"Sanada... Bangun sayang, apa kau tak mau pergi sekolah" ucap hinata, kakinya bergerak kearah tirai dan menyingkapnya sehingga cahaya matahari pagi menerobos masuk dan menyinari sanada yang sedang tidur sehingga mengganggu kegiatan tidur anak itu."Ngggghhh.... Kaa-chan 5 menit lagi" tawarnya, ia membalikkan badan membelakangi jendela dan menutup mukanya dengan bantal dan menenggelamkan diri dalam balutan pulau kapuk.
Hinata menarik selimut yang menyelimuti sanada dan melipatnya, ia juga menarik bantal yang sanada peluk dan menatanya dengan rapi.
Hikaru bangun dan duduk, tangan kecilnya bergerak mengucek kedua matanya yang terasa lengket dan ketika pandangannya sudah jelas, ia melihat sang ibu yang tengah berkacak pinggang.
"Sana mandi! Atau mau kaa-chan mandikan" godanya, jika begini pasti sanada akan menurutinya, buktinya sanada segera bangun dan mengambil handuk dilemari dan memasuki kamar mandi.
Hinata hanya terkekeh melihatnya, ia pun beranjak kedapur melanjutkan kegiatan membuat sarapan untuk dirinya dengan sang anak.
Sreeekkk...
Suara gesekan kursi dengan lantai mengalihkan perhatiannya dan menemukan sang anak tengah duduk dan sudah rapi menggunakan seragam sekolah.
"Apa sarapannya kaa-chan?"
"Menurutmu?"
"Mmmm..." gumam sanada berpikir, "Roti?"
Hinata membalikkan badan dan berjalan menuju sanada sambil membawa nampan yang diatasnya terdapat menu sarapan.
"Kare" jawab hinata, mendengarnya sanada bersorak gembira karena kare merupakan menu masakan kesukaannya.
"Itadakimasu!!!" seru mereka bersamaan dan terus menikmati sarapannya dengan diam.
"Belajar yang baik ya? Jangan nakal, dan dan dengar perkataan sensei ya?" ucap hinata, kini ia berada didepan gerbang sekolah baru hikaru (sanada) mengantarkan anaknya. "Dan ingat! Namamu hikaru tanpa marga apapun. Mengerti?"
Hikaru mengangguk tanda mengerti, ia pun masuk kedalam setelah sebelumnya mencium pipi ibunya dan melambaikan tangannya.
Hinata melangkahkan kakinya pergi, ia sudah mendapat pekerjaan sekarang yaitu sebagai pelayan di cafe tempat teman semasa SMA nya bekerja, ia ditawarkan pekerjaan ketika mereka mereka bertemu pada minimarket dan katanya bos nya lagi butuh-butuhnya pelayan karena sekarang kafe itu ramai pelanggan.
Ino juga sudah menikah dengan seorang pria berambut hitam dan berkulit pucat yang bernama sai, awalnya mereka dijodohkan tapi lama kelamaan perasaan cinta mulai tumbuh, dan hal itu membuat hinata tersenyum miris.
.
.
.
.
__________•.•__________
.
.
.
.
.
Sasuke mengacak surai ravennya, penampilannya begitu acak-acakan. Baju yang kusut, kantung mata yang tebal, mata yang memerah, serta kulit yang pucat, benar-benar tak terurus!
Sejak hinata pergi dua bulan yang lalu begini lah kondisi sasuke.
"Tck! Argggghhh..." erangnya frustasi lalu kembali mengacak surainya. "Hinata... Kenapa kau pergi?" lirihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN
Randomsasuke yang masih mencintai sakura walaupun ia tahu ia sudah menikah, hinata yang menyadari bahwa ia begitu bodoh masih mempertahankan hubungan ini meskipun ia tahu sarada menginginkan perceraian antara dirinya dengan sasuke.