Jam sudah menunjukan pukul 20.30 WIB, Ali sudah rapih dengan kemeja putih di balut jas hitam yang melekat sempurna di tubuh tegapnya.
Ali kini berdiam diri menatap pantulan dirinya di cermin, ia sibuk mengatur rambutnya. Ali membiarkan rambutnya sedikit berantakan, entahlah tapi menurutnya ini lebih baik daripada ia harus mengklimiskan rambutnya.
"Anggap aja dia, Sisi, Li." ucap Ali pada dirinya sendiri.
Dengan cepat Ali meraih kunci mobilnya dan bergegas turun dari kamarnya menuruni anak tangga satu persatu.
Ali melajukan mobilnya menuju rumah Prilly, Ali masih bingung dengan semua ini. Banyak pertanyaan dalam benaknya yang ingin ia tanyakan pada Mamanya.
Termasuk tentang Prilly, kenapa Mamanya menjodohkan dirinya dengan perempuan berwajah sama seperti Sisi?
Tak butuh waktu lama bagi Ali, ia kini sudah berada di halaman rumah Prilly. Beberapa kali Ali membunyikan klakson mobil dan tak lama kemudian sosok Prilly berjalan keluar dari rumahnya dengan tertatih.
Ali yang melihat itu di dalam mobil hanya tertawa pelan, tapi Ali tak dapat berbohong jika perempuan itu sangat cantik dengan balutan dress berlengan pendek berwarna peach selutut, rambut yang di biarkan tergerai dan high heels yang tidak terlalu tinggi melekat indah di kaki jenjangnya.
Prilly dengan cepat membuka pintu mobil Ali kemudian segera duduk sambil mengatur napasnya yang tak beraturan. Ali menatap perempuan di hadapannya ini heran, bukannya setiap perempuan itu wajib memakai high heels apalagi jika ada acara-acara penting?
"Kenapa ngos-ngosan gitu? Kayak di kejar apaan aja," ucap Ali sambil tertawa pelan.
Prilly menatap tajam kearah Ali. "Ini gara-gara lo! Kalau aja gue nggak dinner sama lo malem ini nggak bakalan gue pake sendal nggak jadi kayak gini. Apalagi pake dress dress kayak gini, ribet. " dumel Prilly kesal.
"Lo tiap hari kayak gini aja, keliatan ceweknya. Cantik."
***
Prilly keluar dari mobil Ali bersamaan dengan Ali yang kini berada di samping Prilly.
Mereka berdua sudah berada di depan restoran milik Mama Ali, dengan cepat mereka berdua berjalan memasuki restoran itu.
"Li, bentar dong. Gue susah jalannya nih,"
"Lo pake ginian udah kayak robot tau nggak." ucap Ali di iringi tawa pelan.
"Bantuin gue bukan ketawa Ali ih!"
"Iya, iya, gue bantuin sini." ucap Ali dengan satu tangannya memegang tangan sisi dan satu tangan lainnya merangkul bahu Prilly.
Jantung Prilly berdebar cepat, baru kali ini ia sedekat ini dengan lelaki. Apalagi di perlakukan seperti ini, Prilly tahu Ali menjengkelkan tapi hal yang di lakukan Ali saat ini sangat manis. Seolah ini bukan Ali yang di temuinya seperti biasa, ini seperti bukan Ali.
Tapi langkah mereka terhenti ketika ada beberapa gadis remaja menyerbu mereka berdua.
"Eh, Kak Ali ya? Ya ampun nggak nyangka banget bisa ketemu disini. "
"Ganteng banget ya dia,"
"Jadi pacar aku aja, Kak. Nggak pa-pa Kak aku mah ikhlas jadi pacar Kakak."
"Kak, boleh minta foto bareng?"
Berbagai macam pertanyaan mereka lontarkan lada Ali yang membuat Prilly mendengus kesal. Bagaimana tak kesal jika sejak tadi ia menjadi fotographer mendadak, sebanyak itukah fans Ali?
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And My Perfect Captain
FanficBagaimana rasanya kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidup kalian? Sakit bukan? Alianno Putra Pratama, lelaki tampan yang nyaris sempurna itu kehilangan seseorang yang sangat berharga dalam hidupnya, Sisi. Sisi adalah kekasihnya yang m...