11 -

2.6K 230 19
                                    

Karin masih sibuk memainkan rubiq yang tadi diberikan oleh Sota ditangannya. Sudah hampir dua jam dan rubiq itu belum mendekati kata selesai sama sekali. Sota tersenyum melihat Karin masih diposisi saat dia tinggalkan.

"Sudah selesai?" Sota duduk disamping Karin sambil menopang dagunya.

"Ya. Hampir." Dengan serius Karin masih memainkan rubiq ditangannya. Sota tau betul rubiq itu tidak akan selesai dalam waktu dekat ditangan Karin. Akhirnya Sota mengambil rubiq yang tak karuan itu dari tangan Karin dan mulai menyusunnya.

"Kau sudah makan Karin oneesan?" Tanya Sota mengalihkan pembicaraan dari wajah cemberut Karin karena mainannya direbut.

"Sudah. Tadi Denisa datang dan menjejaliku dengan makanan masakannya yang enak itu. Bahkan dia membawakannya untukmu." Karin menunjuk meja disamping tempat tidurnya yang terdapat tempat makan yang tersusun rapih.

"Ahh aku mulai sayang pada Denisa oneesan." Dengan semangat Sota berdiri dan mendekati tempat makan yang tadi ditunjuk Karin dan meletakan rubiq yang tadi dimainkannya ke samping Karin.

"Hey! Butuh waktu bagiku menyelesaikan itu! Kenapa sama kamu ga sampe 5 menit?" Karin tampak tak terima dengan kenyataan menyebalkan itu.

"Hmm butuh waktu untuk bisa seperti itu oneesan." Jawab Sota sambil mengunyah. Karin menopang dagunya dengan bosan.

"Kapan aku boleh menjenguk Vion? Dia pasti merasa kesepian tanpaku." Karin menunduk sedih mendengar pernyataannya sendiri. Sota hanya diam dan mengunyah makanannya. "Sota, boleh aku mengunjungi Vion?aku bosan hanya dudukdi tempat tidur ini." Karin memasang muka memelasnya berharap diizinkan keluar dari kamar.

"Kau tau jelas apa kata dokter, oneesan. Kau harus tetap duduk istirahat jika ingin anakmu baik-baik saja." Mendengar itu Karin kembali menunduk sedih. Sebenarnya Sota merasa kasian juga pada Karin yang selalu merengek meminta satu hal yang itu itu saja tapi tidak pernah ada yang mengabulkannya. "Tapi jika pakai kursi roda sepertinya tidak apa-apa." Karin mengangkat kepalanya lengkap dengan senyuman yang menempel diwajahnya. "Tapi kau harus membiarkanku menyelesaikan makan siang ini." Karin mengangguk antusias. Sota mulai melanjutkan makanannya dengan tenang di temani senyuman Karin yang masih mengembang.

"Kau mau minum?" Karin menawarkan sambil mengambil botol minum yang memang tergeletak disamping tempat tidurnya.

"Trimakasih." Sota menerimanya masih dengan kunyahan dimulutnya. "Ternyata punya istri sangat menyenangkan." Karin mengangkat alisnya sebelah.

"Kenapa kau berkesimpulan seperti itu?" Tanya Karin penasaran.

"Semua seniorku berkata seperti itu. Awalnya aku hanya mendengarkan saja. Tapi berbeda sensasinya jika sudah dimanja dan merasakannya secara langsung." Jelas Sota.

"Memang kau sudah menikah dan merasakannya?" tanya Karin bingung. Setaunya Sota belum menikah.

"Barusan." Sota mengangkat botol minum yang tadi diberikan Karin. Seakan mengerti Karin hanya memutar matanya.

"Itu hanya menyuguhi minuman." Karin tampak tak perduli.

"Tapi kau istri. Dan aku sering melihat mamaku begitu pada papaku." Jawab Sota membela diri.

"Tapi aku istri Vion."

"Tapi Vion saudaraku."

"Loh hubungannya apa? Jadi aku ikutan dibagi gitu?" Karin tampak tak terima.

"Bukan begitu oneesan. Aduh kamu terlalu sensitif. Sudah lah lupakan saja. Lebih baik aku mencari kursi roda untukmu." Sota menaruh makanannya yang sudah hampir habis itu dan keluar meninggalkan Karin yang masih dengan perasaan tak terima. Tak lama Sota datang bersama kursi roda dan buah apel di tengah kursi roda yang didorongnya.

Posesif Bro! Season 2!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang