1 - Perfect dream

44 29 16
                                    

Ariana merasa tubuhnya pegal, kemudian berputar ke kanan sambil masih memejamkan mata. Sepertinya dia baru saja bangun dari mimpi yang begitu melelahkan namun dia tak bisa mengingatnya. Dia memeluk sesuatu yang keras dihadapannya.

Ya ampun, kok guling gue jadi gak empuk gini, pikirnya.

Sambil masih memeluk sesuatu itu, dia membuka matanya perlahan.

"Wah, gue masih mimpi ternyata. Senengnya," gumamnya pelan.

Saat membuka mata yang dia lihat adalah cowok yang selama ini dia kagumi dari jauh. Dan yang dia rindukan. Cowok itu tampak sedang tertidur dengan kedua tangannya menopang kepalanya, dan Ariana tidur di lengannya sambil memeluk tubuhnya yang bidang.

Perlahan Ariana bangkit dari tidurnya dan berpindah posisi. Sekarang dia duduk di atas perut cowok itu.

Sungguh mimpi yang indah, gumamnya dalam hati berulang-ulang.

Ariana mulai mencondongkan wajahnya mendekati wajah cowok itu. Setelah tinggal beberapa sentimeter jarak diantara wajah mereka, cowok itu membuka mata.

" Who.." gumamnya sambil mengerutkan kening.

Dengan tiba-tiba Ariana mendekatkan wajahnya dan menyatukan bibir mereka. Tak ada yang bergerak, keduanya hanya diam mematung. Setelah 10 detik yang sangat hening berlalu, Ariana menjauhkan wajahnya. Masih tetap duduk di atas cowok itu.

"Hai, Max. Selamat pagi,"

Cowok itu tertegun melihat cewek yang tak dikenalnya duduk di atas tubuhnya, tersenyum sangat manis, mengucapkan selamat pagi. Cewek berambut panjang bergelombang, wajah berlesung pipi hanya di pipi kanan, merona menatapnya dengan mata bulat yang berbinar. Sejenak dia seperti terhipnotis, sebelum akhirnya tersadar,

"Pertama, ini jam 12 malam, lo bisa liat sendiri," ujar Max sambil menunjuk jam dinding.

Cewek itu hanya tertawa ringan.

"Ini kan, mimpi, sayang. Terserah aku. Aku bilang selamat pagi karena kita berdua baru bangun," Max ternganga mendengar ucapan Ariana.

"Lo waras?" Sekali lagi Ariana hanya tertawa ringan. Dengan kasar Max tiba-tiba memindahkan tubuh Ariana ke sampingnya. Karena terlalu senang dengan keadaan yang dianggap mimpi, Ariana terguling dan terjatuh ke lantai.

"Aduh, sakitnya," gumamnya pelan sambil mengelus lengannya yang sakit akibat menahan berat tubuhnya.

"Who are you?" Ariana hanya membalas pertanyaan Max dengan menatap dalam diam, lalu senyum-senyum sendiri. Hal itu membuat Max geleng-geleng kepala dan membuang muka.

"Mimpi gue indah banget,"

Mendengar itu, Max kembali menatap Ariana. Sekali lagi dia menggeleng-gelengkan kepala.

"Stupid. Tangan lo sakit, kan, karena jatoh?" Ariana hanya balas mengangguk.

"Lo pikir lo bisa ngerasain sakit kalo ini mimpi?"

Ariana bingung dengan perkataan Max barusan. Tiba-tiba Max mencubit pipinya dengan sangat keras.

"Ah! Sakit!"

"Sakit? Masih bilang ini mimpi? Wake up!"

Max keluar kamar meninggalkan Ariana yang masih terduduk di lantai.

"What do you mean?"

Ariana menatap sekelilingnya, dia sadar tak mengenal tempat ini. Lalu ia memandang pakaian yang dikenakannya. Mencoba mengingat apa yang terjadi. Ya ampun, ini pakaian yang sama waktu ke bank tadi, pikirnya aneh, Kemudian dia mencubit lengannya sendiri. Sakit. Sakit!

"Bukan mimpi?!"

NOTE: Thanks buat siapapun yang baca cerita ini. Bakalan terus aku lanjutin sampe the end, amin hehe. Dibaca dikomen divote boleh banget guyss hehe. Makasih

EscapeWhere stories live. Discover now