2. Itu Mantan apa Anjing?!

77 6 4
                                    

Setelah mengambil beberapa keperluan di loker Relly, Renita dan Resya bergegas menuju kelas mereka yang didepannya bertuliskan 11 IPS-2. Kelas yang isinya orang-orang populer atau 'The Most Wanted' SMA Cendika. Mau dapet cogan atau cecan? Dateng aja ke kalas ini. Dijamin ngiler liat anak-anaknya yang kece abis.

Terdengar suara kegaduhan seperti pasar dari dalam kelas itu. Relly membuka pintu bercat putih itu dengan sekali hentakan.

Hening..

"Kok sepi?" ucap Renita dan dalam sekejap, kelas itu kembali ribut dengan musik dangdut mengiringi setiap gerakan mereka.

Toettetetoet.. Toettetetoet..

Ada yang berdiri diatas meja sambil joget ala ubur-ubur, megang sapu yang disulap menjadi mic, ceweknya muter-muter kepala kek trio macan. Pusing-pusing dah tu pala.

"Kalian semua ngapain sih?" tanya Resya dengan tampang inconnect-nya.

"Au ah, gelap." jawab Renita sambil terus berjoged.

Ceklek

Semua mata dikelas itu menghadap ke langit-langit kelas dan melihat semua lampu dikelas mereka menyala. Mata mereka menelusuri sumber bagaimana fenomena itu terjadi sedangkan mereka semua sedang asyik berjoged.

ASTAGFIRULLAH..

Seru anak kelas 11 IPS-2 berbarengan. Sedangkan Resya mulai cengengesan gak jelas.

"Katanya gelap." ucapnya sambil menggaruk tengkuk leher yang sebenarnya sama sekali gak gatal.

Ingin rasanya mereka berkata kasar.

***

Upacara bendera pagi ini memiliki maksud lain. Ada pengumuman yang tadi disampaikan disela-sela pidato kepala sekolah yang membuat seluruh siswa berjingkrak kegirangan.

Study tour.
• Bali.
• Seminggu.
• Setelahnya libur 2 hari.

Relly yang notabennya anak dari pemilik yayasan sudah tahu tentang acara itu. Bahkan dia ikut andil dalam menyiapkannya.

Hari ini acara belajar mengajar di SMA Cendika berjalan dengan lancar layaknya jalan tol. Bel istirahat pertama pun berbunyi.

"Kantin kagak lu?" tanya Relly pada Renita yang sedari tadi masih berkutat dengan bukunya.

"Tungguin bentar elah, dikit lagi nih." Renita menjawab namun tak menatap kearah Relly melainkan masih ke bukunya.

Akhirnya Relly dan Resya menunggu diluar kelas sambil menyenderkan diri mereka ke pembatas balkon. Kelas mereka yang berada dilantai dua membuat pemandangan dibawah sana terlihat sangat jelas. Apalagi lapangan basket yang tempampang jelas depan mata.

"Rel, itu bukannya si Kevin ya? Ngapain tuh deket-deket mobil kita?" tanya Resya tiba-tiba membuat Relly mengalihkan pandangannya dari lapang basket menuju tempat mobilnya berada.

Benar saja, terlihat disana Kevin beserta kedua temanya sedang berdiri canggung di samping mobilnya. Mata Relly menyipit saat mereka berjongkok dekat ban mobil. Sudah tahu kelanjutanya kan?

Relly mengeluarkan seringai kejam di bibirnya. "Oh, tunggu aja balesannya."

Tak lama, Renita keluar lalu mereka langsung berjalan menuju kantin. Hampir seluruh mata tertuju pada mereka begitu sampai dikantin. Suatu hal yang lumrah bagi ketiga gadis itu, udah biasa katanya. Risih sih sebenernya tapi mau diapain lagi? Mau nyuruh mereka semua buat nutup mata? Yakali.

Saat dikantin, mereka langsung duduk di meja yang berada di tengah. Pokoknya meja itu sudah mereka tandai sebagai miliknya dengan tak kasat mata. Semua orang juga tahu kalau itu meja yang tak bisa ditempati sembarang orang. Hanya mereka.

"Pada mau pesen apaan?" tanya Resya sambil bangkit berniat memesan makanan.

"Gue mau mie ayam sama jus jeruk." jawab Relly.

"Gue samain aja kayak si Relly." timpal Renita.

Resya melangkah jauh menjauhi mejanya menuju stand penjual yang menjual pesanan sahabatnya itu.

"Lo pulang mau kemana Rel? Rumah lo atau Apartement?" Renita menanyakan itu karena dia berencana untuk numpang hidup sehari sama Relly. Orang tuanya sedang keluar kota, dan dia malas dirumah sendirian.

"Apartement deh, kayaknya. Emang napa?" Relly lebih memilih pulang ke-Apartementnya karena alasan yang sama dengan Renita.

Orang tua mereka selalu sibuk sama pekerjaannya. Namun mereka mengerti. Toh itu juga demi kebaikan mereka kan, lagi pula orang tuanya itu masih meluangkan sedikitnya waktu mereka untuk anak-anaknya.

"Ntar gue nginep ya? Dirumah gak ada siapa-siapa." Relly mengangguk.

Disaat bersamaan, Resya datang dengan nampan ditanganya yang berisi mie ayam dan jus jeruk. "Nginep? Nginep apa?" tanyanya.

"Si Renita mau ngungsi. Ikut kagak lo?" jawab Relly sekaligus bertanya.

Resya mengangguk. "Boleh deh."

Mereka melanjutkan acara makan dengan membuat sekantin menjadi heboh dengan celotehan absurd mereka. Namun, seketika keadaan kantin menjadi hening. Relly mengerutkan dahinya.

Pada kenapa? Batinnya.

Dia mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk kantin. Disana terlihat dua orang manusia laknat-kalo kata Relly sedang berjalan memasuki kantin sambil berangkulan.

"Mantan pacaran depan mantan," celetuk Renita sedangkan Relly hanya mendengus sebal.

Ya, itu adalah mantan Relly. Dia ketahuan hanya memanfaatkan kepopuleran Relly untuknya yang masih anak baru waktu itu. Taik banget kan?

"Cabut." perintah Relly sambil berdiri dari bangku yang ditempatinya. Kedua sahabatnya ikut bangkit.

Mereka berjalan bersisian untuk keluar dari kantin. Begitu berpas-pasan dengan mantanya, Relly menyenggolkan bahunya sedikit ke pacar baru sang mantan itu membuatnya sedikit terhuyung dan mengaduh lebay.

"Aduh," keluhnya dengan nada menjijikan. Eat That Bitch!

Relly berbalik sambil menatap pasangan itu. Dia mengacungkan jari tengahnya kearah mereka seraya tersenyum miring lalu menghilang di belokan lorong.

3 kata;

Mantan memang anjing.

Tbc..

Lost In The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang