman yang damai. Waktu serasa berhenti kala itu. Indahnya suasana yang tak bisa ku dapat lagi. Dimana ada cinta untukku. Dimana ada kasih sayang dan perhatian. Aku rindu. Benar-benar rindu.

Aku mulai menulis lagi. Kata demi kata. Hanya ini yang bisa kulakukan. Untuk mengekspresikan diri. Sajak yang kubuat. Bagai puluhan lembar kertas usang tak berguna. Namun tetap saja, damai rasanya jika aku menuangkan pikiranku dalam sajak tidak berguna ku.

4 November 2008
Kebahagian ku sampai pada penghujung
Rusak semua makna hati
Satu persatu orang yang ku cintai pergi
Luka dalam hati
Kembali menganga lagi

Sudah berapa lama rasa sakit ini?
Sudah sewindu yang aku tahu
Ibu, aku rindu
Kini aku kembali sendiri

Air mata menetes lagi. Aku tak ingin lemah. Aku tak boleh lemah. Segera ku tenteng tas dan buku ku untuk kembali ke peristirahatanku.

Rumah. Tapi bagiku penjara tak berwujud. Memang mungkin tak ada kebebasan yang hakiki di dunia ini untukku. Dunia ku kini hitam putih. Tak lagi bewarna. Hampa. Tak ada apa apa.

"Kemana saja kamu baru pulang, Cin? Mama khawatir banget."
Dasar muka dua. Saat ada ayah di rumah dia sok perhatian. Saat tidak ada ayah? Rumah bagaikan dongeng Cinderella bagiku. Memuakkan.

"Gak usah sok baik deh ya, saya capek. Malas dengerin ucapan busuk tante."

Sejenak ku lirik ayah yang masih acuh tak acuh dengan ponselnya. Masa bodoh.

Aku sudah muak dengan dunia yang penuh drama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 15, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Untuk CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang