3 x Cantik-cantik tapi bar-bar

2.4K 269 7
                                    

Ali berdiri diam di balkon kamarnya, ia menatap lurus kearah langit malam yang di taburi bintang-bintang dan cahaya rembulan yang menerangi langit malam.

Ia menghembuskan napasnya dalam. Dadanya kembali sesak ketika mengingat sosok Sisi lagi. Masih ada rasa tak rela di dalam lubuk hatinya untuk mengikhlaskan Sisi pergi.

Sebanarnya, Tuhan tengah merencanakan apa padanya? Kenapa ia di pertemukan dengan sosok perempuan yang berwajah serupa dengan Sisi? Apa maksud dari semua ini?

Sudut bibir Ali berkedut untuk melengkungkan sebuah senyuman tipis setelah matanya menangkap salah satu bintang yang paling terang itu disana. Di tengah-tengah ribuan bintang lainnya, tapi perlahan cahaya bintang itu mulai meredup tapi tak membuat Ali berpaling menatap bintang itu.

"Si, kamu itu kayak bintang itu. Kamu itu paling bercahaya dari semua orang di deket kamu, termasuk aku. Kamu itu cahaya dalam hidup aku. Dan sekarang cahaya kamu udah redup, tapi kamu masih mampu memberikan cahaya walaupun itu hanya setitik di dalam kesendirian aku, Si. Aku nggak akan cari cahaya baru lagi, sekalipun suatu saat nanti aku dapet lagi cahaya baru dan itu lebih terang daripada kamu aku nggak akan pernah lupain kamu."

Nita yang sejak tadi memperhatikan Ali di balik pintu hanya tersenyum getir melihat putra semata wayangnya itu yang belum bisa melupakan sosok Sisi.

Nita melangkahkan kakinya mendekat kearah Ali. Di usapnya pelan bahu kokoh itu dengan perasaan sayang.

"Keinget Sisi lagi, hm?"

Ali yang terkejut dengan kedatangan Mamanya sontak menolehkan kepalanya ke samping kemudian tersenyum paksa.

"Iya, Ma."

"Kamu inget gak kata-kata Sisi waktu itu? Kamu jangan sedih seandainya kamu kehilangan dia. Sisi juga pasti gak suka liat kamu kayak gini," ucap Nita.

"Tapi, Ma. Kenapa Sisi harus ninggalin Ali? Bahkan Sisi belum lihat Ali pake baju Pilot." lirih Ali pelan bersamaan dengan air matanya yang kembali luruh.

"Ini takdir yang harus kamu jalani, Li. Sisi udah bahagia disana, ikhlasin Sisi supaya Sisi tenang disana."

Ali hanya menganggukan kepalanya. Mengusap pelan air matanya yang menetes.

"Besok sore kita ke rumah temen Mama ya, yang anaknya bakalan di jodohin sama kamu." ucap Nita.

"Kesannya Ali gak laku mah pake di jodohin segala." ucap Ali sambil terkekeh.

"Dia cantik kok, Li, kamu tenang aja."

"Ali pengen lihat wajahnya, Ma. Mau Ali nilai dulu orangnya kayak gimana." ucap Ali.

"Besok aja kamu lihat, yang pasti kamu bakalan kaget. Tapi inget, dia itu bukan dia yang kamu maksud ya." ucap Nita ambigu.

Ali mengerutkan dahinya. "Maksud Mama apa?"

Nita hanya tersenyum kecil. Ia lalu berjalan keluar kamar Ali meninggalkan Ali sendirian dengan pikiran yang berkecamuk. Memikirkan perkataan Mamanya, dia bukan dia yang kamu maksud. Maksudnya?

***

"Mama, Ali keluar dulu yaa." teriak Ali sambil berjalan menuruni anak tangga.

Nita yang di dapurpun ikut berteriak kemudian berjalan menghampiri Ali dengan apron yang masih menempel di tubuhnya.

"Mau kemana, Li?"

"Jalan-jalan pagi aja." ucap Ali sambil terkekeh.

"Yaudah sana, Mama titip baso yang di depan komplek ya."

Ali dengan segera mencium punggung tangannya kemudian bergegas keluar dari rumah dan memasuki mobil Ferrari terbarunya.

Ali meraih kacamata hitam yang ia simpan di samping di atas dashboard. Kacamata itu kini terpasang sempurna di hidung runcing milik Ali.

Siapa saja yang melihat Ali seperti ini pasti akan jatuh pada pesonanya, Ali memang tampan. Bahkan sampai tampan. Tapi sayang, ia lelaki yang tertutup pada seorang perempuan sejak Sisi meninggalkannya.

Rasanya Ali sudah tak memiliki hati untuk mencintai siapa-siapa lagi selain Sisi. Hatinya sudah lama mati mengikuti Sisi.

Mobil Ali berhenti tepat di depan penjual bakso yang kemarin ia beli, Ali keluar dari mobilnya dan berjalan kearah penjualnya.

"Bang baksonya satu ya."

"Bang baksonya satu ya."

Suara itu lagi.

Keduanya melirik satu sama lain, Ali memicingkan matanya menatap gadis di hadapannya ini. Sedangakan Prilly menatap tajam kearah Ali.

"Bang, saya satu ya. Sekarang, gak pake lama!"

"Duh maaf nih Aa, Teteh, baksonya cuma satu lagi."

"Saya duluan, Bang." ucap Ali hendak meraih bakso yang sudah di bungkus penjualnya tadi.

"Enak aja! Gue duluan ya!!" ucap Prilly sambil meraih bakso itu dari tangan Ali.

Ali yang kesalpun menarik kembali bakso itu dari tangan Prilly, sehingga membuat keduanya kini menarik-narik bungkus bakso itu seperti anak kecil.

"Ini punya gue!!" ucap Ali kesal.

"Ini punya gue, Ali!" jerit Prilly jengkel.

"Lo ngalah dong sama cewek!" lanjut Prilly.

"Gue gak bakalan ngalah sama cewek setengah jadi kayak lo." ucap Ali dengan setiap perkataannya ia tekankan.

Prilly yang sudah kesalpun meninju bahu Ali dengan sekuat tenaga, Prilly memang mengikuti Karate. Jadi ia menguasai tentang ilmu bela diri.

Ali meringis pelan. Ia menatap tajam Prilly di balik kacamatanya. Gadis ini benar-benar!

"Nih ambil, buat lo. SUPAYA LO PUAS!" dengus Ali.

Prilly yang kegiranganpun dengan cepat meraih bakso itu lalu tersenyum miring kearah Ali.

"Cantik sih iya, tapi sayang, kelakuannya bar-bar!" dengus Ali lalu berlalu dari hadapan Prilly dengan perasaan dongkol.

***

Akhirnyaaa bisa update lagi wkwk
Jangan lupa vote sama komen yaa😘😘

-29 Juni 2017

Me And My Perfect CaptainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang