'Ddzzttt... Ddzzttt...'
aku merasakan getaran di balik punggungku. Hal tersebut membuatku sedikit menggeliat, merasakan ada yang mengganjal disana.
Kuraba-raba balik bahuku dan kutemukan benda persegi yang masih saja bergetar dan mengeluarkan ringtone alarm. Kugeser layarnya asal-asalan agar alarm-nya mati.
Aku mengucek mataku dan sedikit meregangkan otot-ototku, dengan masih menutup mataku rapat. Baru saja akan melanjutkan mimpi indahku, alarm keduaku membangunkanku. Kali ini lebih keras dan disertai gedoran pintu. Siapa lagi kalau bukan kakak 'tersayang'.
"DEEEKK!! BAANGGUUN!! UDAH SIAANG!! NTAR TELAT LOH!"
Aku tak menggubris teriakannya, memilih untuk tidur lagi. Pintu kamarku kembali digedor sama kerasnya dengan yang tadi.
"DEEEKK!! ISH! BANGUN AH! UDAH SIAAANGG!!"
"IYAA INI UDAH BANGUUN!!" jawabku tanpa beranjak dari kasurku.
"UDAH BANGUN APANYA?! MASIH MEREM JUGA! UDAH JAM LIMA TAUK! BURUAN SOLAT! GA TAKUT DOSA APA?!
'Ish! ganggu aja sih! dasar kambink!' batinku geram.
"DEEEKKK!!"
"IYAA INI BANGUUUN!! DASAR BAWEL!" aku segera loncat dari kasurku, menuju kamar mandi untuk wudhu dan solat subuh di kamarku.
OoO
Jam 6 aku sudah siap dengan seragam sekolahku. Seragam osis dengan balutan jas almamater SMA Dharma berwarna biru tua.
Aku langsung menuju ruang makan yang terletak tepat di depan kamar tidurku. Kakakku sudah duduk manis disana menyantap sarapannya. Aku bergabung bersamanya dan menyantap sarapanku.
Sarapan adalah hal terpenting yang harus aku lakukan tiap pagi. Karena aku orangnya laperan. Kadang baperan juga sih. *lah ngelantur
"Bang" panggilku disela-sela makan.
"hmmm"
"Ish! jutek banget sih!"
Ia memutar bola matanya malas. "Apa adekku sayaaaangg???" jawabnya dengan nada diimut-imutkan, yang malah membuatku merasa geli.
"Alay deh!"
kakakku langsung melotot mendengarnya.
Aku terkekeh melihat ekspresinya. " Ntar anterin ke bakery ya? Mau beli tart buat ultahnya si Isha, sama mau beli rainbow cake juga."
Kak Zefa mengernyit, "Isha siapa?"
"Temenku. Mau ya? ntar aku traktir mi setan deh!"
Matanya berbinar mendengar tawaranku. "Oke! siap tuan putri!" jawabnya tersenyum sambil hormat kepadaku. Aku yang melihatnya tak bisa menahan senyum lebarku.
Ya gini enaknya punya kakak kaya dia. Dikasih tawaran dikit aja, apa-apa langsung diturutin. Mungkin kalo disuruh jadi banci dia mau kali ya?
" belinya sekalian berangkat latian aja ya."
" iya-iya.. Apa sih yang enggak demi mi setankuu.." katanya sambil mengeluarkan ekspresi kaya orang kesengsem.
"idih, jibang." Aku bergidik sambil menatapnya aneh.
Kakakku melotot lagi. " yaudah ga jadi nganterin." jawabnya berlagak ngambek.
"iya elaah, gitu aja ngambek."
"Dasar dugong!" jawabnya dengan suara pelan, tapi masih terdengar olehku.
"ngomong apa tadi?!" sahutku dengan memelototinya sampe rasanya mataku mau keluar aja.
"eh, enggak kok." dia gelagapan sendiri.
Kemudian kami melanjutkan sarapan kami dengan masih saling mengejek satu sama lain. Setelah selesai sarapan, kami langsung berangkat ke sekolah bersama. Aku dan kakakku bersekolah di sekolah yang sama, SMA Dharma.
Kami tidak perlu berpamitan kepada Mama, karena beliau sudah berangkat kerja dari pagi buta.
Kami berangkat naik motor kakakku. Motor yang selalu aku sukai, karena body-nya yang besar dan kecepatannya yang tinggi. Apalagi jok penumpang yang lebih tinggi dari pengendara. Aku selalu merasa terbang saat naik motor itu.
Memang agak aneh untuk ukuran remaja perempuan yang umumnya menyukai hal-hal yang modis dan glamor, aku malah menyukai hal-hal yang menantang, yang biasanya disukai kaum laki-laki.
Jarak dari rumah ke sekolah tidak terlalu jauh. Dapat dicapai dalam 15 menit dengan kecepatan sepeda motor normal. Tapi bisa kurang dari 10 menit jika membonceng kak Zefa. Dia memang jagonya nyelip-nyelip di jalan. Tapi kalau kalian orangnya panikan, jangan sekali-kali membonceng kak Zefa. Bisa-bisa mati ditempat.
Seperti yang kukatakan tadi, aku dan kak Zefa sampai di sekolah kurang dari 10 menit. Jam menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit.
Kami segera menuju kelas masing-masing. Aku di lantai tiga gedung induk dan kak Zefa di lantai dua gedung induk.
Suasana kelas cukup ramai. Hampir semua sudah siap mengenakan atribut untuk upacara nanti.
Aku segera meletakkan tas di tempat dudukku yang bersebelahan dengan Daiva. Sedangkan bangku Daiva masih kosong. Sepertinya dia terlambat lagi. Dia memang biasanya datang mepet waktu upacara akan dimulai. Jadi aku memutuskan bersiap-siap untuk upacara.
OoO
Pukul 7 tepat upacara dimulai. Barisan kelasku berada di sebelah utara. Sedangkan aku berada di barisan tengah, bersebelahan dengan Daiva dan Bianca.
Bianca adalah siswi kelas sebelah yang memang disengaja agar berbaris di sebelahku, agar kami bisa bercerita (ups, jangan ditiru ya).
Hari ini matahari tidak terlalu terik. Langit sedikit berawan. Semua orang agaknya bersyukur karena tidak perlu berpanas-panas ria.
"Ca, cake buat ultahnya Isha mau yang kaya gimana?" Tanyaku ditengah-tengah upacara.
"Yang sedengan aja sih, lagian yang makan ga banyak. gausah yang muluk-muluk juga, yang penting banyak coklatnya." jawabnya sambil nyengir.
"yee, bilang aja lo pengen coklatnya." sorakku tidak terlalu keras.
"Aduh, si eneng tau aja." kami pun tertawa.
Daiva yang mendengar percakapanku dengan Bianca ikut-ikutan nimbrung.
"Siapa yang ultah?"
"Aku menoleh mendengar pertanyaannya, " Isha, Va."
"ooo.. mau ngerayain kapan? nanti?"
Aku dan Bianca mengangguk.
"Gue boleh ikut ga?" Aku mendengar nada bicaranya berubah antusias.
Biasanya hanya aku, Isha, Lia, dan Bianca yang merayakan ulang tahun seperti ini. Semacam ini adalah acara khusus untuk kami berempat. Aku yang tak bisa menjawab menoleh ke Bianca, membiarkan Ia yang menjawabnya.
"Boleh, nanti abis maghrib langsung ke rumah Isha aja." jawab Bianca.
"oke!" jawab Daiva riang sambil mengacungkan jempol.
'wah, tambah temen nih.' batinku senang.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
hello!
karena malem minggu gaada kerjaan, jadi ngelanjutin ini aja. *dasar jomblo*
selamat bermalam minggu yaa.. selamat berlibur panjaangg.. baca terus ceritaku yaa.. ehe.
don't forget to vote.^-^
zulaikah
KAMU SEDANG MEMBACA
(Im)perfect
Teen FictionAileen Nathania Winata, seorang mantan penderita enosimania karena traumatik yang membuatnya selalu merasa bersalah atas apa yang terjadi pada ayahnya. Ezra Kevin Oktaviano, orang yang sangat menyayangi Aileen dengan sepenuh hatinya. Ia tak akan me...