2 -

26.6K 1.6K 83
                                    

Jujur aku sedikit kesal pada ketiga orang didepanku karena kadang mereka berbicara dengan bahasa Jepang! Dan aku hanya diam saja mendengarkan tanpa tau artinya. Malah terkadang mereka seakan melupakan keberadaanku!

"Oneesan! Kenapa oneesan diam saja?" Tanya Sota saat sudah berdiri sisampingku.

"Sejujurnya? Aku kesal! Kalian berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti!" Aku langsung mencurahkan isi hatiku berhubung Vion dan Hema mengobrol asik didepan kami.

"Benarkah? Astaga! Maafkan kami, aku lupa oneesan tidak bisa bahasa Jepang." Sota terlihat menyesal. Wajah memelasnya benar-benar mirip Vion! Astaga! Mereka seperti kembar!

"Huh sudahlah, tak apa." Aku kembali berjalan mengikuti Vion dan Hema.

"Oneesan, bagaimana kalau aku mengajarimu bahasa Jepang?" Aku mengerutkan kening.

"Di SMA bahasa asing yang aku pelajari adalah Jepang, dan sejauh ini aku hanya tau cara berkenalan dan sapaan ringan. Selebihnya aku mencontek. Jadi ku rasa akan sulit mengajariku." Jujurku.

Ya aku tidak sepenuhnya tidak tau bahasa Jepang. Aku masih mengerti arti dari oniisan dan oneesan yang artinya kakak laki-laki dan kakak perempuan. aku juga masih mengerti panggilan ringan saja. Sisanya aku tidak tau.

"Ah benarkah?" Aku hanya mengangguk. "Lalu bagaimana kalau aku jadi penerjemah untuk oneesan?" Aku menoleh ke arah Vion yang terlihat masih sibuk mengobrol.

"Boleh. Penerjemahku kebetulan sedang sibuk." Ucapku ketus.

"Benarkah? Yes!" Sota terlihat sangat senang.

"Kenapa kau senang?" Sota kembali tersenyum padaku.

"Tentu aku senang. Aku sangat ingin tau bagaimana rasanya jadi penerjemah. Tapi tidak ada yang pernah mau aku terjemahkan."  Kemudian Sota mendekatkan wajahnya padaku. "Katanya aku sesat." Bisiknya.

"Kau sesat?" Tanyaku bingung. Tiba-tiba mulutku dibekap oleh Sota.

"Sttttt! Jangan keras-keras oneesan! Nanti tidak ada yang mau memakai jasa penerjemahku." Harus ku akui Sota sangat PD! Sama seperti Vion!

Aku menyingkirkan tangan Sota dari wajahku.

"Sota-chan, berapa umurmu?" Tanyaku saat tanganya sudah lepas dari mulutku.

"Aku baru 20 tahun. Masih kawaii kan?" Sota tersenyum dengan menaru ke dua telunjuknya di kedua pipinya. Ekspresinya membiuatku membayangkan Vion lah yang melakukannya! Ah pasti lucu!

"Kau tau Sota-chan, aku masih 22 tahun. Dan kau boleh memanggilku Karin saja tanpa panggilan oneesan. Aku belum tua." Jelasku karena merasa tak enak juga.

"Tapi kau istrinya oniisanku. Otomatis kau juga sudah menjadi oneesanku. Lagi pula oneesan bukan hanya untuk orang yang lebih tua, tapi bisa juga untuk menghormati orang lain. Tapi ngomong-ngomong aku kira oneesan masih 19 tahun! Kau sangat kawaii, oneesan!" Sota mencubit pipiku. Aku mengusap pipiku yang tadi dicubit oleh Sota.

"Aku 22 tahun!" Ujarku kesal.

"Iya oneesan, aku tau. Kau baru saja mengatakannya padaku tadi." Ulang Sota.

"Kalau begitu berhenti memanggilku oneesan." Jelasku.

"Hmm sebenarnya aku ingin sekali memanggilmu Karin-chan." Sota tampak berpikir. "Tapi baru saja Vion oniisan memarahiku karena mengajarimu memanggilku Sota-chan. Dan oniisan akan marah besar jika mendengar aku memanggilmu begitu juga." Sota meringis.

Posesif Bro! Season 2!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang