1 Juny 1961

82 3 3
                                    



Jake mengedarkan pandangannya lalu memberanikan diri untuk membuka pintu toilet perlahan,tapi Jake hanya menemukan sebuah keluarga kecil yang sedang membangunkan kemah di tengah gurun dan supermarket tempat dimana toilet itu berada telah hilang.

Jake tersenyum pada keluarga kecil itu dan memperkenalkan dirinya,keluarga kecil itu sangat ramah bahkan menawarkan makan siang untuk Jake.Sang adam dengan senang hati menerima ajakan mereka dan bercerita tentang perjalanan panjangnya lalu bagaimana ia bisa muncul di toilet tersebut,cerita Jake tidak dianggap serius oleh sang kepala keluarga,biarlah ini jadi rahasianya.

"sir,bagaimana cara agar aku bisa ke Tokyo?" Jake menatap sang kepala keluarga setelah meneguk minuman yang disuguhkan untuknya.

"kau harus ke lapangan terbang,lapangan terbang terdekat berada di ujung gurun" jawab sang kepala keluarga lalu segera Jake kembali berkemas

"ini untuk bekal mu,nak" istri dari sang kepala keluarga memberikan bekal perjalanan untuk Jake melintasi gurun

"Thanks" Jake tersenyum singkat lalu melambaikan tangannya pada kedua anak kecil dari pasangan suami istri tersebut "aku pergi mam,sir"

Mereka menggangguk lalu tersenyum melepas Jake yang mulai melangkahkan kakinya melanjutkan perjalanan,Jake menggunakan sapu tangan yang diikat di sekeliling kepalanya sebagai masker melawan kumpulan butir pasir yang berterbangan,tidak lupa menutup kepalanya dengan kain agar panas matahari tidak menembus tengkorak kepalanya dan memecahkan pembuluh darah.

Perjalanannya yang cukup jauh membuat waktunya terbuang dan tiba di lapangan terbang pada sore hari,ia bertemu dengan seorang yang sedang mengisi tangki bahan bakar pesawat

"yo permisi,apa aku bisa dapat tumpangan ke tokyo?" sang Adam bertanya dengan sopan

lelaki itu sedikit lebih tinggi dari Jake dan badannya lebih besar lalu terbentuk sempurna,Jake dapat dengan mudah menebak bahwa laki-laki itu salah satu pilot yang sedang beristirahat,lelaki itu memutar kepalanya dan menoleh menatap Jake

"hei man,tujuan mu cukup jauh juga,tapi kau bisa menumpang pesawatku" ujarnya sambil menghisap sebatang rokok yang diapit jari tengah dan telunjuk tangan kirinya

"benarkah?" Mata Jake berbinar menatap tidak percaya sang lelaki

"tentu saja,aku akan mengunjungi saudara tiri ku disana,jadi panjang umur" ia mengulurkan tangannya hendak menjabat tangan Jake

"kau juga,kawan" Jake tersenyum lebar dan menyambut jabatan tangan lelaki itu

"aku Brad,dan ini Benji pesawatku"

Jake menatap pesawat kecil tua milik Brad dan dari raut wajahnya menandakan keraguan untuk menumpang pada pesawat tua itu

"Benji kuat,tenang saja" Brad menutup tangki bahan bakar pesawat lalu menyalakan mesin pesawat

"naiklah kawan" Brad duduk di kursi kemudi sembari menunggu Jake untuk duduk di kursi penumpang satu-satunya

Ini tahun 1961,tentu saja pesawatnya masih model lama yang hanya menyediakan satu kursi penumpang di belakang kursi pilot,pesawat tua itu tidak memiliki jendela sehingga Jake harus memakai kacamata terbang yang diberikan Brad ketika hendak lepas landas,perjalanan kali sangat amat jauh bahkan memakan waktu setengah hari melawan badai samudra,beruntung Brad sangat ahli dalam pesawat,selama perjalanan mereka bertukar pengalaman.

Brad tidak segan-segan mengajari Jake untuk mengendarai pesawat tuanya walau Jake hanya memperhatikan penjelasan Brad dari kursi penumpang.

Mereka mendarat tepat dini hari di lapangan terbang Jepang,Jake sedikit pusing karena angin kencang selama penerbangan membuat kepalanya berputar.Ia berjabat tangan mengucapkan salam perpisahan pada Brad

"senang bertemu denganmu" Brad tersenyum dan menepuk bahu Jake

Jake berjalan menjauh dari lapangan terbang lalu mencari sebuah tempat untuk beristirahat,ia menemukan sebuah penginapan di pinggir kota tokyo yang ramai dan bercahaya,memustuskan untuk sementara waktu tinggal disana.Seperti biasa,sebelum tidur ia akan menuliskan sebuah tulisan pendek untuk mengungkapkan kerinduan hatinya pada Emma

-> 3 Juny 1961

Kita baru berpisah 2 hari yang lalu
tapi,nyatanya sudah 73 tahun kita terpisah.
untuk manusia pada umumnya,itu tidak mungkin.

Nyatanya,aku harus berjuang melompati waktuku
Baru 3 hari.
Tapi aku amat merasakan 55 tahun yang aku lewati.
rasa lelah dan lamanya waktu berjalan,dapat aku rasakan sangat jelas.
dan,semakin jelas juga kerinduan ku padamu
semakin jelas juga rasa sayangku kepada mu.

Jake menutup bukunya lalu berpikir sejenak,ia sendiri disini.tidak ada ayah dan ibu,tidak ada kakeknya.Bahkan,kakek mungkin tidak mengenal Jake,Biarlah.

Satu tujuan Jake,hanya untuk hidup bersama Emma.

Pencarian lingkarang waktu Jake di Tokyo,tidak secepat waktu berjalan saat perpisahan hingga sampai di Tokyo,ia harus menghabiskan berjam-jam,berhari-hari,berminggu-minggu,bahkan sampai hitungan bulan untuk mengelilingi kota Tokyo,betapa sulit sekali.tanpa petunjuk yang jelas,sampai pada suatu saat

"aku kehabisan uang,tidak cukup untuk menginap lagi disini" Jake menghela nafas "Emma,betapa sulitnya aku ingin hidup dengan mu"

Ia akhirnya keluar dari penginapan itu dan memutuskan untuk tinggal sejenak di pinggiran toko yang tutup dimalam hari,amat memprihatinkan,Jake harus mencari pekerjaan untuk meneruskan kehidupannya.

berkali-kali ia memikirkan untuk kembali ke Florida tapi tidak.

TIDAK TANPA EMMA.

Ia berbaring di pinggiran toko yang kotor sambil meringkuk kedinginan untuk menunggu pagi

'apakah Emma merindukan ku? Sama seperti aku merindukannya saat ini?' batin Jake mulai berdebat,ia memejamkan mata menikmati angin malam yang menusuk tajam kulitnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Time and Love (Jacob and Emma)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang