1. Resya Kampret

69 10 0
                                    

Hari Senin. Hari dimana semua pelajar mendesah kecewa saat mentari pagi mulai menyongsong di ufuk timur. Entahlah, mereka hanya membenci hari itu karena lima hal.

1. Harus bangun pagi.

2. Upacara Bendera.

3. Razia di gerbang sekolah diperketat.

4. Jam pulang jadi lebih lama.

5. Guru killer masuk semua.

Sudah cukup untuk membenci hari Seninnya. Mari kembali pada kenyataan bahwa hari ini adalah hari Senin. Ironis..

Hari Senin yang sudah cukup menghebohkan di SMA Cendika. 3 mobil mewah yang dapat dipastikan harganya setinggi Gunung Semeru itu memasuki parkiran bak seorang model yang melenggak-lenggok diatas catwalk dengan anggunnya. Mencuri seluruh perhatian pasang mata disekitarnya. Mobil-mobil itu sudah terparkir sempurna di tempat khusus yang entah kenapa dan diberikan oleh siapa, sudah tersedia.

Pintu mobil berwarna putih yang terparkir paling kanan terbuka, memunculkan seorang bidadari yang sangat cantik jelita namun sayangnya dia bukan bidadari karena memakai baju anak SMA. Di seragam itu tersampir name tag bertuliskan Renita Anderson, yang berarti nama gadis itu. Rambut coklat keemasan yang sedikit bergelombang tergerai indah melewati bahunya. Wajah blasteran Indo-Jerman sangat kentara terlihat di wajah cantiknya yang tertutup kaca mata hitam. Dia bersandar ke body mobilnya selagi menunggu dua orang sahabatnya yang lain turun.

Di posisi tengah, pintu mobil yang berwarna hitam terbuka. Memunculkan lagi bidadari yang memakai seragam. Name tag-nya kali ini menuliskan nama Relliana Harborn. Susah kali namanya itu, itulah yang sering disebut oleh Pa Dawin-guru keturunan batak yang memang kadang kesulitan kala menyebut nama panjang dari gadis yang satu ini. Jelaslah, orang keturunan luar. Indo-Amerika tepatnya, wajahnya juga ga jauh beda sama Renita malah cantikan dia. Kalo Renita punya rambut yang warnanya agak gelap, nah anak satu ini warnain rambut lebih terang--kata kerennya sih blitching--. Dia juga mengambil pose yang sama dengan gadis sebelumnya. Bersender pada body mobil, dengan kaca mata hitam yang bertengger manis dihidung mancungnya.

Akhirnya, pintu mobil warna merah yang terparkir cantik pada sebelah kiri terbuka ingin mengeluarkan sang empunya.

'Dugh'

"Anjing ah, Resya. Malu-maluin." begitulah umpatan yang keluar dari mulut Renita kepada gadis yang sedang meringis sambil memegangi puncak kepalanya yang terpentok atap mobil saat ingin keluar.

Namanya Resya Adriana. Gadis keturunan Indo-Belanda yang memiliki paras cantik namun otak agak geser dan selalu bertingkah ceroboh. Rambut sebahu berwarna kepirangan menjadi ciri khasnya. Dia masih meringis kesakitan namun tak urung keluar juga dari mobilnya itu. Kaca mata hitam juga membingkai cantik diwajahnya.

"Yee, biasa aja kali mbak. Bodo amat juga kan gue emang ga punya malu dari dulu." ucap Resya menanggapi umpatan Renita dengan tampang super duper polosnya.

Asli, kalau bukan sahabat udah diceburin kekali Ciliwung sama Renita.

"Udah sih gitu aja kalian ribut. Mendingan kita masuk." akhirnya Relly-panggilan untuk Relliana menengahi pertengkaran antara kedua sahabatnya yang absurd abis. Dia risih sih sebenarnya. Liat aja sekitar mereka, mata-mata murid SMA Cendika minta dicolok semua kayaknya. Pada ngeliatin mereka kaya ngeliat sebuah danau berisi air segar di gurun sahara. Lapar, man.

Akhirnya, 3 Primadona SMA Cendana yang menamai diri mereka 'The R Squad' itu mulai melangkah membelah kerumunan orang yang sedari tadi menatap mereka dengan pandangan kagum. Saat kerumunan itu terbelah, Relliana yang berdiri di tengah menghentikan langkahnya begitu juga dua orang sahabat disebelahnya itu. Melepas kaca mata hitam, lalu menatap tajam 3 lelaki yang berdiri sejauh 5 meter dihadapannya.

"Minggir." ketus Relly pada orang itu.

"Emang jalan ini punya nenek moyang lo? Nggak kan." bantah si lelaki yang juga berdiri di tengah dan tersenyum miring, sepertinya enggan untuk mengalah.

Aura permusuhan mulai menyeruak ke udara membuat hawa semakin panas. Oh, beruntunglah mereka yang melihat karena dapat tontonan gratis di pagi hari. Kapan lagi melihat the most wanted guy's di sekolah mereka cekcok begini.

"Emang bukan punya nenek moyang gue, tapi lo ngehalangin jalan gue buat ke kelas tuan Kevin Hilliked yang terhormat." tangan Relly bersidekap dan dia memutar bola matanya malas. Sungguh, dia juga gak tau kenapa pagi-pagi udah ada yang ngajakin ribut. Tapi bolehlah, dia ladenin.

"Oh ngalangin jalan tuan puteri toh." ada nada mengejek yang keluar dari ucapan si lelaki yang berdiri di sebelah kanan. Cukup sudah, Renita gak tahan mulutnya gatel ingin berkata kasar.

"Kalian tuh maunya apaan sih, njing! Ngomong aja gak usah banyak bacot." tuh kan, keluar kata kasarnya dan itu ditujukan pada orang tadi yang ternyata bernama Sean Aldino.

"Nggak ngapa-ngapain sih sebenernya. Gue mah ngikut si curut dua ini aja." telunjuk si lelaki sebelah kiri menunjuk Kevin dan Sean. Namanya Andrean Handark, nama sih keren. Tapi siapin aja banyak nama binatang kalau kamu lagi ngomong sama dia. Lemotnya kebangetan.

"Eh si anying." ucap dua orang yang ditunjuk bersamaan.

"Minggir sana." usir Relly sekali lagi.

"Okey, tapi urusan kita belom selesai. Cabut." akhirnya 3 lelaki itu pergi.

Sontak Relly dan sahabatnya itu melanjutkan perjalan untuk masuk ke kelas. Tapi tunggu, seperti ada yang tertinggal. Baru beberapa langkah maju mereka berbalik.

"Boleh berkata kasar gak, Rel?" tanya Renita pada Relly yang sepertinya lebih duluan berkata kasar.

"Si goblok, dasar."

"Resya!" panggil Relly pada Resya yang ternyata sedari tadi memainkan games di handphonenya tanpa memperdulikan dirinya yang ditinggal. Merasa dipanggil, Resya mendongak.

"Oh, udah pada udahan? Ya udah ayok ke kelas kalo gitu." dan dengan santainya dia melewati kedua sahabatnya yang tengah mati-matian menahan diri untuk tidak berlari ke kantin dan meminjam pisau untuk membunuhnya.

"RESYA KAMPRET!!" teriak Relly dan Renita bersamaan.

Okey, kita lihat seberapa kuat mereka menahan diri untuk tidak membunuh sahabatnya sendiri.

Tbc..

Lost In The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang