#Keesokan harinya"Kaa-san, kalo nggak kuat nganterin sanada kesekolah mah nggak usah! Sanada bisa kok sendirian perginya" tolak sanada secara halus.
"Kaa-san kuat kok" ujar hinata.
"Kaa-san jangan keras kepala! Liat muka Kaa-san pucat, gimana nanti kalo tiba-tiba kaa-san pingsan dijalan?" Omel sanada kepada ibunya yang bersikeras untuk mengantarkannya kesekolah padahal kondisi ibunya itu tidak memungkinkan.
"Ka-kaa-san ng-nggak pa- hoeekkk..." ucapan hinata terpotong oleh suaranya yang menahan muntahan yang sudah ingin cepat-cepat dikeluarkan, ia segera berlari kedapur dan memuntahkan semua sarapan paginya tadi.
Sanada segera mengikuti ibunya dari belakang dan menuntun ibunya kekamarnya selepas dari kemuntahkan semua isi perutnya itu. Sanada menarik selimut sampai sebatas dada hinata dan mencium kening ibunya.
"Kaa-san, cepat sembuh ya?"
Hinata mengangguk seraya tersenyum manis, bangga kepada anaknya yang perhatian kepadanya. "Hati-hati dijalan ya... kalo ada orang asing yang mendekatimu cepat lari, kalo ada orang yang nggak dikenal memberi kamu sesuatu jangan diterima! dan cepat lari ke keramaian"
"Iya kaa-san, sanada sayang kaa-san..."
"Kaa-san juga sayang sanada" ia mengelus pipi tembem putranya dan mencium pipi bakpau itu. "Sana gih, nanti terlambat"
Sanada mengangguk dan pergi menuju sekolahnya
.
______________________________________________________________
Sasuke memijat dahinya yang terasa pening dan berdenyut-denyut, seharian berkutat dengan dokumen-dokumen membuatnya pusing.
Ia merebahkan kepalanya pada kursi itu, dokumen-dokumen menumpuk tak terhitung dan sampai sekarang belum selesai, ini terjadi sejak hinata pergi, ia jadi berantakan dan sering melamun atau berteriak sendiri dan melupakan semua pekerjaannya itu.
Kriiieeett...
Suara pintu dibuka mengalihkan perhatiannya, disana bersandar kakaknya yang tengah bersidekap karena melihat ruangannya yang seperti kapal pecah, ia berjalan menuju sasuke.
"Kurasa kau harus beristirahat" ujarnya melihat mata sasuke yang memerah serta kantung mata yang tebal.
Sasuke diam tak merespon, "aku sibuk, apa kau tak lihat dokumen yang menumpuk itu?"
"Dokumen itu takkan selesai jika keadaanmu saja seperti ini, kau istirahatlah. Biar aku yang menanganinya"
Tanpa aba-aba lagi sasuke bangkit dan keluar mencari udara segar serta pemandangan yang indah untuk menyejukkan matanya yang selalu melihat tulisan saja.
Ia berjalan menuju taman yang terdapat banyak pohonnya yang menyejukkan, kakinya bergerak menuju bangku yang tersedia ditaman itu dan mendudukinya menikmati semilir angin yang sejuk serta kicauan burung yang bagai musik alam.
Satu bayangan melintas dipikirannya dan dengan cepat membuatnya terdiam memikirkannya, senyuman manis itu juga rona merah yang menghiasi pipi chubby nya yang menambah kesan cute serta poni tebal yang mempermanis penampilannya membuat sasuke mendesah akan rasa rindu yang membuncah dan tak dapat terobati itu.
Kenapa pula ia harus memikirkan dia disaat ini, ia harus segera melupakannya jika tidak ingin rasa rindu ini kian bergejolak dan mungkin saja hinata sudah menemukan orang yang mampu membahagiakannya, pemikirannya itu membuat ras ngilu dihatinya kini ia tak berhak lagi atas hinata, ia sudah bukan lagi istrinya. Tunggu! Hinata bukan lagi istrinya gitu?! Gimana bisa kaya gitu, surat cerainya aja hinata belum ngasih, sasuke tersenyum lebar. Itu berarti ia masih berhak atas hinata kan? bagaimana juga mereka belum cerai.
KAMU SEDANG MEMBACA
BROKEN
Randomsasuke yang masih mencintai sakura walaupun ia tahu ia sudah menikah, hinata yang menyadari bahwa ia begitu bodoh masih mempertahankan hubungan ini meskipun ia tahu sarada menginginkan perceraian antara dirinya dengan sasuke.