14 - jujur

1K 82 0
                                    

Adela's P.O.V

Sisa 8 hari lagi , dipikir pikir gue bodoh bisa suka atau sayang sama Ari , dia aja ngga perduli sama gue , kenapa gue harus perduli sama dia juga ?

Gue yang baru aja bangun dan udah mikir kaya gitu langsung kesel sendiri , nggak lama handphone gue bunyi , gue menatap layar handphone gue , Iqbaale .

senyum gue melebar .

"Halo?"

"Halo , Adel ? Ntar malem jalan yuk"

"Ayuk banget!"

"Ari ngga bakalan marah kan?"

"sa ae yu , mana mungkin , u dah gila ye"

"sa ae yu , makin gemes dech"

"idie , geli , jam berapa?"

"jam 7 deh , gue jemput , rumah lo ga jalan kan?"

"ngga lah , dasar lelaki berimajinasi tinggi"

"yasudah , eh anyway Ari dari tadi natap gue sinis sinis ga jelas loh"

"dih ngapain , ntar aja ya kita ceritanya , gue mau mandi dulu"

"okay , bye"

gue menutup sambungan telepon dan mengambil handuk gue lalu masuk ke kamar mandi dan mandi like what i would do normally .

💜

Handphone gue bunyi lagi , gue yang masih keringin rambut gue mengerutkan kening gue , tanpa babibu gue udah tau ini siapa , pasti Iqbaale .

Kan kita ada janji buat ntar malem .

"Apa , Bal ? Jam 7 kan ntar malem , udah lah gue masih si-"

"Ini Ari"

Suara dingin itu lagi . males gua

"eh , Ari , kenapa?"tanya gue sok biasa biasa aja padahal inget semalem rasanya sakit banget

"siapa yang izinin lo pergi sama Iqbaal?"

"memangnya gue harus izin ke siapa?"tanya gue bingung

"ke gue lah , gue tuh calon suami lo , lo lupa?"

Gue mengerutkan kening gue

"lah , memangnya kenapa?"tanya gue

"gue mau ketemu , sekarang , gue jemput"

Baru aja gue mau ngomong nggak bisa , dia udah main matiin telepon ae , ga sopan banget , minta dicium .

Gue mengeringkan rambut gue dan menggunakan sedikit makeup karna gue males makeup hari ini sebenernya .

💜

Gue sama Ari sekarang di cafe yang bisa dibilang mewah dan dikit yang kesini mungkin karna mereka nggak mampu untuk masuk ke sini aja ada pajaknya .

"Kenapa lo kemarin pergi ngga ada bilang bilang gue?"suara Ari , nadanya terdegar tajam dan mengintrogasi .

"ya kenapa gue harus izin?"tanya gue males sebenernya pengen banget gue nabok mukanya dari tadi malem

"karna gue calon suami lo"kata Ari dan gue terkekeh meremehkan

"peduli gue apa?"tanya gue

"gue cari lo semalaman , gue habisin waktu gue cuma buat cari lo"kata Ari dan gue memutarkan bola mata gue

"yang nyuruh lo nyari gue juga siapa?"tanya gue yang membuat tatapan Ari makin dingin

Ngga ada jawaban dari Ari

"gue nggak suka sama sikap lo yang seenak enaknya aja"kata Ari dan gue terkekeh meremehkan lagi .

"lo pikir gue suka sama sikap lo juga?"tanya gue dan mata Ari melebar , kaget akan balasan gue .

"lo nganggap gue calon istri lo?"tanya gue dan Ari mengangguk

"calon suami mana yang minta calon istrinya temenin dia untuk ngebeli kado yang katanya untuk sepupunya tapi malah buat cewek lain yang notabenenya mantan kesayangan calon suaminya?"tanya gue , wajah gue terasa panas , darah gue rasanya naik semua sampe ke ubun ubun

Ari diam , menatap gue serius tapi dengan tampang ngga percayanya

"apa lo pikir gue nggak malu sama beribu ribu wajah yang ngeliat gue pas lo cium pipi cewe kesayangan lo itu?"tanya gue dengan mata gue yang terasa panas

"gue bisa aja kabur dari Indonesia biar nggak dijodohin sama lo , gue nggak suka sama sikap lo yang semena mena , lo bisa ngatain gue apa aja , memang keluarga gue nggak seloyal keluarga lo yang bisa ngebujuk siapapun biar apapun yang mereka mau terjadi"kata gue dengan airmata yang udah berada diujung

"gue udah terlanjur sayang sama lo , Ri , dan bodohnya gue udah janji sama diri gue sendiri biar gue ngga sayang sama lo sama sekali , lo nggak tau seberapa sakitnya gue diposisi kemarin , gue nggak tau gue harus gimana"tatapan Ari tampak hangat . nyaman .

"gue susah jatuh cinta dan sekarang saatnya ketika gue udah kembali jatuh cinta , lo datang buat bikin gue hancur , apalagi yang lo mau dari gue ?"tanya gue seraya tersenyum pahit dengan airmata gue yang udah turun dari tadi .

"lo masih mau bikin gue menderita ? tenang , kalaupun perjanjiannya lebih lama dari apa yang gue inginkan , gue bisa aja kabur"kata gue seraya menghapus airmata gue dan berdiri dari tempat duduk gue

"goodbye"kata gue dan kemudian benar benar meninggalkan Ari

Faker // Ari IrhamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang