Sorry kalo makin kesini tulisannya makin gaje, soalnya gua bukan penulis. Tapi setidaknya gua udah berusaha buat nulis, walaupun amburadul 😂 jadi jangan sungkan buat ngasih kritik dan saran..
Dan Jangan lupa vomments-nya :D
Hope you enjoy it..
____________________________________Seorang teman ada dibalik wajah - wajah yang asing~
---
Aku berlari menuju ke sekolah setelah sebelumnya meninggalkan sepeda di tempat tambal ban, tidak akan sempat jika aku masih harus menunggu ban sepedaku ditambal!
Dengan berjalan kaki setidaknya aku membutuhkan waktu dua kali lebih lama dari pada waktu bersepeda.Aku terus berlari hingga tak terasa sudah berada di dalam sekolah.
"Syukurlah gerbangnya belom dikunci" batin ku.
Aku membungkuk dengan tangan tertopang di lutut, berusaha mengatur nafas yang tersengal - sengal.
"Capenya minta ampun.. Kalian tau kan rasanya berlari marathon 5000 meter? Nah kayak gitulah yang aku rasain sekarang" (padahal jarak dari tambal ban ke sekolah nggak sampe 1 km loh)"Telat juga?" tanya seorang cowok yang seumuran denganku.
" he..eh" ucapku dengan tersengal - sengal. Parah ni orang, udah tau aku lagi susah nafas malah di ajakin ngomong. Lagian udah tau aku disini dengan nafas yg memburu, masih aja ditanya telat apa kagak? Helo bang! Kalo kagak telat mah aku udah di dalem kali..
"Udah yuk, buruan! Yang laen udah pada kumpul noh" ia berjalan mendahuluiku. Sebenarnya aku masih merasa cukup penat, tapi perkataan dia ada benarnya juga.
Akhirnya akupun berjalan mengikutinya karena tak mau kena hukuman lebih berat.Kami berdua berhenti dikoridor hanya untuk mengintip kearah lapangan.
Disana udah berjejer rapi para calon siswa, sedangkan kami? Hanya berdiri disini mengintip keadaan, bagaikan seorang penguntit amatir.
"Oh.. bukan seorang, tapi dua" batinku sambil menoleh kearah punggung cowok Yang ada di depanku."Semua yang terlambat diharap untuk membuat barisan sendiri!" Perintah Sebuah suara yang menggema memenuhi seluruh penjuru lapangan.
Aku menolehkan kepalaku ke arah kaka senior yang bersuara tadi dan juga ke arah para calon siswa baru yang terlambat.
Yang terlambat cukup banyak, setidaknya kami nanti akan dihukum beramai - ramai."Kesempatan yang bagus!" cowok tadi tiba - tiba bersuara. "Buruan jalan, Mumpung dia lagi nggak liat!" Perintahnya padaku
"Tapi.."
"Udahlah, ikut aja" potongnya sebelum aku menyelesaikan kalimatku
Ia pun mulai berjalan mengendap - endap ke barisan yang paling dekat. Sebenarnya aku tidak ingin mengikutinya, karena jika ketahuan kami akan dihukum lebih berat. Tapi aku tidak ingin sendirian disini. Maka dari itu akupun mengikutinya dengan enggan.
"Heii kalian berdua" teriak seorang senior menunjuk kami.
"Upss.. Ketahuan" batinku
"Cepat gabung ke barisan gagal perang" lanjut si senior cewek tadi.
"Gagal perang?" cowok tadi bergumam, walaupun pelan tapi aku masih bisa mendengarnya dengan jelas.
"Julukan untuk Barisan yang telat" tiba - tiba cowok di barisan depannya nyeletuk.
"Loh, tapi kan kita nggak telat?" Ucapnya berusaha mengelak.
Dasar, udah ketahuan masih aja ngeles."Oh benarkah? Lantas siapa yang tadi berjalan mengendap - endap?" Tanyanya sinis.
Ia menolehkan kepalanya menatapku, sedangkan aku balik menatapnya dengan tatapan datar.
"Ucapan yang hebat" batinku---
Tidak banyak yang di sampaikan oleh ketua osis. Ia hanya menyampaikan kata sambutan, visi misi sekolah kami, membacakan peraturan sekolah yang kurasa sama dengan sekolah lainnya, mengucapkan selamat datang, serta membagi kami ke dalam beberapa kelompok sebagai tahap pertama untuk mengikuti mos.
Dan untuk kami (yang terlambat) segera berkumpul di tengah lapangan begitu acara pembukaan selesai. sepertinya kami tidak akan dilepaskan begitu saja.
(kami sepertinya akan dimasukkan dalam kandang)"Untuk kalian yang telat, akan saya berikan hukuman supaya bisa bersikap lebih disiplin dalam menaati peraturan" ucap ketua osis tadi "sebagai hukumannya siswa cowok akan push up dan siswi cewek squat jump. Masing - masing 50 kali" finalnya.
"Yahh" kudengar sebagian siswa mengeluh.
"Dan tambahan buat kalian berdua" ketua osis tadi menatapku dan cowok tadi bergantian. "Karena sudah bersikap kurang baik, kalian berdua keliling lapangan 5 putaran" lanjutnya.
"Maaf ya?" cowok tadi berbicara sambil menoleh kearah ku.
"Buat apa?"
"Karena bikin kamu kena hukum" ucapnya agak nggak enakan.
"Nahh, tuh sadar" ucapku sambil menunjuknya.
"Yah, jadi nggak enak nih"
"Haha, becanda. Aku telat bukan karena kamu kok" ucapku ketika melihatnya merasa bersalah.
Aku memang termasuk orang yang sulit bergaul, tapi bukan berarti aku nggak boleh bicara sama bercanda kan? Aku disini juga butuh teman.
"Yahh, tapi tetep aja kamu kena hukuman tambahan karena ngikutin aku tadi"
"Ya nggak papa lagi, lumayan buat menambah memori masa sma" ucapku tersenyum tulus agar ia tak semakin merasa bersalah.
---
Masa mos sudah berlalu dan aku sekarang resmi menjadi murid sma dan ternyata aku ditempatkan di kelas X IPA 1.
Kelas ini berisi sekitar 30-an siswa dan dari siswa sebanyak itu, aku hanya mengenal beberapa orang. Itu pun yang sekelas denganku waktu mos.
Aku membuka teenlit untuk membunuh rasa bosanku.
Oh iya, aku lupa bilang bahwa Aku sangat suka membaca.
Banyak yang bilang hanya orang pintar yang suka membaca.
Well, karena aku ingin dianggap pintar, makanya aku suka membaca."Haii" aku mengalihkan pandangan dari buku ketika mendengar ada yang menyapaku.
"Ohh, hai" ternyata cowok waktu mos kemaren.
"Emm, apa bangku ini kosong?" Ucapnya sambil menunjuk bangku di sebelahku.
Aku pun mengangguk.
"Boleh aku duduk disini?" tanyanya kembali"
Dan aku lagi - lagi mengangguk.
"Apa kau murid pindahan?" tanyanya padaku, ketika sudah duduk di bangku sebelahku.
"Nggak"
"Ohh" ia cuma manggut - manggut. (Udah? Gitu aja?)
"Ohh iya, kita belum berkenalan" ucapnya beberapa menit kemudian.
"Aku muhammad Alkhadafi, biasa dipanggil Afi" ucapnya sembari menyodorkan tangan. "Kamu?""Aku?"
Ia mengangguk.
"Jadi duta shampo lain?" lanjutku dalam hati.
"Aku, Oktaria Zahira" ucapku sambil menyalami tangannya.
"Suka dipanggil ira"
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
RomanceEntah mengapa ia berubah, tapi aku rindu dia yang pertama kali aku kenal, dan sekarang aku merasa kehilangan. Tapi jika ia memang lebih bahagia jika begini, maka akupun akan turut bahagia untuk dirinya. Tapi terus terang, bolehkah aku bersikap sedik...