After a long time

3 0 0
                                    

Langkah kakinya ringan menuju ujung peron. Hari ini tak seramai biasanya. Banyak spasi kosong di tiap-tiap deret kursi, tetapi ia memilih berdiri. Sedang ingin melihat pemandangan dari dua sisi. Sayang jika tak menikmati hidangan mata di kota ini.

Jongin bersandar pada dinding peron. Ia memasang headset di telinganya. Memutar lagu baru yang ia unduh kemarin. Alunan gitar menari, riak kakinya mengikuti ritme lagunya.

Kereta berhenti sebentar di stasiun berikutnya. Wajah-wajah asing memasuki peron. Sedikit sesak hingga semua kursi terisi, beberapa memilih berdiri.

"Bagaimana?" Samar-samar Jongin mendengar suara di sebelahnya.

Wanita yang ditanyakan mengedikkan bahu. Raut wajahnya lesu. "Ia bilang ingin bertemu, tetapi tak ada kabar darinya hari ini."

"Sudah kubilang telpon saja, Yoo. Sikapnya akhir-akhir ini mencurigakan," ucap temannya.
Yoo menggeleng. "Sehun tak sejahat itu melakukan sesuatu di belakangku."

Jongin melepaskan satu headset di telinga kirinya. Suara tadi seperti tidak asing. Nama yang disebutkan wanita itu juga dikenalnya.

Jongin menoleh, matanya menangkap wajah Yoo tepat di sebelahnya. Benar saja, teman satu sekolah menengahnya. Yoo menoleh, menatap Jongin sebentar, kemudian menyadari sesuatu.

"Jongin!" Wajahnya sumringah, bertemu kawan lama. Tangannya mendarat di bahu Jongin. Sedikit memberi sensasi aneh pada tubuhnya.

"Hai, Yoo," sedikit canggung. Pertemanan mereka tidak sedekat itu untuk saling menyapa.

"Apa kabar? Bukankah kau satu kampus dengan Sehun?"

"Aku baik. Ya, kami satu jurusan," Jongin menjawab seperlu saja. Canggungnya masih mencekam.

Tadi pagi Jongin tak sengaja melihat layar ponsel Sehun tergeletak di mejanya. Obrolan romantis bersama wanita, mengajak bertemu. Tetapi bukan nama Yoo yang tertera disitu.

"Sehun masuk tidak hari ini?" Jongin menggangguk. Memalingkan wajahnya. Ada harapan kecil tak ingin melanjutkan percakapan.

Yoo kembali berbincang dengan temannya. Jongin memasang headsetnya kembali, menatap jendela peron.

Stasiun berikutnya. Tempat pemberhentian Jongin. "Aku turun disini. Sampai bertemu lagi," Yoo berpamitan. Jongin hendak membuka mulut ketika Yoo sudah berjalan di depannya. Mereka berhenti di stasiun yang sama.

Jongin keluar. Temannya dan Yoo berbeda arah. Mereka berpisah di depan Jongin sebelum ia menyadari seseorang di belakangnya.

"Jadi kau turun di sini juga?" Yoo sedikit terkejut. Jongin mengangguk. Yoo menyamakan langkahnya dengan Jongin. Mereka berjalan bersama keluar stasiun.

"Rumahmu di mana?" Yoo bertanya, penasaran.

"Di dekat sini," Jongin menunjuk arah kiri. "Bagaimana denganmu?"

"Masih jauh. Aku ingin ke suatu tempat."

Mereka keluar dari stasiun. Jongin ingin berpamitan ketika mendapati sosok yang dikenalnya berjalan di seberang jalan. Sehun. Bersama wanita di sebelahnya.

Jongin menghadapkan dirinya di depan Yoo. Yoo bertanya apa yang dilakukan Jongin. "Kau mau kemana?"

"Ke seberang jalan," wajahnya ingin menoleh namun dihalangi Jongin. Jongin menggarukan kepalanya. "Ikut aku sebentar, ya?" Jongin merangkul bahu Yoo menuju arah sebaliknya. Yoo terkejut. Jaraknya terlalu dekat, bahkan citrus Jongin terendus indranya.

Jongin memastikan Sehun tak terlihat pandangan mereka. Memastikan Yoo tetap memandang ke depan. Sehun berbelok. Hilang. Mereka berhenti.

"Kenapa?" Yoo bertanya, Jongin kikuk. Menatap jalanan mencari alasan.

"Haha. Tadinya aku ingin mengajakmu ke toko itu tapi ternyata tutup," Jongin menunjuk ke arah toko yang tutup, sengaja. Yoo tak bergeming. Tak ikut tertawa juga.

"Kalau begitu, aku pergi dulu," ucap Jongin. Yoo manggut-manggut mengiyakan.

Menatapnya, nuraga Jongin datang begitu saja. Kontroversi akal dan hatinya sedang beradu di benaknya. Haruskah ia memberitahu tentang Sehun? Wanita ini akan tersedu jika tahu kebenarannya.

Jongin menepuk bahu Yoo, sedikit menekannya. "Kalau kau merasa sakit, ceritakan padaku, ya. Mungkin aku bisa mengobati sakitmu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BluesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang