The Date?

1.1K 97 25
                                    

Dengan pasrah dan tanpa perlawanan, Kris mengikuti Chanyeol. Ya, bagaimana ia bisa melawan jika tangannya ditarik terus oleh pemuda menyebalkan itu? Usaha untuk melepaskan diri sudah Kris coba.

Hasilnya? Nihil. Genggaman Chanyeol sungguh kencang. Semakin Kris memberontak, semakin kencang Chanyeol menggenggam tangan Kris. Mau tak mau, Kris menyerah. Ia lelah dan membiarkan dirinya saja terus ditarik.

"Ya! Park Chanyeol! Kita mau ke mana, eoh? Dan, bisakah kau berhenti menarikku? Aku bukan anak kecil, tahu! Lepaskan aku!" teriak Kris sebal.

Mendadak, Chanyeol berhenti dan membalikkan badan—membuat Kris yang berjalan di belakangnya pun harus menghentikan langkah tiba-tiba. Sungguh, beruntung ia bisa berhenti tepat waktu. Jika tidak, mungkin wajah Kris yang tampan akan menempel dengan wajah Chanyeol.

"Ya! Kalau mau berhenti, jangan mendadak! Bodoh sekali kau ini! Kau tak tahu berapa berharganya wajahku?" sungut Kris. Dipalingkan wajahnya ke arah lain supaya tak menatap wajah Chanyeol yang tampak semakin—er, menarik.

Chanyeol terkekeh pelan. "Bukankah kau bilang sendiri akan menemaniku hari ini? Seingatku, kau bahkan bilang ke mana pun aku mau, kan? Mm, aku punya banyak tempat yang ingin kudatangi, Kris. Jadi, ayo kita mulai kencan kita!" teriak Chanyeol kegirangan. Diangkat tangan kirinya ke atas bak tengah berdemo. Setelah melakukannya, pemuda bersurai hitam itu membalikkan diri dan mulai berjalan—masih menarik Kris—.

"Aish, bisakah kau jaga mulutmu? Kencan? Kita? Cih, jangan bercanda! Kau benar-benar sudah gila, Park Chanyeol!" Kris kembali mendengus sebal.

Mendadak, penyesalan menyergap. Apa Kris memang harus menyelamatkan Chanyeol? Ia pasti sudah gila dan kehilangan akal sehatnya sampai nekat bertindak sejauh ini. Kris tentu hanya bisa merutuk sekarang. Memang apa yang bisa dilakukannya? Ia terjebak dengan Chanyeol! Sepanjang hari! Dan, kencan, katanya? Kris ingin membunuh pemuda itu dengan tangannya karena bersikap seenaknya sendiri. Argh, for the God's sake!

"Yups! Kencan, Kris! Ah, kau mau menyebutnya apa, terserah sih. Tapi, akan kusebut ini kencan! Ngomong-ngomong, aku lapar. Bagaimana kalau kita makan? Argh, kau tahu, Kris? Aku sungguh bahagia sekali hari ini!" Chanyeol mulai berteriak heboh karena tak bisa mengendalikan emosinya. Sungguh, ia bahagia bisa berkencan dengan manusia yang membuatnya jatuh hati itu. Ia kembali menarik tangan Kris dengan semangat.

Kris lagi-lagi hanya mendengus. Tentu saja, ia juga mengumpat dalam hati. Oh God, beri ia kesabaran!

~ . ~

~ . ~

"Kau yakin tak mau pesan apa pun, Kris?" tanya Chanyeol khawatir.

Kris hanya menopang dagu malas dengan tangan kanannya. Tampaknya, ia tengah jengkel dengan pemuda di hadapannya. Pemuda bersurai pirang itu berusaha keras melupakan fakta kalau ia terjebak bersama Chanyeol seharian ini. Namun, ia jelas tak bisa melakukannya. Sekarang ia telah terjebak—tak bisa ke mana-mana. Tak mungkin Kris meninggalkan Chanyeol sendiri. Tidak setelah Kris bilang akan menemaninya ke mana pun pemuda bersurai hitam itu pergi. Oh, mengapa ia tadi mengatakannya? Bodoh sekali! Hari yang sungguh menyebalkan!

"Kris~ Jawab pertanyaanku! Jangan diam saja! Kau benar-benar tak mau pesan apa pun untuk dimakan?" Kembali Chanyeol melontarkan pertanyaan sama. Namun, hasilnya sama. Kris tetap tak mengacuhkan dirinya.

Sejujurnya, sang Dewa tahu kalau Kris lapar—sangat lapar—. Hanya saja pemuda bersurai pirang itu tak mau mengakuinya. Katanya tadi sih karena ia tak mau makan makanan yang belum pernah dicicipinya dari restoran asing. Kris bilang tak mau ambil risiko dengan memakannya. Benar-benar alasan yang aneh. Berlebihan.

God who Falls in Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang