~END~

10.3K 467 25
                                    


Sinar matahari pagi masuk disela-sela jendela, menyinari wajah pria tampan yang tampak nyenyak dengan tidurnya, terbukti dengan senyum yang muncul diwajahnya yang masih terlelap itu.

Ia mengubah posisi tidurnya menghindari sinar matahari yang masuk disela-sela jendela, tapi tetap saja tak ada celah. Merasa tidur nyenyaknya diganggu dan tak bisa tidur lagi karena sinar matahari itu, sasuke terbangun dan mendudukan diri.

Tangannya bergerak mengucek mata beriris onyx itu, ia mengerjapkan matanya berkali-kali mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya pagi juga suasana yang jauh lebih terang itu.

Kepalanya menoleh kesana kemari memastikan bahwa kebahagiaan yang ia alami tadi bukan mimpi belaka melainkan sebuah realita, tapi fakta bahwa ia tertidur lelap dikamar tidurnya yang berada dikonoha ini juga dirinya tertidur sendiri membuat ia berspekulasi bahwa semua kebahagiaan itu hanya mimpi.

Sisi tempat tidurnya terasa dingin, bertanda bahwa tak ada yang menempati sisi ranjang itu sehingga menciptakan kehangatan, padahal ia berharap ketika ia bangun nanti ia dapat melihat wajah cantik istrinya itu dan menyapa makhluk kecil dalam rahim istrinya, terdengar menyenangkan dan tampak membahagiakan bukan?

Padahal ia berharap dapat menikmati hari bahagia dengan keluarga kecilnya, hinata, sarada, hikaru, juga uchiha junior yang beberapa bulan lagi akan datang kedunia. Tapi apakah sosok uchiha junior itu benar ada? Apakah kesediaan hikaru menerimanya itu fakta? Apakah sarada yang menerima hinata dan menganggapnya ibu itu juga mimpi? Apakah ciuman dari hinata itu juga mimpi? Juga dengan perkataan cintanya?

Tapi kenapa? Padahal ia baru saja mendapatkan kebahagiaan, mendapatkan keluarganya kembali... Ini semua bohongkan? Ini bukan mimpi kan?!

Seharusnya sekarang ia berada di sunagakure bersama hinata dan hikaru, dan membawa mereka kembali kesini bersama calon anak mereka. Tapi, apa kini yang ia dapatkan? Malah sebuah fakta bahwa itu hanya sebuah mimpi yang terlalu indah untuk menjadi sebuah mimpi sekaligus terlalu menyakitkan hanya untuk tidak menjadi kenyataan.

Ia meremas surai ravennya kasar, ia mengacak-acak tempat tidurnya dan melemparkan semua yang disekitarnya untuk melampiaskan emosi.

"Kenapa? Kenapa?!" ujarnya dengan suara tertahan yang frustasi, ia meremas dadanya ketika rasa sesak itu menghampiri.

Padahal ia sudah berhasil mendapatkan hati hikaru untuk membawanya dan hinata, padahal sarada sudah menyayangi dan menerima hinata dan akan menyambut hinata dengan bahagia ketika ia datang nanti.

Apakah ia harus memulai semuanya dari awal lagi? Apakah ia harus mencari hinata lagi? Dan... Apakah ini karma?

"Kuso! Kuso! Kuso!" tak henti-henti nya sasuke mengumpat kesal juga menyesal.

Tangannya meremas kembali dada berlapis baju polos putih, mencoba dengan hal tersebut rasa sesak itu bisa menghilang, namun sayangnya semakin ia memikirkan hinata dengan semua fakta bahwa semua kebahagiaan yang terasa nyata itu hanya mimpi belaka membuatnya kian merasa sesak lagi.

Apakah ini akhirnya? Apakah ia memang ditakdirkan untuk tak bersama hinata? Dan berakhir dengan kesendirian tanpa seorang istri bersama anaknya? Ataukah ini semua isyarat bahwa ia harus mundur untuk mendapatkan hinata kembali?

Sasuke bangkit dari ranjangnya dengan lesu dan mendinginkan tubuhnya dikamar mandi, berharap semua rasa kecewa, menyesal, serta frustasi luntur karena air.

Matanya menatap sesosok pria yang tampak kacau, dapat dilihat dengan rambut basah yang acak-acakan ditambah muka lesu dan pucat, ah... Ia terlihat begitu hancur sekarang.

Tangannya mengepal dan segera meninju cermin itu dan mengabaikan darah segar yang mengalir dari tangannya gara-gara terkena serpihan kaca itu, ia keluar dari kamarnya menuju dapur tanpa mengenakan pakaian.

BROKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang