Ali berjalan gontai memasuki rumahnya, moodnya benar-benar hancur gara-gara gadis itu.
Ia berjalan kearah dapur mengambil gelas kemudian membuka kulkas meraih minuman dingin di dalamnya menuangkan minuman itu pada gelas yang di ambilnya kemudian ia meneguknya hingga tandas.
Nita yang baru saja keluar dari kamar menatap putranya dengan heran, ia berjalan menghampiri Ali.
"Li, mana pesenan Mama?"
"Nggak ada, Ma."
"Lho, kok nggak ada sih, Li?" tanya Mamanya memelas.
"Iya, gara-gara tadi ada cewek setengah jadi langsung ambil pesenan Ali aja. Baksonya tadi tinggal satu lagi, Ma." jelas Ali seraya melangkahkan kakinya kearah sofa ruang tengah.
Nita mengekori Ali dari belakang. "Lho kok bisa sih? Maksud kamu cewek setengah jadi gimana?" tanya Nita penasaran.
Ali memutarkan bola matanya sambil duduk bersila di atas sofa. "Ali udah tiga kali ketemu dia, Ma. Dia itu cewek setengah jadi, di bilang cewek tapi kelakuannya kayak cowok. Di bilang cowok tapi wujudnya kayak cewek. Apa namanya kalau bukan cewek setengah jadi, yakan, Ma?" ucap Ali menatap Mamanya.
"Huss, jangan bilang gitu kamu. Cantik nggak ceweknya, Li?" ucap Nita.
"Apaan sih, Mama."
"Mama serius, Li. Kalau dia cantik, kamu jangan kepincut ya? Kan kamu udah punya calon istri."
Ali terdiam.
Calon istri.
Apa Ali harus berkata jujur tentang Prilly? Gadis yang berwujud sama dengan Sisi? Apa Mamanya akan percaya dengan perkataannya?
Ali lagi-lagi menghela napasnya dalam. Apa ia harus benar-benar menerima perjodohan ini? Perjodohan dengan perempuan yang belum ia kenali sama sekali.
Bahkan sampai sekarang Ali belum bisa melupakan sosok Sisi, di tambah dengan ia bertemu dengan Prilly, dan sekarang siapakah yang akan menjadi calon istrinya nanti?
Ponsel Nita bergetar di atas meja, dengan cepat Nita meraih ponselnya lalu mengangkat telepon dari seseorang.
"Halo, Ge. Assalamualaikum."
"Halo, Nit. Wa'alaikumsalam. Kamu kapan kesini?"
"Nanti sorean paling, Ge."
"Kamu kesini sekarang aja ya, aku udah kangen banget. Pengen liat Ali juga sekarang kayak gimana,"
"Udah nggak sabar aja kamu, Ge. Yaudah aku sama Ali bentar lagi kesana ya, Assalamualaikum."
Ali yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik Mamanya hanya mengangkat bahunya acuh, sedangkan Nita menatap Ali.
"Kenapa, Ma?" tanya Ali yang sudah hafal jika Mamanya menatap seperti itu.
Wanita paruh baya itu hanya terkekeh. "Kamu siap-siap gih, ganti baju. Sekarang kita ke rumah dia."
"Dia?"
"Iya, calon istri kamu. Bukannya kamu pengen liat wajahnya?" tanya Nita tersenyum geli.
"Kan sore, Ma. Ini masih pagi," ucap Ali memelas.
"Ayolah, Li." ucap Mamanya memohon.
"Oke-oke, Mama cantik."
***
Mobil merah bermerk ferrari itu berhenti tepat di rumah minimalis itu, ia menghela napasnya kasar. Kenapa jantungnya berdetak kencang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Perfect Captain
FanfictionBagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidup kalian? Sakit bukan? Alianno Putra Pratama, lelaki tampan yang nyaris sempurna itu kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya, Sisi. Sisi adalah kekasihnya yang m...