The Touched Heart and the Warm Feeling

897 92 7
                                    

Guyuran hujan telah berhenti. Chanyeol menutup payung dan memandang pemuda dingin yang masih memejamkan mata. Dewa berkekuatan sempurna itu memang sengaja menghentikan hujan saat ia menyadari Kris sudah jauh lebih baik. Pemuda bersurai pirang di sampingnya sudah cukup melampiaskan emosi lewat tangisan. Lagi pula, Chanyeol tak mau membuat Kris terlalu basah atau kedinginan, apalagi sampai sakit. Bukankah Chanyeol sangat perhatian?

"Kris, hujan sudah berhenti. Kau tak ingat pulang? Bajumu basah. Apa kau akan baik-baik saja dengan baju itu?" Chanyeol berusaha membuka percakapan.

Kris masih bertahan dalam posisi diamnya. Benar-benar mengabaikan Chanyeol.

"Kris—Hei, Kris—Apa kau tidur?" tanya sang Dewa lagi. Ia sedikit heran tak mendapati respons dari manusia dingin dan galak itu.

Lagi-lagi, Kris diam saja.

Chanyeol merasa sebal diabaikan. Ia memilih Kris mengeluarkan amarah dan umpatan padanya daripada mengabaikannya seperti sekarang. Itu akan jauh lebih baik. Berarti, Kris mengakui keberadaannya di sana dan 'berbicara' dengannya. Meskipun dengan kata-kata kasar sih. Ah, Chanyeol tidak ambil pusing dengan semua perkataan kasar Kris. Baginya, semua itu malah lucu. Chanyeol menyukai reaksi seperti anak kecil itu. Sangat menarik.

Chanyeol beranjak berdiri. Ia memosisikan diri di depan Kris yang masih bertahan dengan posisi diamnya. Masih mendongak dan memejamkan mata. Sang Dewa membungkukkan badan, mendekatkan wajahnya lebih dekat ke wajah Kris. Semakin dekat dan semakin dekat. Jarak yang memisahkan semakin hilang. Dua puluh sentimeter lagi—Semakin dekat—Dan—

"Ya! Jauhkan wajahmu dariku sebelum tanganku melayang dan merontokkan gigimu," ancam Kris datar sembari membuka mata.

Pemuda yang diancam segera menarik badan dan tersenyum. "See? Sudah kuduga ini akan berhasil." Chanyeol terkekeh.

Kris sendiri kembali menghela napas berat untuk kesekian kali. Tindakan konyol Chanyeol itu sering dilakukan dan Kris sudah terbiasa untuk mengabaikannya. Tak ingin ia membuatnya semakin jauh lebih menyebalkan dengan menanggapi Chanyeol. Daripada energinya terkuras habis untuk marah, bukanlah lebih baik membiarkan saja manusia menyebalkan itu?

Si pemuda bersurai pirang bangkit berdiri, mengeluarkan sapu tangan dari jaket dan mengusap wajah basahnya.

'Sungguh menawan,' pikir Chanyeol sambil terus menatap Kris.

Si jenius XOXO High School hanya memutar bola matanya malas kala mendapati tatapan penuh cinta dari lawan bicaranya. Kris memilih pergi—meninggalkan Chanyeol yang masih sibuk terpesona.

Merasa ditinggalkan, Chanyeol pun ikut melangkahkan kaki menyusul pemuda dingin itu. Dengan langkah kaki lebarnya, sang Dewa akhirnya bisa menyusul Kris. Ia sudah berjalan di sampingnya.

"Kris~ Kau mau pergi ke mana?" tanya Chanyeol dengan nada suara dibuat-buat.

Mendengar itu, Kris sungguh merasa risih. Ingin rasanya ia muntah. Namun, ia memilih diam—mengabaikan makhluk menyebalkan di sampingnya. Ia sadar, semakin ia menanggapi Chanyeol, semakin lama pula ia harus berurusan dengan Chanyeol. Si bodoh yang tak benar-benar bodoh itu.

"Kris~"

Baiklah, panggilan dengan nada suara menjengkelkan itu benar-benar mengganggu. Telinga Kris mulai berasa gatal.

"Kris~ Kris~" Lagi-lagi, Chanyeol memanggil nama Kris dengan cara sama.

"Kris~" Lagi.

Jengah sudah Kris sekarang. Dihentikan langkahnya tiba-tiba. Kris menatap tajam Chanyeol yang kaget harus ikut menghentikan langkahnya juga. Ia berkacak pinggang. 

God who Falls in Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang