6

269 34 5
                                    

Long time no see, Kim Mingyu

"Tak bisakah kau tahan mereka?" tanya Mingyu. Tatapan matanya masih mengharap, dan Wonwoo tak menyukainya.

"Itu 'kan urusanmu. Aku hanya memberitahu"

Mingyu tampak menelan ludahnya. Ia menunduk, kemudian mendorong bahu Wonwoo, "Tak bisa diandalkan"

Wonwoo tertawa meremehkan. Lelaki macam apa, sih, Mingyu ini? Jika ia memang kuat, harusnya ia mengatasi semua masalahnya sendiri.

Percuma bersikap sok kuat tapi sebenarnya lemah.

'Lemah sekali'

Bahkan Hae Rim masih lebih baik dari Mingyu. Setidaknya gadis itu bisa mengambil keputusan tepat.

"Ya!" seru Wonwoo saat ia menyadari punggung Mingyu menjauh dari pandangannya. "Aku tak ingin membantumu karena aku tahu kau bisa menyelesaikannya sendiri. Bukankah kau kuat dan tak butuh bantuan siapapun?"

Mingyu berbalik, "Kali ini aku butuh bantuanmu"

"Tak usah kau bantu"

Wonwoo terperanjat. "Hash! Mengagetkan saja!"

Yap. Gadis itu datang lagi. Dan kali ini, ia tak sendiri. Ada Hae Rim di sebelahnya.

Hae Rim saudarinya.

Wonwoo mengalihkan pandangannya dari Hae Rim. Gadis itu...tampak berharap agar Wonwoo tak membantu Mingyu.

Wonwoo memang tak ingin membantu Mingyu. Sangat tak ingin. Tapi makin ke sini, rasa-rasanya Mingyu terus mengejarnya dan memohon. Jelas itu mengganggu dan membebaninya.

Bocah itu... Tak bisakah ia mencari jalan keluarnya sendiri? Bukankah Hae Rim seperti itu karena dirinya juga?

"Sunbae. Kau tak akan membantunya, 'kan?"

Wonwoo menggeleng. Bukan untuk menjawab pertanyaan Hae Rim. Ia bingung. "Entahlah. Aku muak"

Nada bicara Wonwoo sedikit meninggi. Dan kalau sudah seperti itu, harusnya kau berjaga-jaga. Sedikit meninggi saja, itu artinya Wonwoo sudah marah sekali.

Ia menatap tiga makhluk di sekitarnya. Mereka hanya berbeda dunia. Tapi sikapnya sama saja. Membuat pusing dan menyebalkan.

"Aku tak akan membantu siapapun" ujar Wonwoo pada akhirnya.

Entah ia berjanji atau tidak. Tapi ia tak ingin memihak Hae Rim ataupun Mingyu.

***

"Jadi, inikah sekolahnya?"

"Mungkin akan terlihat seperti sampah di dalamnya. Budak kita sekolah di sini"

Mereka tertawa.

Kemudian mereka memasuki sekolah, disambut tatapan kagum dari banyak gadis yang lewat. Kebanyakan mereka berhenti dan membuat barisan di sisi koridor.

Ugh. Tidak berguna.

"Mereka berdua tampan"

"Aku yakin mereka tidak memiliki pacar"

"Dari mana mereka datang?"

"Wajahnya bersinar sekali. Seperti malaikat"

Malaikat pencabut nyawa.

Oh... Apa gunanya berkerumun dan memandangi dua orang yang baru datang? Mereka hanya akan menghancurkan suasana.

Keduanya berhenti dan tersenyum, menyombongkan diri. Itu sudah mendarah daging. Mereka tak memiliki sopan santun.

Away From MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang