Dering alarm membuat ku terbangun dari tidur. Ahh sial, padahal aku sedang bermimpi indah. Dan masih belum ingin kembali ke dunia nyata.
Andaikan mimpi punya episode dan di lanjutkan kembali pada jam tertentu??
Ohh, tetapi bukankah kita akan bosan jika kisah - kisah yang ditampilkan mempunyai episode yg begitu banyak? Mimpi indah sih nggak apa. Tetapi, bagaimana jika mimpi buruk yang berlanjut? Bukankah kita akan merasa takut, bahkan hanya untuk memejamkan mata?Ahh, aku nggak peduli! Aku cuma ingin melanjutkan mimpiku, mimpi indahku.
Aku kembali memeluk bantal gulingku dan berharap sebuah keajaiban terjadi, sehingga aku bisa melanjutkan mimpiku yang belum tamat tadi!!
But wait!!
Aku kembali membuka mataku dan perlahan menoleh ke arah jam beker di atas meja di samping ranjangku.
Huufft, masih jam 7 kurang 15 menit, aku pun kembali memejamkan mataku.Tik.. tik..
bunyi detak jam terjamah oleh pendengaranku.
Astaga? Aku membelalakan mataku dan mungkin separoh bola mataku hampir melompat keluar? (Okee, ini berlebihan tapi sungguh, aku sangat kaget.)
Bukankah hari ini hari pertamaku menjalani masa mos!!
Mati aku, di hari pertama mos dan aku terlambat? Ohh tuhan apa yang harus aku lakukan?Aku duduk di pinggiran kasurku dan menyelonjorkan kaki ku ke lantai.
Pikiranku kembali melayang ke kejadian semalam. Dimana aku menonton sebuah film yang pemeran antagonisnya membunuh teman pemeran protagonis dengan cara yang cukup sadis.
Ntah siapa sutradara yang membuat filmnya, mungkin hatinya sudah mati!. Tapi filmnya keren loh, sutradaranya sangat lihai dalam membuat cerita!Ehh, ucapku kembali tersadar. Aku kan harus ke sekolah?
Lantas Aku berdiri dari ranjang kesayanganku dan berlari secepat kilat ke kamar mandi!
Sesaat Aku berhenti mendadak di depan pintu kamar mandi.
Aku seperti melupakan sesuatu, tapi apa itu....??Ah yaa aku ingat! dimanakah dirimu handuk??
***
Ohh syukurlah, gerbangnya masih buka. Trimakasih tuhan.
Dengan tergesa - gesa aku berlari melewati gerbang sekolah.
Hoss hoss...
Secara tak sengaja mataku menangkap seorang wanita yang berusaha mengatur nafasnya sambil merunduk
.
"Telat juga?" tanyaku sambil berjalan mendekati dirinya."He..eh, hos hoss" ucapnya dengan nafas memburu.
Buset dah ni cewe, larinya sekenceng apa yakk, sampe bisa ngos - ngosan gitu."Udah yuk, buruan! Yang laen udah kumpul noh" ucapku sambil lalu. Dan ia berjalan mengekoriku.
Oh sial, benar - benar sial. Semua orang sudah berjejer rapi di lapangan, bersiap untuk melaksanakan apel pagi dan kami masih setia berdiri di koridor sekolah, mengintai ke arah lapangan.
"Semua yang terlambat diharap untuk membuat barisan sendiri!" Perintah Sebuah suara yang menggema memenuhi seluruh penjuru lapangan.
Aku menolehkan kepalaku dan melihat kaka senior yang bersuara tadi sedang mengatur para calon siswa baru yang terlambat.
"Kesempatan yang bagus!" Ucapku kepada cewek yang mengekoriku tadi. "Buruan jalan, Mumpung dia lagi nggak liat!" Perintahku.
"Tapi.."
"Udahlah, ikut aja" aku memaksanya.
Aku pun mulai berjalan mengendap - endap ke barisan yang paling dekat dan dengan enggan cewek tadi terus mengikutiku.
"Terima kasih tuhan, akhirnya aku berhasil" batinku dalam hati ketika berhasil menempati barisan tanpa ketahuan.
"Heii kalian berdua" teriak seorang senior menunjuk kami.
"Cepat gabung ke barisan gagal perang" lanjut si senior cewek tadi."Gagal perang?" Gumamku bersuara.
"Julukan untuk Barisan yang telat" tiba - tiba cowok di barisan depanku nyeletuk.
(Ohh, yang benar saja, julukan macam apa itu?) "Loh, tapi kan kita nggak telat?" Ucapku yang tentu saja bohong.
"Oh benarkah? Lantas siapa yang tadi berjalan mengendap - endap?" Tanyanya sinis.
Dengan cepat aku menolehkan kepalaku ke arah cewek yang kutemui di gerbang tadi, dan hanya tatapan datar yang aku dapatkan.
"Ohh Great, kami pasti mendapatkan hukuman tambahan" batinku.
Jangan lupa vote + commentsnya :D
Kritik dan saran kalian sangat membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Roman d'amourEntah mengapa ia berubah, tapi aku rindu dia yang pertama kali aku kenal, dan sekarang aku merasa kehilangan. Tapi jika ia memang lebih bahagia jika begini, maka akupun akan turut bahagia untuk dirinya. Tapi terus terang, bolehkah aku bersikap sedik...