"Kalo Ibu Karin peekembangannya sebagus ini, bisa cepat keluar dari rumah sakit." Dokter yang memeriksa Karin tersenyum setelah memeriksa tekanan darahnya.
"Aduh enggak deh dok. Saya sekalian supaya bisa liat suami saya terus. Kalau dirumah pasti banyak yang nyuruh saya istirahat dan ga boleh keluar." Karin melirik kakaknya yang berdiri tak jauh di belakang dokter. Aldo yang mendengarnya hanya bisa melotot pada Karin.
"Waduh, tapi ini bukan hotel bu." Mendengar itu Karin hanya terkekeh.
"Hehe iya dok becanda." Karin mengangkat dua jarinya tanda damai. Setelah itu Dokter menyelesaikan pemeriksaannya dan langsung pamit undur diri mengecek kamar yang lain.
"Kakak ga pulang?" Tanya Karin sambil mencoba mencari posisi tiduran yang nyaman.
"Sebentar lagi." Aldo duduk di kursi yang tersedia di samping tempat tidur Karin. "Ngomong-ngomong dimana adiknya Vion itu?" Tanya Aldo yang memang dari satu jam yang lalu dia datang, dia tidak melihat keberadaan Sota. Padahal anak itu selalu yang paling pertama menjaga Karin di rumah sakit.
"Katanya sih ada yang diurus. Ga tau deh apa." Ucap Karin cuek sambil mengulurkan tangannya berusaha meraih apel yang ada di nakas.
"Kalian terlihat semakin akrab." Aldo membantu Karin mengambil apelnya. "Berapa lama dia di Indonesia? Masih kuliah atau sudah kerja sih? Apa dia tidak punya kehidupan di Jepang?" Karin mulai mengerutkan keningnya.
"Tuh kan, mulai jadi kakak yang posesif lagi." Karin menatap kakaknya tajam.
"Loh bukannya posesif sist, tapi kakak hanya nanya. Bayangin aja dia jauh-jauh datang dari Jepang untuk lihat kakaknya yang kecelakaan. Sekarang sudah 2 minggu lebih dan masih di Indo karena bantu jagain kamu." Mendengar itu Karin jadi mulai memikirkannya. Iya juga sih. "Kakak hanya ga mau kalau kamu nyusahin orang. Nyusain kakak aja." Ucapan Aldo yang ini sukses membuat Karin makin melipat wajahnya.
"Jadi aku nyusahin nih?" Karin mulai taj terima dengan kata-kata kakaknya.
"Yahh, tuh kan sensitif."
Pembicaraan mereka di hentikan dengan hadirnya Sota yang masuk ke dalam ruangan dengan kantung belanjaan di tangannya. Aldo yang melihat itu hanya mengerutkan dahinya.
"Bawa apa?" Aldo memperhatikan plastik yang di bawa Sota. Sepertinya rata-rata isi dari plastik itu adalah makanan.
"Pesanan Karin oneesan." Aldo memperhatikan Karin yang sudah senyum-senyum sendiri di tempat tidurnya.
"Dia pesan apa saja memang?" Aldo mengambil alih satu plastik dari tangan Sota dan mengecek isinya. "Baso? Kok pake tempat makan? Beli dimana?" Tanya Aldo bingung karena baso yang dibawa Sota terlihat sangat berbeda dan tampak lebih menggiurkan.
"Aku membuatnya sendiri. Soalnya Karin oneesan maunya ga beli di pinggir jalan. Mangkanya lama." Aldo tampak tak percaya dengan ucapan Sota. "Jangan pandang aku seakan aku tidak bisa memasak. Gini-gini aku jago." Sota pembanggakan dirinya. Aldo kembali melihat isi plastik yang di bawa Sota.
"Kuetiaw goreng?" Tanya Aldo dengan pandangan yang sama. Sota hanya mengangguk yakin seakan mengerti apa yang di maksud oleh Aldo. "Jangan bilang kau membuat sendiri semua yang kau bawa?" Sota lagi-lagi mengangguk. "Gila, niat." Aldo masih menggeleng tak percaya.
"Kak Al sirik aja ih! Sini makanan aku!!" Karin berusaha mengambil plastik yang ada di tanganku karena plastik yang tadi di pegang Sota sudah berada di tangannya. "Aduh akhirnya sudah datang." Karin nampak antusias dengan semua yang di bawa Sota.
"Baru kita bahas tadi sist." Aldo berdiri dari tempatnya. "Repotkan kakak saja." Aldo mengelus kepala adiknya sayang. Di tegur seperti itu Karin kembali menekukan bibirnya kebawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Posesif Bro! Season 2!
RomanceMenikah! Akhirnya! Setelah melewati masalah yang tak ada habis-habisnya dan berputar-putar, akhirnya Karin sanpai pada tahap menikah. Tapi apa ini happy ending? Akhir dari kisah bahagia mereka? Tidak. Tentu tidak. Kehidupan tidak selalu berjalan mu...