Hai, sayang.
Apa kabar? Aku harap, kamu selalu baik. Mungkin saat kamu baca surat ini aku udah nggak ada lagi di dunia ini, maaf kalau aku nggak nepatin janji aku untuk selalu bertahan. Maaf karena aku udah bawa separuh hati kamu ke alam yang berbeda.Tapi aku harap, kamu dapat membuka hati kamu pada orang baru. Aku mohon, lupain aku, Ali. Kamu punya kehidupan yang harus kamu jalani saat ini, banyak di luar sana perempuan yang layak mendampingi kamu selain aku. Kamu cukup jadikan aku sebagai masa lalu kamu, bukan masa depan kamu. Kita udah beda, Ali. Kita nggak sama kayak dulu lagi.
Aku yakin, suatu saat nanti akan ada perempuan yang akan hadir di kehidupan kamu dan mengembalikan separuh hati dan jiwa kamu yang pergi bersamaku. Percaya, aku akan kembali membawa cinta kita tapi bukan dengan aku, melainkan dengan orang lain yang cintanya sama sepertiku.
Sebenarnya aku cuman mau ucapin selamat buat kamu, karena hari ini adalah hari kebahagiaan kamu dan hari yang selalu kamu nanti-nanti. Hari ini adalah hari dimana kamu resmi menjadi seorang Pilot, cita-cita yang selama ini kamu impikan dan sekarang kamu berhasil mendapatkannya. Aku bahagia disini, terima kasih untuk semuanya, aku mencintaimu Alianno Putra Pratama.
-Sisi Andriani
Sudah berulang kali Ali membaca surat itu, surat terakhir dari Sisi yang di berikan oleh Farhan sahabatnya. Ali tersenyum singkat, ia lalu menyimpan kertas itu di dadanya merasakan setiap kata yang Sisi tulis untuknya.
"Si, aku sekarang udah nggak nangis lagi baca surat dari kamu. Aku hebatkan? Dan sekarang, aku bakalan coba untuk membuka hati lagi." ucap Ali pelan sambil menatap lurus ke depan.
Sisi Andriani, adalah kekasihnya yang pergi meninggalkannya untuk selamanya. Sisi mengidap penyakit Leukimia stadium akhir, dan Ali tak tahu akan itu. Sisi tak mengatakan padanya jika ia mengidap penyakit mematikan itu, hal itu mampu membuat Ali merasa bersalah pada Sisi.
Ali lalu melipat kertas itu menjadi lipatan kecil-kecil, ia lalu menyimpan kertas itu kembali dan memasukannya ke dalam tas ransel yang ia bawa. Ali menghembuskan napasnya dalam, ia harus membuka lembaran baru dan menutup lembaran lama.
Biarkan Sisi menjadi masa lalunya, dan menjadikannya sebagai kenangan paling indah di hidupnya. Lagipula benar kata Sisi, ia memiliki kehidupan yang harus ia jalani saat ini.
Ia mengeluarkan Camera ber-merk Cannon itu lalu mengalungkannya pada lehernya, Ali bangkit dari duduknya lalu kembali melangkahkan kakinya menelusuri kebun teh milik Neneknya.
Sesekali Ali membidik pemandangan-pemandangan di sekitar kebun, Ali memang sangat menyukai Seni. Tapi tiba-tiba saja ada seseorang yang menabraknya dari belakang yang hampir saja membuat Ali terhuyung ke depan.
"Aduh!" teriak seseorang dari belakang tubuh Ali. Ali lalu menolehkan kepalanya ke samping, dengan sigap Ali membantu perempuan itu.
Tapi saat perempuan itu memegang tangannya, dan matanya menatap manik mata elang milik Ali, Ali seketika terdiam.
Mata itu.
Mata yang selalu meluluhkan hatinya ketika ia menatapnya, apa Sisi benar-benar kembali? Apa ini nyata?
"Woy! Kok lo malah bengong, sih? Bantuin gue." ucap perempuan berambut sebahu itu yang membuat Ali tersadar dari lamunannya.
"Eh—iya ini di bantuin." ucap Ali lalu membantu perempuan itu bangkit berdiri.
"Gara-gara lo nih, gue jadi jatuh!"
"Lah, kok gue?"
"Ya, pokoknya gara-gara lo. Seandainya lo nggak diem disitu mungkin gue nggak bakalan jatuh." teriaknya nyaring yang membuat Ali harus menutup kedua telinganya.
