"Dari mana kamu, Reynand" Tanya Abraham tegas saat Reynand berjalan memasuki rumahnya.
"Cafe" Reynand menjawab singkat tanpa melihat ke arah papanya, dan ia langsung berjalan menaiki tangga menuju ke kamarnya.
"Apa kamu tidak punya sopan santun, Reynand!" Teriak Abraham dengan amarah yang memuncak. Sontak Reynand berhenti berjalan dan langsung menghadap ke arah papanya.
Reynand menghela nafasnya. "Kenapa, Pa. Reynand capek"
"Kenapa kamu baru pulang jam segini?" Tanya Abraham sembari menatap Reynand.
"Nongkrong, Pa" Jawab Reynand asal.
Abraham mendekati Reynand dan langsung mencium bau tubuh Reynand. "Bau alkohol" Sindir Abraham. "Mabuk lagi hm?"
"Dikit" Lirih Reynand pelan.
Bruk..
Tinjuan abraham melayang tepat di pipi kiri Reynand dengan sangat kuat hingga Reynand tersungkur di lantai, dan sedikit darah mengalir disudut bibirnya.
"Kamu harapan papa satu-satu nya, Reynand!. Apa kamu nggak punya otak hah?!. Papa sudah susah payah cari uang buat kamu, ngejalanin perusahaan bukan sesuatu hal yang mudah, Rey" Tatah Abraham.
"Reynand nggak butuh uang, Pa!. Berapa kali Reynand harus bilang kalo Reynand nggak butuh uang dari papa" Balas Reynand dengan amarah.
"Reynand cuma butuh kasih sayang papa sebagai orangtua Reynand" Lirih Reynand dengan nafas yang sedikit tersenggal karena berusaha menahan segala gejolak yang ada di tubuhnya.
"Dari kecil Reynand udah biasa hidup sendiri, karna papa sama mama sibuk kerja dan nggak pernah peduli sama Reynand."
"Papa selama ini cari uang buat kamu sekolah, Rey. Supaya kamu bisa memenuhi semua kebutuhan kamu, senang-senang sama kehidupan kamu, temen-temen kamu tanpa kekurangan uang, Reynand." Lirih Abraham dengan wajah yang sayu.
"Papa sudah tua, Rey. Cuma kamu harapan hidup papa. Kamu penerus papa, nggak ada yang lain, Reynand."
Melihat wajah papanya, Reynand langsung membuang pandangan nya ke arah lain. Jujur, Reynand sebenarnya lemah jika papanya sudah seperti ini.
"Papa mau kirim kamu ke amerika supaya kamu bisa belajar lebih banyak lagi tentang dunia bisnis, Rey. Walaupun umur kamu baru 16 tahun. Tapi kamu satu-satu nya penerus papa dan perusahaan ini." Lanjut abraham sembari menatap Reynand lekat.
"Maaf" Lirih Reynand pelan namun masih terdengar.
"Kamu nggak perlu minta maaf, cukup ikuti perintah papa dan perbaiki diri kamu" Ucap Abraham lalu memeluk tubuh anak satu-satunya itu se-erat mungkin.
"Jangan benci papa, Rey. Karna papa sayang banget sama kamu"
Reynand hanya bisa membalas pelukan papanya tanpa berkata apa-apa. Karena ia sangat rindu pelukan dan kehangatan dari orangtuanya.
×××
"Jadi mau meet up sama Vanesha dan teman-teman?" Tanya Gilang.
"Jadi" Jawab Vino enteng.
"Lo ikut, Rey?" Tanya Dika saat melihat Reynand yang sibuk sendiri dengan handphone nya.
"Hm" Reynand menjawab tanpa menoleh ke arah sahabatnya.
Vino menghela nafasnya saat melihat Reynand. "Sumpah ya, Rey. Lo bisa berhenti maen tahu bulat nggak sih?".
"Kenapa sih, rese banget" Balas Reynand masih menatap handphone nya. "Gue jadi pebisnis sukses nih disini".
KAMU SEDANG MEMBACA
Venus
Teen FictionReynand Pradipto, Pria yang dingin dan menyebalkan. Menjadi Most Wanted di sekolahnya tidak membuat sifatnya berubah, tetap menjadi Pria yang dingin. Badboy? Sangat. Cuek? iya. Menyebalkan? Pastinya. Playboy?.. Tetapi dibalik itu semua, terdapat luk...