"Lo Sisi-kan?"
Mata hazelnya membulat. "Lo sembarangan ganti nama orang aja! Nama gue Prilly. Catet. P-R-I-L-L-Y."
Ali terdiam, bagaimana bisa ia kembali menemukan Sisi tapi dengan sifat mereka yang bertolak belakang? Apa ini yang di katakan Prilly di surat itu? Jika akan ada seseorang yang mencintainya seperti Sisi mencintainya?
"Nggak, lo pasti Sisi-kan."
Prilly berdecak sebal. "Bukan! Ih lo kok ngeyel sih, udah di bilangin juga nama gue itu Prilly. Not, Sisi." ucap Prilly penuh penekanan.
Ali menggelengkan kepalanya. "Okelah, what ever. Mau Prilly kek, mau Ijem kek, mau Onah kek, gue nggak perduli. Yang penting lo mirip banget sama Sisi." ucap Ali sambil mengangkat tangannya lalu meraba pipi Prilly lembut yang membuat Prilly memukul Ali dengan keras.
"Modus ya lo!" ucap Prilly ketus.
"Kaki lo berdarah tuh, sini biar gue obatin."
"Nggak perlu, makasih."
"Yakin? Itu lukanya kalau nggak di bersihin bisa infeksi lho, emang lo mau kaki lo di amputasi terus lo punya kaki satu?" ucap Ali sambil menahawan tawanya.
Prilly menatap Ali sambil menggelengkan wajahnya, Prilly hanya menunjukan wajah innocentnya pada Ali, sedangkan Ali hanya menahan tawanya.
"Yaudah deh, ke Rumah pohon gue aja ya." ucap Prilly lalu menarik tangan Ali untuk mengikutinya. Ali hanya mengikuti Prilly dari belakang, sejujurnya hatinya bergejolak. Darahnya berdesir hebat, detak jantungnya berdetak lebih cepat. Ia merasa jika di hadapannya kini adalah sosok Sisi, tapi Ali tahu. Ini bukan Sisi.
Aneh.
Kenapa Prilly bisa mirip dengan Sisi? Setahu Ali, Sisi tak memiliki saudara kembar. Karena Sisi adalah anak satu-satunya. Ali menggelengkan kepalanya, mungkin ini petunjuk dari Tuhan untuknya. Mungkin Prilly di takdirkan untuk bersamanya?
"Ayo naik." ucap Prilly.
Ali mengangguk, lalu ia menaiki anak tangga Rumah pohon ini satu-persatu. Yang di susul oleh Prilly di belakang, Ali menatap takjub dari atas sini melihat pemandangan di hadapannya. Padahal, ia sudah terbiasa melihat seperti ini tapi entahlah menurut Ali disini lebih indah.
"Sini gue obatin dulu luka lo." ucap Ali lalu duduk di samping Prilly.
Ali membuka tasnya lalu mengambil kotak P3K berukuran mini yang selalu ia bawa, di bukanya kotak itu lalu Ali mengambil kapas dan juga betadin untuk membersihkan luka Prilly.
"Aw! Pelan-pelan kenapa, sih!" gerutu Prilly sambil memukul lengan Ali keras.
"Lebay banget."
"Bukan, lebay. Tapi emang beneran sakit."
Ali hanya menghiraukan ucapan Prilly, dengan penuh ke hati-hatian ia membersihkan luka Prilly lalu memberinya hansaplas.
"Udah." ucap Ali sambil menatap Prilly.
Hening.
"Iya, Prill. Sama-sama." ucap Ali memecahkan keheningan yang membuat Prilly mendelik kesal kearah Ali.
"Makasih." ucap Prilly seadanya.
"Sama-sama, cantik." ucap Ali sambil tersenyum menawan, mungkin bagi semua orang yang melihat senyuman maut Ali akan jatuh cinta tapi berbeda dengan Prilly. Prilly seperti batu yang tak mudah untuk di hancurkan dan Prilly seperti Es batu yang sulit untuk di luluhkan.
***
Pilottt? Captain Ali dong ya? Kiww kibarkan ht
#MAMCaptainAli 🚩
Pendukunggg captainn Ali gantengg mana nih? Wkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Perfect Captain
FanfictionBagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidup kalian? Sakit bukan? Alianno Putra Pratama, lelaki tampan yang nyaris sempurna itu kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya, Sisi. Sisi adalah kekasihnya yang m...